Title | : | The Phaidon Atlas of Contemporary World Architecture: Comprehensive Edition |
Author | : | |
Rating | : | |
ISBN | : | 0714843121 |
ISBN-10 | : | 9780714843124 |
Language | : | English |
Format Type | : | Hardcover |
Number of Pages | : | 824 |
Publication | : | First published January 1, 2000 |
Organized geographically and illustrated with global, regional and sub-regional maps locating each individual building, this monumental tome illustrates more than 1,000 completed buildings and includes some of the most influential projects worldwide as well as many lesser-known buildings.
Sections on World Data, Building Data and Architect's Biographies paint a detailed picture of the influences on contemporary architecture today. Every building type is covered - from the largest publicly-funded art museums and airports to private houses - and each project is illustrated with colour photographs, line drawings and an analytical text.
Eminent architectural critics, curators, journalists and practitioners from all parts of the globe nominate what they consider to be the most outstanding works of contemporary architecture in their regions and beyond. The resulting 1,050 buildings confirm the far-reaching influence of well-known and respected international practitioners such as Jean Nouvel, Tadao Ando, Renzo Piano, Sir Norman Foster, Rem Koolhaas and Herzog & De Meuron, as well as introducing a host of lesser-known architects whose work provides an illuminating point of comparison with their famous counterparts.
This magnificent book provides a unique opportunity to examine contemporary architecture as an evolving global phenomenon with all the cross-cultural influences this suggests, while illustrating the powerful diversity that is generated by climate (from the Arctic circle to the African deserts), culture (from the technologically advanced secularism of western Europe to traditional rural communities) and economics (from the wealthy post-industrial mega-economies to some of the most economically challenged countries of the developing world).
The colossal volume is divided into six geographical regions with meticulous maps in each section, providing geographical orientation and an understanding of where contemporary architecture is being commissioned, designed and built. Its composition, scale, range and depth are truly unprecedented.
The Phaidon Atlas of Contemporary World Architecture: Comprehensive Edition Reviews
-
ini sih kamus, atau ensklopedia.
apa pun lah namanya, ini kumpulan karya arsitektur mutakhir yang bisa dirujuk untuk tahu: siapa perancang dan pemiliknya, kapan dirancang dan dibangun, di mana, dst.
ada banyak sekali gambar tapi sayang ukurannya segede [sekecil?] prangko.
disarankan untuk perpustakaan sebagai buku referensi. -
Constantly browsing. I'm an utter layman, and maybe I'm just fetishizing styles and aesthetics rather than truly comprehending and appreciating the import of contemorory architecture. Nevertheless, this is a beautiful, intriguing and massive book.
-
Apakah harapan saya terlalu berlebihan apabila saya ingin ada satu karya dari Indonesia yang masuk dalam buku ini? Ternyata, buku yang memuat amat banyak karya arsitektur dari mancanegara ini tidak memuat satu pun bangunan dari Indonesia.
Menandai beberapa karya-karya yang berfungsi sebagai wadah budaya, di buku ini banyak dimuat bangunan dengan fungsi sekolah, perpustakaan, museum, kantor pemerintahan, dengan desain yang indah. Memang tidak bisa dipungkiri, perkembangan eksplorasi arsitektur di Indonesia hanya berkutat pada Mal alias Plaza alias Square, dan apartemen berlantai banyak dengan mengadaptasi gaya romawi atau mediteran. Dan arsitektur lokal yang mendominasi bentuk-bentuk kantor pemerintahan daerah di Indonesia. Bukankah kalau bisa lebih dieksplorasi lokal bisa mengglobal?
Sebagai contoh lihatlah Gedung Dharmala Land di Sudirman karya Paul Rudolph yang mengadaptasi atap miring di Indonesia menjadi gedung bertingkat tinggi. Bukan hanya semena-mena mengambil bentuk joglo hanya sebagai tempelan di kantor-kantor pemerintah. Coba kita bahas beberapa fungsi bangunan yang agak terlupakan dalam prioritas pemerintah.
Wisma Dharmala, Sudirman
Pertama, museum. Berapa banyak sih museum yang didirikan dalam 10 tahun terakhir ini? Banyak orang menilai museum hanya untuk peninggalan jaman dahulu, tidak dianggap hip atau trendy. Sehingga gedung-gedung yang diperuntukkan untuk museum ini hanyalah gedung-gedung tua peninggalan Belanda yang direhabilitasi sehingga menjadi museum. Menimbulkan kesan horror. Hanya beberapa museum baru yang dibangun berkumpul di Taman Mini Indonesia Indah.
Museum Wayang, Taman Fatahillah, Jakarta
Kedua, perpustakaan. Sebagai gudang ilmu, sepertinya tidak menjadi prioritas pemerintah untuk membangunnya. Kondisi Perpusnas yang begitu-begitu saja, membuat orang segan untuk memasukinya, dan lebih memilih ke bangunan baru yang lebih segar. Jika dilihat di luar negeri perpustakaan begitu menarik minat dan didesain dengan nyaman, semoga kelak perpustakaan baru di Universitas Indonesia ini dapat menarik minat pengunjungnya. Tidak hanya desainnya yang keluar dari pakem genteng merah UI, semoga koleksinya pun mencukupi kebutuhan belajar di sana.
[image error] -
wow
-
اطلس بزرگ معماری (انتشارات فیدون) maaarekast... albaate hanuz forsat nakardam matnesho bekhunam vali axash ....
-
Don't move it around too much. The book is heavy.
-
The best