Arus Balik by Pramoedya Ananta Toer


Arus Balik
Title : Arus Balik
Author :
Rating :
ISBN : 979865904X
ISBN-10 : 9789798659041
Language : Indonesian
Format Type : Paperback
Number of Pages : 760
Publication : First published January 1, 1995

Semasa jayanya Majapahit, Nusantara merupakan kesatuan maritim dan kerajaan laut terbesar di antara bangsa-bangsa beradab di muka bumi. Arus bergerak dari selatan ke utara, segalanya: kapal-kapalnya, manusianya, amal perbuatannya dan cita-citanya, semua bergerak dari Nusantara di selatan ke 'Atas Angin' di utara. Tapi zaman berubah...

Arus berbalik -- bukan lagi dari selatan ke utara tetapi sebaliknya dari utara ke selatan. Utara kuasai selatan, menguasai urat nadi kehidupan Nusantara... Perpecahan dan kekalahan seakan menjadi bagian dari Jawa yang beruntun tiada hentinya.

Wiranggaleng -- pemuda desa sederhana, menjadi tokoh protagonis dalam epos kepahlawanan yang maha dahsyat ini. Dia bertarung sampai ke pusat kekuasaan Portugis di Malaka, memberi segala-galanya -- walau hanya secauk pasir sekalipun -- untuk membendung arus utara.

Masih dapatkah arus balik membalik lagi?

Karya Pramoedya Ananta Toer
Sebuah epos besar dari seorang penulis besar


Arus Balik Reviews


  • Gianti

    paraaahh... keren bangeeetttt... a must read!

    gue baca buku ini wkt menjelang UAS SMA, trus ceritanya mlm menjelang UAS Sejarah, gue mls bgt bljr krn ga tahan pgn ngelanjutin baca buku ini.. Akhirnya gue tinggalin belajar n baca buku ini aja..

    and guess what happened..
    besoknya, di ujian Sejarah gue muncul pertanyaan esai ttg kerajaan Demak, dan gue jwb persis seperti apa yg gue baca di novel Arus Balik mlmnya!!

    kalo gue ga baca ni novel gue ga akan bs jwb tu, soalnya gue sm skali ga baca buku pljrn bag kerajaan Demak..

  • mahatmanto

    jarang yang mau [dan berani] memasuki masa antara jatuhnya majapahit dengan maraknya kota-kota islam di pantai utara jawa. dan novel ini salah satu dari yang mau dan berani itu.
    beda dari tetraloginya yang sarat dengan data, maka di sini imajinasi pengaran sangat kuat berperan. sindiran-sindiran tajam menusuk-nusuk pada para tokoh agama dan bangsawan yang tidak mereka sadari telah memerosotkan peradaban jawa: dari pengekspor kebudayaan ke utara, jadi pengimpornya.
    arus sudah berbalik.

  •  Δx Δp ≥ ½ ħ

    ehem, harus nulis apaan yak?

    Curhat dulu kalau begitu. Salah satu buku terlama yg saya habiskan untuk bisa tamat. 3 bulan. Tebal dan berat, jadi gak bisa dibawa2 kemana-mana. Keselang ma buku lain juga

    Hmm.. secara umum saya masih menganggap Tetralogi Pulau Buru adalah karya terbaik Pram. Untuk karya ini, meski SANGAT tebal, masih terasa kurang. Masih banyak hal-hal yg bisa dieksplor sebenernya. Kisah si Syahbandar itu misalnya, atau Sang Adipati, terasa sangat kurang latar belakangnya. Cuma diceriatakan sekilas.

    Sebagai novel yg menceritakan "upaya seorang nusantara untuk membalikan arus" dari selatan ke utara, novel ini terkesan ambisius. Banyak hal yg dirasa kurang menggigit, meski pesan utama yg ingin disampaikan sudah tersampaikan dengan amat baik.

    Dan segi plot. aduh, meloncat-loncat dimana setiap kali meloncat cerita dipotong begitu saja dengan adegan "kebetulan" yg ujung2nya terkesan dramatis ala sinetron. Heuheu, maap menyamakan karya Pram dg sinetron.

    Tapi, satu yg tak bisa disangkal. Pram adalah seorang storyteller yg amat hebat--salah satu yg terhebat. Dengan kosakata bahasa Indonesianya yg begitu kaya dan menakjubkan--membuat sy merasa selalu kehabisan kosakata di setiap halamannya-- Pram menjadikan karya ini begitu renyah dan sellau memikat di setiap halamannya. Untuk itu, bintang 4 saya berikan.

  • Nadia Fadhillah

    Buatku, Arus Balik merupakan salah satu karya terhebat Pramoedya Ananta Toer, selain Tetralogi Buru dan Arok Dedes. Karena keenam-enamnya menggunakan latar belakang sejarah Bangsa Indonesia yang diriset secara teliti oleh Pram dan dimasukkan secara penuh, seakan-akan buku sejarah yang dinovelkan.

    Berbeda dengan buku-buku Pram yang menokohkan seseorang yang terkesan membosankan, misalnya kumpulan tulisan Minke asli sang tokoh utama dalam Tetralogi Buru, maupun kumpulan tulisan dan pemikiran Kartini.

    Buku-buku Pram lah yang membuatku sadar bahwa terlalu banyak kemenangan, kekalahan, perjuangan, maupun penghianatan yang telah dilakukan di Bumi Nusantara, namun manusia-manusia sekarang tidak mengambil pelajaran apapun dari masa lalu. Sayang sekali.

