Catatan dari Balik Dapur Si Tukang Masak by Bara Pattiradjawane


Catatan dari Balik Dapur Si Tukang Masak
Title : Catatan dari Balik Dapur Si Tukang Masak
Author :
Rating :
ISBN : 9797803473
ISBN-10 : 9789797803476
Language : Indonesian
Format Type : Paperback
Number of Pages : 260
Publication : First published January 1, 2009

‘… Tidak jauh dari situ, ada seorang nenek beraut wajah aristokrat dengan garis-garis keriput sangat dalam. Dia menjual rokok lintingan. Karena saya menaruh perhatian pada rokok jualannya, si nenek kemudian berucap dalam bahasa Prancis, “S’il vous plait Monsieur, un sac seulement one dollar (Silakan, Tuan, satu bungkus hanya satu dolar)”. “Tembakau jenis apa ini?” tanya saya. Teman saya menjawab, “It’s marijuana”. Mulut saya pun ternganga lebih besar lagi.


Perjalanan Bara Pattiradjawane membawa kita ke dunia penuh kejutan rasa. Manisnya es campur si Bob yang dinikmati Bara kecil sambil ngumpet-umpet. Serunya piknik di stadtpark, Wina dan Taman Monas. Pahitnya domba masak kecap yang gosong hasil eksperimen Bara ketika di Belanda dulu. Atau, legitnya ancemon—penganan tradisional betawi— yang sekarang sudah susah ditemukan, tapi ssttt… masih bisa kita nikmati dalam salah satu kumpulan tulisan ini.

Catatan dari Balik Dapur Si Tukang Masak mengungkapkan bahwa kuliner lebih dari sekadar meracik berbagai bahan menjadi sebuah masakan. Kita tak hanya menemukan resep-resep ala Bara, tetapi juga cerita-cerita dari balik dapur seorang tukang masak yang penulis.
Ini adalah dunia penuh petualangan.
Dan tentunya, penuh cinta!

*****

Bara adalah seorang tukang masak.
Bara adalah seorang tukang masak kemarin, hari ini, dan besok.
Bara adalah seorang tukang masak yang tidak akan berhenti memasak.
Bara adalah seorang tukang masak yang senang membahagiakan orang lain dengan masakannya.
Bara adalah seorang tukang masak yang juga senang menulis.


Catatan dari Balik Dapur Si Tukang Masak Reviews


  • Aveline Agrippina

    Saya tak tahu. Sungguh! Mengapa saya bisa mengambil buku ini dan membawanya pulang dari Gramedia? Saya hanya seorang pelancong yang suka makan. Kalau ke kota manapun, saya pasti akan mencari makanan dan bukan menciptakan makanan sendiri. Saya bukan penggemar masak memasak termasuk di dalamnya acara masak memasak yang menampilkan berbagai macam gaya juru masaknya.

    Dari awal saya menyukai kegiatan melancong dari kota ke kota tanpa berpikir saya juga dapat mengorbitkan makanan dari kota-kota tersebut tanpa harus terbang ke kota tersebut. Membuatnya sendiri di rumah.

    Bara Pattiradjawane, seorang tukang masak yang mungkin tidak asing lagi di layar TV. Pengisi acara "Gula-gula" ini juga berselingkuh ke ranah kepenulisan. Bukan seperti tukang masak lain yang menerbitkan buku penuh dengan resep dari halaman pertama sampai terakhir. Semua buku penuh dengan resep yang berbahan baku apa saja dan disertai cara memasaknya yang dikemas ala presentasi produk kecantikan. (Tsah!)

    Bara menulis buku ini bukan seperti yang saya deskripsikan. Bukan penuh dengan resep atau gambar-gambar cara membentuk adonan atau mengaduk-aduk sayuran di wajan. Dia mengemasnya dalam bentuk catatan harian. Renyah dibaca. Seperti ketika Anda membuka lembar kuliner pada koran setiap minggunya.

    Ia bercerita banyak tentang hidupnya dalam dunia kuliner. Sedari kecil sampai pengambilan gambar untuk acara "Kick Andy". Sejarah makanan dan becerita tentang kota-kota yang disinggahinya. Singkat cerita: kita bukan sekadar membaca resep, tetapi juga membaca pengalaman hidupnya tersesat di tempat yang penuh dengan perkakas dapur.