    Dibanding Tetralogi Buru maupun Arok Dedes, buku Arus Balik inilah yang paling dekat dengan apa yang aku rasakan sekarang; raja-raja yang memanfaatkan rakyatnya, rakyat yang selalu menjadi korban di tengah-tengah peperangan dan ambisi raja-raja, raja-raja yang saling menyerang untuk melupakan siapa sebenarnya musuh utama yang harus dilawan bersama, dan pahlawan yang mencoba sekuat tenaga namun tidak mampu menahan kemerosotan yang terjadi pada zaman itu. Terdengar tidak asing ya dengan kondisi Nusantara saat ini?

    Kata-kata penutup novel Pram yang aku suka;
    "Demikianlah cerita tentang seorang anak desa lain yang mengemban cita-cita menahan arus balik. Berbeda dari anak desa lain, yang seorang ini tidak berhasil, patah di tengah jalan, namun ia telah mencoba.

    Dan kata-kata penutup dariku:
    Untuk yang mau belajar dari buku ini, bisa menghubungiku dimana bisa mendapatkannya, karena saat ini setahuku Arus Balik tidak dicetak ulang.

  • Sita Dewi

    Arus Balik..adalah novel pertama Pram yang saya baca, dan tanpa susah payah mencuri hati saya. Novel epic ini mencatat kejayaan Nusantara berabad-abad silam. Arus Balik, sesuai namanya berkisah tentang betapa arus baik kekuasaan hingga perdagangan terjadi dari Timur ke Barat. Kuat betul nenek moyang kita dulu.. Tapi kejayaan itu tidak berlangsung lama.. karena kelemahan kita juga maka arus berbalik dari Barat menuju Timur. Seperti juga yang mungkin terjadi di abad-abad berikutnya.

    Bekas kolonial itu rupanya nggak mudah hilang.. budaya korup, feodalisme, hipokrit, ngaret, adu domba, penjilat, bahkan sesimpel kebiasaan tidur siang sisa penjajahan kongsi dagang Belanda itu yang lebih sulit dimaafkan.

    Buku ini menyadarkan saya akan banyak hal. Terutama, dengan kenyataan bahwa saya sangat mencintai tanah air saya, yang diatasnya berlangsung berbagai macam kejahatan yang destruktif!

  • Mujib Burahman

    first thing that you'll find out about this amazing saga is ... goshhh what a hell literally study you made to such create this amazing book ... but after that you will speechless to know that this opus made in Buru Island when you are prisoner there .. just count on your memory and imagination .. from what i know .. only two people ever do that in this nation .. you and tan malaka with his MADILOG... salute for you Pak, we are the youngster will always remember you as 'glittering resonance soliloquy' that this country ever have...

  • Michiyo 'jia' Fujiwara

    Tuban..
    Tuban sebuah kota kabupaten disebut Pramoedya untuk menggambarkan keadaan maritim negeri kita tercinta ini..Indonesia..bukan Sriwijaya..bukan Majapahit..tapi Tuban..sebuah kerajaan kecil..dan dari sinilah cerita kita mulai..

    Wiranggaleng..seorang pemuda biasa..yang mencintai gadis penari..Idayu..harus terpelencat masuk ke tengah kekuasaan Adipati Tuban, Wilwatikta (keturunan Rannggalawe) adalah seorang yang disinyalir ikut terlibat dalam kejatuhan Majapahit..dan jabatan yang disandang Wiranggeleng menjadi syahbandar muda Tuban.

    Tahun 1511 adalah sebuah tahun yang penting bagi maritim nusantara karena disekitar tahun tersebut Malaka yang dikenal sebagai salah satu bandar besar di Asia..jatuh ketangan Peranggi (orang-oranng Eropa; Prancis ,Portugis, dan lainnya) dan bagi Tuban ini adalah sebuah ancaman besar..lalu lintas perdagangan menjadi terputus karena kapal-kapal dagang yang akan berlabuh ke Tuban..tidak berani berhadapan dengan Portugis..

    Beberapa tahun berselang setelah kejatuhan Malaka..Adipati Unus..anak Raden Fatah dari kerajaan Demak mencoba untuk merebut Malaka kembali. Dengan tanpa bantuan Tuban (karena Demak merampas Jepara yang merupakan wilayah kekuasaan Tuban)..Adipati Unus menyerang Malaka dibantu oleh kerajaan-kerajaan kecil dari Sumatera (pecahan kerajaan Samudera Pasai.. maaf lupa detailnya ;p )..tapi gagal..telak..! Pasukan mereka di tumpas oleh persenjataan Portugis yang lebih tangguh. Kekalahan kerajaan nusantara ini, diperparah dengan adanya konflik internal yang terjadi dalam dalam diri mereka sendiri..mereka masing-masing kerajaan ini..ingin menguasai Malaka hanya untuk kepentingan kerajaan mereka sendiri.

    Sementara itu..Trenggono adik dari Adipati Unus juga berambisi merebut Malaka dan kota-kota pelabuhan di Jawa Termasuk juga Tuban didalamnya..Wiranggeleng yang kini menjadi senapati Tuban dikirim oleh sang Adipati untuk menyerang Malaka..padahal pada saat yang sama pasukan Trenggono tengah menyerang Tuban..pecah perang saudara..Trenggono melawan kakaknya sendiri Adipati Unus..dan ibu mereka..Ratu Aisah..ada dipihak kerajaan Tuban.

    Senapati Wiranggaleng cepat-cepat kembali ke Tuban..dan berhasil menghalau serangan Demak..pasukan Demak terusir. ..Trenggono mati!! Sementara itu..Portugis telah berhasil membinasakan armada laut kerajaan nusantara termasuk Tuban didalamnya..armada Portugis telah berhasil menguasai perairan nusantara sebelah timur (Maluku) dan mulai masuk kewilayah Jawa dengan mendirikan benteng pertahanan..

    Arus telah berbalik..kita bukan lagi tuan untuk tanah dan air kita sendiri..karena mereka (orang –orang Eropa) yang kinilah menguasainya.. babak baru kolonialisme dimulai dari sini..

    Bagaimana dengan nasib Wiranggaleng..??
    Ia bosan berperang..ia menyerah untuk menahan arus balik..ia memilih tidak untuk jadi raja..ia ingin kembali jadi penduduk biasa jadi petani..

    (jujur aku baca novel ini lompat..lompat...skip..dan skip lagi.. di bagian-bagian yang kuanggap tidak penting..panjang..panjang sekali percakapan yang ada dalam buku ini..sungguh sebuah novel yang amat melelahkan..dan juga amat bernilai..terima kasih Pramoedya!!!)

    28 Oktober 2012
    Memperingati Hari Sumpah Pemuda Ke-84

  • Imas

    Akhirnya selesai sebelum tahun 2017 berakhir.

    Berkisah sekitarc awal kedatangan Peranggi alias Portugis ke Nusantara demi rempah-rempah. Jatuhnya Majapahit dan tumbuhnya kerajaan Islan. Diawali dengan kejatuhan Malaka, kemudian satu-persatu kerajaan Nusantara juga takluk. Pram menulis dari sisi yang berbeda dari apa yang pernah aku baca pada buku sejarah.

    Tokoh-tokohnya Wiranggaleng juara gulat yang kemudian menjadi Senopati. Idayu, perempuan cantik juara tari. Syahbandar Tuban Tholib Sungkar Az-Zubaid, seorang Moro yang lahir dan besar di Ispanya. Gelar, anak sulung Idayu, Pada, pengurus harem Adipati dan lainnya.

    Wiranggaleng, anak desa juara gulat yang kemudian menjadi seorang Senopati yang disegani bukan hanya di Kerajaan Tuban tapi dikenal oleh Kerajaan-kerajaan lain bahkan oleh Peranggi sebagai seorang pejuang tangguh.

    Jatuh bangunnya kerajaan di Nusantara, perang,masuknya agama Islam dan Nasrani, juga kisah cinta Wiranggaleng dengan Idayu, asmara dua juara, gulat dan tari. Idayu yang memesona banyak laki-laki termasuk Adipati Tuban, Syahbandar bahkan Pari adik angkat Wiranggaleng. Kecantikan yang membawa petaka bagi Idayu.

    Salah satu adegan yang paling menarik adalah saat Syahbandar dihajar oleh istrinya Nyi Gede Kati . Istri yang selama ini penurut dan melayani semua kebutuhannya, secara mengejutkan berbalik menghajar dengan ilmu beladiri karena tindakan Syahbandar yang sudah kelewat batas. Sungguh sangat memuaskan pembaca saya kira.

    Demikianlah cerita tentang seorang anak desa lain yang mengemban cita-cita menahan arus balik. Berbeda dari anak desa lain, yang seorang ini tidak berhasil, patah di tengah jalan, namun ia telah mencoba.

  • Pandasurya

    Lupakah kau pada ajaran, hewan takkan mengubah apalagi alamnya? Tetapi manusia tanpa cipta merosot, terus merosot sampai ke telapaknya sendiri, merangkak, melata, sampai jadi hewan yang tak mengubah sesuatu pun. Untuk mempunyai ekor pun manusia demikian tak berdaya (h. 5)

    Berbahagialah kau yang bisa bersakit hati, pertanda masih ada hati, dan ada cinta di dalamnya. Tapi macam cinta apa kau kandung dalam hatimu? Cinta pada kebebalan adalah juga kebebalan (h. 5)

    Mari aku ceritai kau: jaman ini adalah jaman kemerosotan. Raja-raja kecil bermunculan pada berdiri sendiri, karena rajadiraja tiada. Kekacauan dan perang akan memburu kalian silih-berganti. Lelaki akan pada mati di medan perang. Perempuan akan dijarah-rayah dan kanak-kanak akan terlantar. Kalian takkan ditumpas karena kata-kataku. Kemerosotan jaman dan kemerosotan kalian sendiri yang akan menumpas kalian selama kalian tak mampu menahan kemerosotan besar ini (h.10)

    Bukankah mandala kalian pernah mengajarkan: kebenaran tak dapat diadili, karena dialah pengadilan tertinggi di bawah Hyang Widhi. Kalian tahu kelanjutannya: barang siapa mengadili kebenaran, dia memanggil Sang Hyang Kala, dia akan dilupakan orang kecuali kedunguannya (h.14)

    Ketakutan selalu jadi bagian mereka yang tak berani mendirikan keadilan. Kejahatan selalu jadi bagian mereka yang mengingkari kebenaran maka melanggar keadilan. Dua-duanya busuk, dua-duanya sumber keonaran di atas bumi ini (h.14)

    Pahami pergantian jaman, biar kalian tidak didera oleh perang. Tinggalkan kebebalan. Dengarkan kebijaksanaan. Kalau perang sudah pecah, tak selembar daun dapat kalian jadikan pengayoman. Kalau kemerosotan ini tak dapat dicegah, takkan lama lagi, dan perang akan pecah di mana-mana. Dari desa dan kota petani-petani akan digiring, mati untuk raja-raja kecil yang tak pernah berbuat apa-apa untuk kalian (h.15)

    Ketahuilah, tanpa cinta hidup adalah sunyi, karena raga telah mati dan dunia tinggal jadi padang pasir (h.94)

    Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang-orang lain pandai (h. 246)

    Perang bukanlah keinginan untuk membunuh sesama, dia dalah bentrokan dari dua keinginan. Jangan jadi pembunuh! Dan kalian prajurit-prajurit Tuban yang perwira dan stria, hargailah juga keperwiraan dan kesatriaan, sekalipun itu ada pada musuhmu. (h. 351)

    Barang siapa tak kenal kesetiaan dan kecintaan, dikodratkan untuk menjadi budak dari kehawanafsuan, dari orang-orang yang lebih kuat daripada yang punya hawa nafsu yang lebih besar lagi. Begitu ningrat Jawa, begitu pula nasib Jawa. (h. 415)

    Barang siapa kehilangan air, dia kehilangan tanah, barang siapa kehilangan laut dia kehilangan darat. Jangan lupa, Unus yang mengatakan itu (h. 469)

    Tak ada yang lebih sia-sia daripada kekecilan, kekerdilan. Raja kecil dengan kerajaan kecil, apalah artinya dilihat oleh burung-burung dari langit dan oleh ular di darat? Burung segan hinggap dan ular pun segan melatai untuk tempat bercengkerama pun kerajaan itu tidak aman. Bukankah kalian tahu juga rawa kecil hanya menghasilkan ikan kecil? (h. 472)

  • an

    kalo boleh dirata".. rhe kasih point 4,3 d..
    5 point di bagian awal, 3 point di akhir tengah, 5 point lagi di hampir akhir.

    kenapa? cz dibagian awal tu berat, buat mikir. apa lagi orang" seperti rhe yang kurang memahami sejarah. ilmu lama yang kembali ditemukan cz selama ni rhe ga pernah mencari or mencoba tau. sayang... ternyata di balik taktik" perang itu, hanya kisah manusia biasa. pada umumnya..
    dengan alur yang maju mundur, maju mundur tanpa penjelasan settingan waktu terlebih dahulu..

    tapi.. sayang banyak keterangan" yg sebenar na ga perlu ada ditulis juga. ntah apa maksudkan oleh penulis na.

    terlepas dari itu semua.. novel ini hanyalah kisah sepasang sejoli semata tanpa ada kisah arus balik yang sesungguh na, permainan taktik, tipu muslihat, intrik dan sebansa na jika.. ga ada 1 tokoh (yg bisa dibilang malah pennyokong cerita)..

    Tholib Sungkar A-Zubaid

    ya... dia mungkin adalah tokoh sebenar na yang pegang alur cerita. segala usaha, segala pertempuran dan taktik yang muncul ga akan pernah ada klo bukan gara" ulah syahbandar tuban ini. bahkan kisah itu sendiri ga akan diturunkan, diketahui orang banyak kalo ga ada dia, ga akan ada gelar atau paulus... 'n ga da tokoh pencerita itu.

    ya itulah ... walo gagal kisah ini telah tersampaikan dengan sukses kepada generasi" di bawah na yg ga sempat tau apalagi mengalami semua kejadian tersebut.

    nb: gara" ni rhe akhir na tau kenapa di alkid jogja da gajah..
    binatang yg serinng rhe tonton i sore hari ketika kecil saat tak ada lagi hiburan lain..

    mereka yang dulu merupakan lambang kekuasaan majapahit... sekaranng hanya sekedar peliharaan dan hiburan semata di mata rakyat kebanyakan tanpa tau alasan sebelum na....

    gajah..
    (tanpa mada)

    :)

  • Anton

    Tak percuma memburu buku ini sejak lama. Ceritanya menarik. Menggugah. Seperti biasa, Pramoedya menyajikan sejarah dalam balutan intrik dan kritik yang menarik.

    Pusat cerita dalam novel ini adalah Kadipaten Tuban, Jawa Timur pada abad XV dengan senapatinya, Wiranggaleng. Berada di tepi pantai utara Jawa, kadipaten ini berperan penting dalam lalu lintas perdagangan hasil bumi kala itu. Dia penghubung Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali. Portugis pun mengincaranya.

    Wiranggaleng si anak desa jadi tokoh utama yang melawan arus besar dari utara yang dibawa Portugis, Arab, Spanyol, dan negara-negara lain itu. Galeng, nama aslinya, mewakili watak desa melawan kota, jelata melawan priyayi, Selatan melawan Utara.

    Seperti juga tokoh utama lainnya dalam karya-karya Pram, Galeng adalah korban yang melawan. Seperti juga hampir semua karya Pram, novel sejarah ini pun dikemas dengan amat menawan dan akhir yang menyesakkan.

  • Dhanadi

    Arus Balik or "Reverse Current" is perhaps PAT's most ambitious work thus far. Arus Balik takes place in one of the most tumultuous era of Indonesian history--the period of transition between Hindu Java and Islamic Java and the dawn of the colonial era, the so called reversing of the currents whereby Java's prestige in the classical era begin to diminish as the spectre of colonialism rises. In typical Pram's flair characterized by his imaginative, but nonetheless well researched approach, Pram chronicles this period from the eyes of the kawula (common masses), the psyches of Java's conflicting rulers and foreigners who see Java as an object of lust. According to Pram, The reversing of the current at the end was a tragic consequence primarily brought up by the blinding of Java's rulers to the incoming colonial spectre due to their incessant internal power games and greed.

  • Edlin

    Akhirnya, saya menyelesaikan novel 760 halaman dalam waktu 6 hari. Inilah novel terbaik Pram (menurut versi saya). Pram selalu memberi judul dengan pilihan kata yang simbolik tapi dalam. Jika dulu pada jaman kejayaan nusantara (Majapahit) arus kekuasaan dan budaya berjalan dari selatan ke negeri-negeri di utara (Atas angin), setelah runtuhnya arus itu berbalik dari utara ke selatan. Sejak masuknya Portugis ke Malaka. Wiranggaleng ingin membendung arus itu, tapi dia kalah sebelum akhirnya menyerah.

  • Wiranggeni

    buku ini menceritakan keadaan Majapahit dan Tuban khususnya menjelang runtuhnya kejayaan mereka. Berisi masa peralihan dari kerajaan Hindu ke permulaan masuknya Islam di Jawa serta masuknya kolonial ke bumi Indonesia. Setelah baca buku ini, terpampang sejarah bangsa yang banyak diketahui. Buku ini berisi pesan moral tentang keteguhan pendirian, nilai-nilai keberanian dan mempertahankannya, kesetiaan dan cita-cita.

  • Indriyatno Banyumurti

    Sebuah kisah komprehensif tentang sejarah Indonesia di era runtuhnya Majapahit dan mulai masuknya penjajah Eropa ke Indonesia. Alur ceritanya agak lambat sehingga bisa membuat bosan orang-orang yang biasa membaca novel instant, tapi semakin dekat ke akhir jalan cerita semakin menarik... salah satu masterpiece dari Pramoedya...

  • nia kirana

    Semoga cerminan penguasa akan sikapnya terhadap Wira(ng)Galeng tidak menjadi sebuah kebiasaan yang membudaya di tanah republik sekarang ini(Semoga). Dan kisah epos yang ditulis begitu empuk, tapi menyayat. Apalagi secuil kehidupan tokoh Gelar, tokoh yang serba salah, yang ditakdirkan menderita. Getir sekali.

  • Nanto

    "Arus (budaya, dsb.)hingga saat ini masih bergerak dari utara ke selatan. Kapan arus kan berbalik kembali, menderas dari selatan ke utara?" Begitu pertanyaan Bung Pram dalam buku ini. Hohoho Indonesia sebagai penggerak arus putaran sejarah!!!

  • Arina Manasikana

    salah satu novel indonesia yang tak boleh dilewatkan!

  • Andriati

    "Telah aku baktikan masa mudaku dan tenagaku dan kesetiaanku. Biarpun hanya secauk pasir untuk ikut membendung arus balik dari utara..."
    (hal. 748)

  • Hasudungan Rudy Yanto  Sitohang (Rudy)

    Novel ini pertama kali saya baca tahun 2000...kemudian dipinjam teman dan tak pernah kembali. Baru dapat buku ini lagi lewat online tahun 2013....

  • dedeh  handayani

    download pdf --
    http://downloads.ziddu.com/downloadfi...

  • Probo Darono Yakti

    Buku ini sejatinya menggariskan definisi penting mengenai pengenalan sejarah bangsa ini yang terlalu timpang ke salah satu sisi. Menurut PM Inggris Winston Churchill, history is only for the winner. Artinya, sejarah Indonesia selama ini dikuasai oleh sudut pandang dari seorang penguasa, baik itu raja, adipati, pangeran, dan kiai. Buku ini membalikkan paradigma tersebut dengan memunculkan sosok Wiranggaleng dan Idayu yang keduanya merupakan orang desa biasa.

    Selain itu, dalam buku yang tebalnya 760 halaman ini akan banyak kita jumpai bagaimana seorang pemimpin agama pada masa itu menyebarkan Islam di reruntuhan Majapahit. Hal ini ditunjukkan dengan kehadiran Sunan Rajeg, yang berhasil merangkul grassroot. Tentunya dengan catatan massa yang berhasil ia kuasai, mereka merupakan pelarian dari Tuban yang hendak belajar padanya. Tokoh ini begitu kontradiktif dari pejabat Syahbandar Tuban, yang mengemban tugas tersebut sepeninggalnya dari Kota Pelabuhan tersebut.

    Pram begitu panjang lebar dalam menginternalisasikan isi buku ini pada para pembacanya. Tak ayal di dalamnya akan dijumpai plot yang cenderung melompat-lompat. Memastikan kita mengerti secara keseluruhan apa yang terjadi pada Kadipaten Tuban, yang mana pada masa itu merupakan pecahan dari Kekaisaran Majapahit dan pengaruh dari Kesultanan Demak. Adipati Wilwatikta yang pada saat itu menjabat, merupakan seorang penguasa yang sama sekali tidak bijak. Di tengah masyarakatnya yang relatif majemuk, campuran antara Budha dengan Islam, ia seringkali terkesan kurang tegas.

    Arus Balik tidak serta merta terlalu fokus pada Galeng yang kemudian Wiranggaleng, bagaimana kariernya sebagai seorang jawara gulat yang kemudian dikawinkan dengan jawara tari Idayu, kemudian diberi amanah sebagai seorang wakil syahbandar, menjadi kepala pasukan laut, hingga akhirnya berhasil menjadi Senapati Tuban. Namun juga bagaimana nasib Gelar anaknya yang masih harus memecahkan teka-teki siapakah sesungguhnya Bapaknya. Putra sang senapati ini di sisi lain juga berhasil menjelma menjadi seorang prajurit Tuban yang tangguh. Di usia yang sangat muda pun, ia menjadi perwira pemimpin pasukan khusus yang bertugas untuk mencari minyak tanah di daerah Bojonegara.

    Selama memaca karya Pram yang terbit pertama pada tahun 1995 ini, anda akan sangat kesal pada tokoh Sayid Habibullah Almasawa yang merupakan Syahbandar Tuban. Betapa tidak, sikapnya yang begitu 'menjilat', baik pada Sang Adipati maupun Pernaggi (Portugis), dan terus menyimpan teka-teki tentang anak siapakah Gelar. Selain itu, memang pihaknya adalah kontradiksi dari seorang Wiranggaleng sendiri. Selain itu, banyak lagi bagian-bagian dalam buku yang akan menguras perhatian anda ketika membaca. Anda akan menemukannya sendiri.

    Kesan ketika membaca buku ini, tidak seperti halnya membaca novel tebal lainnya. Di awal, tidak ada sangkaan bahwa novel ini kemudian akan menceritakan kejayaan maritim Demak di bawah Pati Unus. Karena alurnya di awal menceritakan kehidupan bersifat pribadi dan mendayu-dayu ala bahasa kerajaan zaman dahulu. Namun seiring dengan pertengahan dari cerita, perhatian anda akan terkuras penuh pada bagian buku ini. Di dalamnya anda juga akan menemukan betapa pentingnya memerhatikan aspek laut dalam mempertahankan Nusantara. Di situlah peran Trenggono yang tidak begitu dominan daripada kakaknya Unus, kemudian berhasil bekerja sama dengan seorang Fathillah. Perwira angkatan laut (laksamana) dari negeri Pasai yang telah berhasil dikuasai Peranggi.

  • Shidiq Thoha

    "Mengesankan"
    Novel setebal 800 hal ini diantara karya Pram yang pernah saya baca, Arus Balik membuat saya benar-benar tak bisa lepas untuk membuka dan melihat halaman demi halaman yang ada terus menerus tanpa henti. Berbeda dari tetralogi buru yang membuat bosan ketika masuk sequel ke tiga dgn tokoh yang terpusat pada Minke. Arus Balik menawarkan sebuah imajinasi yang liar, intim, membongkar pasang kembali ingatan kita tentang kejayaan dan keruntuhan, narasi agama-politik yang penuh dengan pelucutan, pengkhianatan kesetiaan dan peliknya detil yang ada. Meskipun menurut saya Novel ini berkahir anti-Klimaks, dengan kembalinya Senapati Wiranggaleng menjadi seorang petani, kegilaan "Sultan Trenggono yang berhasil diunuh oleh pengawalnya bersama prajurti yang merupakan anak tiri Wiranggaleng, dan masih tetap bertahannya Portugis di Malaka, tapi Pram berhasil menggambarkan awal mula kesadaran persatuan sebagai sebuah bangsa dengan segala komplesitasnya pasca jatuh atau runtuhnya kerajaan Majapahit.
    Bermula dari penyerangan Adipati Unus ke Malaka yangdikhianati oleh Tuban dimana Galeng (panggilan Wiranggaleng) menjadi salah satu panglimanya, novel ini mencertakan secara pelik juga hubungan antara islam, hindu budha dan kristen yang terjadi. Semenjak awalnya, Islam selalu memiliki nrasi anti-otoritas. Demikian ditunjukan oleh tokoh Ki Aji Benggala atau Sunan Rajeg itu. Tapi hal itu dikapitalisasi oleh Sunan Rajeg demi ambisi pribadinya semata mengalahakan asumsi demak sebagai kerajaan islam pertama dimana Raden fattah sendiri mendaku kturunan Majapahit tapi beribukan seorang Putri Tionghoa. Tokoh Sunan Rajeg, Demak, Musafir Demak, Unus Trenggono, dan Sayyid Habibulloh Al Musawa yang telik Peranggi itu membuat Pram berani menggambarakan dengan hati-hati dan berani pluralnya agama yang menjadi kekuatan baru itu, ditengah padam-senjanya kekuatan dan keganasan Hindu-Buddha. Pun dengan datangnya Fathillah yang kemudian merebut Sunda Kelapa menambah rumit untuk mengatakan satu pandangan yang sama.
    Tentu Wiranggaleng memiliki kompleksitasnya sendiri. Pertemanannya dengan M Firman, Cintanya pada Idayu, masuknya dia ke Demak dan Rajeg dan memaksanya berkenalan dengan agama baru itu. Semua perlawanan selalu memiliki nuansa melawan kafir. Tapi Adipati Unus setelh mangkatnya Sultan Al Fattah, mmelakukan sutau hal yang revolusioner : Apalah artinya membela dan menyebarkan agama ini jika pada khirnya bumi dimana kita berpijak hancur dikuasai oleh Peranggi, maka aku Titahkan seluruh Raja Nusantara bersatu membangun Armada melawan Peranggi.
    Demikianlah kisah dimana arus sekarang sudah berbalik. Jika dulu orang selatan menyebru ke utara, kini utara menyerbu ke selatan dengan serbuan yang tak bisa dielakkan. Majapahit runtuh, jawa terpecah belah dengan mentalnya. Munculnya agama baru tak memberi harapan baru jika mental para pemimpin dan rajanya tak juga baru. Dan apakah arus bisa berbalik.

  • Askell

    Sudah lama tidak baca Pram. Saya selalu ingat bagaimana sewaktu masih sekolah saya begitu gandrung dengan sejarah, terutama kisah-kisah tentang kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara. Semua saya baca-baca sendiri, karena dibangku sekolah minat saya pada sejarah serasa dimatikan dengan pekerjaan menghafal nama, tanggal, dan peristiwa. Saya kehilangan minat pada sejarah yang dibuat hitam-putih.

    Kemudian saya membaca Bumi Manusia, dan minat saya yang dorman pada sejarah kembali bangkit. Buku-buku Pramoedia yang saya dapat saya lahap habis. Lewat Pram saya diperkenalkan kembali pada sejarah yang tidak hitam-putih, tapi ada bagian abu-abu (atau mungkin bagian berwarna) diantaranya yang membuat pelaku-pelaku sejarah tersebut, adalah juga seperti saya manusia yang punya pikiran, perasaan, pergulatan, cinta dan segala hal menjadikan manusia sebagai manusia.

    Membaca Arus Balik, adalah bagaimana seharusnya membaca sejarah yang baik dan benar. Arus Balik bercerita tentang keadaan Nusantara—utamanya pulau Jawa—paska keruntuhan Majapahit, dimana terjadi kemerosotan sosial-moral dan kemunduran ekonomi-politik ditandai berbaliknya arus dari utara menuju ke selatan dengan masuk-masuknya negeri-negeri utara dengan membawa pengaruhnya. Semua dibalut dengan kisah dengan tema-tema sentral yang identik dengan Pram; orang kecil melawan orang besar, perubahan sosial dan pergeseran nilai-nilai, perjuangan antara kebenaran melawan kekuasaan yang lalim, kedunguan yang lahir karena tidak adanya cita-cita, cipta dan kerja.

    Pram bercerita, yah, seperti Pram. Siapa tidak kenal. Dengan gaya bahasanya khas dan lawas, tapi enak dan mengalir sekalipun tetap mempertahankan realismenya yang kental, tidak sentimentil. Detail, padat, akurat (?), fakta sejarah diolah dengan imajinasi yang liar dan saling terjalin dengan baik dalam sebuah kisah yang penuh intrik, drama dan konflik. Membaca Pram, selalunya, dapat paket kombo; kenyang dengan kisah yang kaya dan menghibur, sekaligus belajar sejarah secara mendalam. Pram sejatinya menulis sejarah manusia. Orang yang mau bilang novel Pram adalah cerita yang dibalut dengan sejarah, bisa saja. Dan orang yang mau bilang, sejarah yang dibalut cerita juga bisa.

    Saya suka ketika Pram melukiskan kemunduran manusia akibat tidak adanya cipta dan cita-cita yang luhur. Orang-orang yang benar dipersalahkan, dan orang-orang besar berusaha mengejar kekuasaan dan kekayaan semata. Mereka yang melawan akan ditumpas. Ini misal, bisa dilihat dengan bagaimana Pram melukiskan watak-watak Raja jawa yang kelihangan cipta dan cita-cita tersebut, semetara Galeng dilukiskan sebagai orang biasa yang berusuha bertindak benar namun dibungkam. Pengaruh yang datang dari negeri-negeri utara, yang menyebabkan pergolakan dan konflik di dalam tubuh masyarakat Jawa adalah karena kesalahan manusia-manusianya sendiri yang kehilangan nilai tersebut; cipta dan cita-cita.

  • Jihan Davincka

    Sempat kuberprasangka di awal membaca novel Arus Balik ini, apakah penulis hendak mendiskreditkan Islam?

    Settingnya di awal-awal berdirinya Kerajaan Islam saat Majapahit sudah surut.

    Berbagai scene yang ditulis, misalnya pembuangan patung-patung gajah yang dianggap “keramat” buat Hindu ke pesisir laut saat tentara muslim Demak menyerbu pesisir Jepara, yang merupakan wilayah Tuban.

    Sebagian besar tentara Demak muslim tadinya beragama Hindu. Tergambar mereka enggan melempar patung-patung tersebut.

    Tapi cerita terus bergulir dengan banyaknya kisah perubahan tatanan hidup masyarakat ke arah lebih baik sejak Islam merambah ke Pulau Jawa (y).

    Penulis mengkritisi dengan cukup imbang:). Kritikan kepada praktik-praktik agama Hindu, ketidaksetujuan dengan beberapa praktik ala umat muslim, pujian kepada legowonya sebagian masyarakat Hindu menyambut kedatangan Islam, serta sanjungan kepada tokoh muslim yang benar-benar menggelorakan semangat Islam untuk melawan penindasan <3.

    Sangat-sangat-sangat laaaaaffffff <3.

    Novel Arus Balik, versi cetaknya sekitar 760 halaman. Diterbitkan oleh Hasta Mitra di tahun 1995. Membaca bukunya cukup 5 hari saja. Sungguh kutakjub dengan diriku sendiri hahahahaha.

    Read more -->
    http://jihandavincka.com/2019/09/05/n...

  • Dava Kharis

    Buku yang lama banget saya habiskan, memang jumlah halamannya banyak dan ada beberapa alasan lain mengapa tak kunjung saya selesaikan. Awal kenal buku ini dari salah satu blog Zenius yang memberi rekomendasi, setelah itu langsung tertarik untuk membeli. Buku ini berkisah tentang power shifting dari runtuhnya Majapahit hingga kedatangan Portugis dan penyerangan Demak ke kerajaan Jawa lainnya. Seperti biasa, Pram memiliki perbendaharaan kata yang kaya dan baik sehingga dapat menggambarkan dengan jelas suatu kondisi dan bahkan pemikiran-pemikiran dari tokoh-tokohnya. Cerita tentang politik tai kucing dari raja-raja Jawa yang ngehe kerap kali membuat saya gemas sendiri ketika membaca buku ini. Pram menggambarkan tokoh utama dalam buku ini sebagai sosok yang saya kira awalnya dianggap sebagai "pahlawan" tetapi di akhir hanya seorang petani desa biasa seperti orang kebanyakan dan memiliki kesalahan hingga penyesalan di masa lalunya. Sepanjang cerita kita akan bersinggungan dengan nama-nama yang familiar di buku sejarah seperti Adipati Unus, Fatahillah, hingga Trenggono. Kekurangan dari buku ini menurut saya mungkin di beberapa bagian terasa agak dragging dan seharusnya bisa lebih to the point lagi, yaa mungkin berlarut-larutnya cerita terkadang membuat saya seperti masuk ke dalam keseharian mereka. Buku yang bagus untuk dibaca pelan-pelan.

  • Akbar Fauzi

    ARUS BALIK

    Semasa jayanya Majapahit, Nusantara merupakan kesatuan maritim dan kerajaan laut terbesar di antara bangsa-bangsa beradab di muka bumi. Arus bergerak dari selatan ke utara, segalanya: kapal-kapalnya, manusianya, amal perbuatannya dan cita-citanya, semua bergerak dari Nusantara di selatan ke 'Atas Angin' di utara. Tapi zaman berubah...

    Arus berbalik -- bukan lagi dari selatan ke utara tetapi sebaliknya dari utara ke selatan. Utara kuasai selatan, menguasai urat nadi kehidupan Nusantara... Perpecahan dan kekalahan seakan menjadi bagian dari Jawa yang beruntun tiada hentinya.

    Wiranggaleng -- pemuda desa sederhana, menjadi tokoh protagonis dalam epos kepahlawanan yang maha dahsyat ini. Dia bertarung sampai ke pusat kekuasaan Portugis di Malaka, memberi segala-galanya -- walau hanya secauk pasir sekalipun -- untuk membendung arus utara.

    Masih dapatkah arus balik membalik lagi?

    "Tiada setitik pun awan di langit. Dan bulan telah terbit bersamaan dengan tenggelamnya matahari. Dengan cepat ia naik dari kaki langit, menguningi segala dan semua yang tersentuh cahayanya. Juga hutan, juga laut, juga hewan dan manusia. Langit jernih bersih dan terang. Di atas bumi jawa lain lagi keadaannya: gelisah, resah, seakan-akan manusia tak membutuhkan ketentraman lagi." Halaman 1.

    "Seorang diri aku berseru-seru: Jangan biarkan anak-anak kalian tenggelam dalam kemerosotan jaman. Bangkit: Lawan kemerosotan. Lebih dua puluh tahun aku bicara. Tetapi orang masih juga tak mau mengerti." Halaman 537.

    "Dengan nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih, pada hari ini dengan kekuatan yang dilimpahkan-NYA pada kita, kita telah halau Peranggi ke laut. Insya Allah mereka takkan menginjakkan kaki lagi di bumi kita ini. Sebagai peringatan atas peristiwa ini, aku nyatakan bandar ini berganti nama, dan menjadilah Jayakarta. Jaya pada awal dan kemudiannya, Karta untuk selama-lamanya." Halaman 652.

    "Sia-sia Tuan keluarkan pisau tongkat itu. Kalau aku mau, sudah sejak tadi kuremukkan kepalamu. Uh, siapa belum pernah dengar tentang tongkat ajaib itu? Orang-orang tak berdaya telah kau bunuhi, seakan babi hutan. Sekali pisau itu nampak terhunus di hadapanku, tangan yang menghunusnya akan kuremukkan. Kalau tidak percaya, ayoh coba." Halaman 717-718.

    "Perang, kekuasaan, kekayaan, seperti api unggun dalam kegelapan dan orang beterbangan untuk mati tumpas di dalamnya." Halaman 739.

    Selama kurang lebih 2 bulan akhirnya bisa baca sampai tuntas..

  • Fad

    Sudah sekitar dua tahun lamanya punya buku ini, didiamkan saja tidak dibaca. Selalu sulit sekali mengumpulkan niat untuk membacanya. Sangat tebal, font kecil rapat sehalaman penuh, dan menceritakan hal sejarah, membuat setiap kali ingin membaca, ah nanti saja.

    Baru dua minggu lalu mulai baca dan ternyata, sial! Lagi-lagi dibuat terheran-heran dengan karya Pramoedya. Bisa-bisanya menulis cerita yang demikian. Memikirkan butuh riset sedalam apa sampai bisa tercipta cerita seperti itu. Pun jika kisahnya fiksi, garis besar sejarahnya tetap fakta. Jelas bukan jenis cerita sejarah sebagaimana biasa ditemukan di buku-buku lainnya, melainkan 'novel sejarah' seperti yang tertulis pada sampul buku.

    Tentang sebuah epos pasca kemerdekaan Nusantara di awal abad 16

    Menimbang-nimbang, mana yang lebih baik jika dibandingkan dengan tetralogi pulau Buru. Kisah antara Wiranggaleng – Idayu dan Minke – Annelies, sama megahnya. Sulit membayangkan bahwa memang terdapat masa yang demikian: adanya pemimpin mutlak yang dipercaya sebagai titisan dewa melalui darah ningratnya untuk memimpin rakyat, pertempuran laut dengan kapal layar, konflik dan pengkhianatan dalam perebutan daerah kekuasaan, dan perang dengan pasukan gajah!

    Jelas merupakan salah satu karya terbaik Pramoedya. Merupakan pengalaman yang luar biasa bisa membaca cerita sejarah dengan cara seperti ini.