    Banyak pengetahuan yang dapat diambil dari cerita-cerita yang dibagikan oleh Bara. Kesan meremehkan masyarakat Dataran Tinggi Dieng yang akan kesulitan mendapatkan bahan - bahan chiffon cake yang ternyata juga bisa membuat kue ini jauh sebelum kedatangan Bara. Atau juga nasihat-nasihatnya bagaimana menikmati makanan sesuai dengan jamnya. (Ini lebih kepada saya, pakar kebangetan yang menciptakan breakfast pada jam 12 siang dan dinner pada jam 10 malam).

    Dilengkapi juga dengan foto-fotonya dan masakan-masakannya yang benar-benar berseni. Bukan foto-foto cara membuat masakan, mengaduk-aduk daging cincang di wajan, atau cara menghias makanan. (Oh ya, saya adalah orang yang paling tidak peduli dengan hiasan pada makanan karena menurut saya semua makanan pasti dimakan bukan dilihat hiasannya).

    Jelas sekali Bara menulis dengan perasaannya. Dengan hatinya. Buktinya adalah ketika orang membaca menjadi ikut hanyut dalam cerita-ceritanya. Terus ketagihan membaca cerita-ceritanya sampai pada satu tujuan: habis tertutup. Bukan tersiksa membaca, tetapi memang candu dibuatnya.

    Buku yang membuat banyak hal. Cerita dari kota dan negeri orang, sejarah kuliner dan makanan, cerita dari balik dapur itu sendiri, dan tentunya resep yang bisa menyulap makanan secara mudah.

  • Hera

    Buku ini jadi penyelamat saya dulu, dan sekarang- sebagai mahasiswa rantau nun jauh dari keluarga. Sudah tak terbilang berapa kali dibaca, sampai lecek, kusut, robek di beberapa tempat, dan penuh dengan lipatan-lipatan untuk menandai bagian yang 'asyik'.

    Selalu suka membaca tulisan Bara yang ringan, mengalir dan sangat membumi- membuat pembaca seolah merasakan harumnya kue cokelat empuk yang dipanggang atau mencicip asam segarnya salad ayam lemon yang sedang dibuat. Resep-resepnya terbilang mudah dipraktekkan- favorit andalan saya adalah soto ayam superinstan superenak yang anti gagal (beneran deh!). Belum lagi resep minuman cokelat jahe dengan aroma kopi yang 'nendang' banget buat merayakan cuaca dingin menohok tulang saat winter.

    Mas Bara, you are truly a life saver! :-)

  • Jahe

    Akhirnya gw kelar baca.

    Ngebaca buku ini sama aja kae ngebaca buku-buku yang jurnal-based. Tapi Bara mengemasnya dengan tema makanan. Sebenarnya gw punya ekspektasi yang keliru.

    Jadi gini, gw pikir Bara bakal kasih resep2 yang sangat mudah dan unik, jadi gw juga bisa praktekin. Emang unik, tapi ternyata resepnya susah dan kebanyakan western. Dan gw masih belum punya oven buat mempraktekkan resep yang paling mudah. Pity, me =_=

    Dan sayang sekali Bara kebanyakan membahas tempat-tempat makan di daerah Jakarta. (Yaeyalaaaah, orang dia tinggal di Jakarta juga.)

    Tapi gw cukup puas, karena gw banyak menemukan istilah masakan didalamnya. Tapi cukup puyeng juga karena istilahnya yang bener2 susah diingat.

  • Indah Threez Lestari

    Hampir tiap babnya bikin ngiler dan laper, secara yang dibahas makanan mlulu. Di tiap babnya juga ada resep singkat yang biasanya masih nyambung dengan apa saja yang dibahas Bara, kecuali bab tentang Man's Best Friend kali ya. Di situ dibahas tentang anjing peliharaan dan adanya budaya kuliner yang menjadikannya hidangan pelengkap lauk lain. Padahal bisa aja sih maksain resep hot dog, in name only gitu...

    Jadi, supaya engga ngiler terus, gue terpaksa baca buku ini sambil ngemil *boong dink, baca buku lain juga ngemil, kok*

    Nyam, nyam, nyam... sluurp... euuuu *teurab*

  • harri pratama

    si jago masak satu ini menuliskan petualangannya yang berkaitan dengan makanan (bumbu dapur)dalam bentuk catatan harian. ringan, lumayan menghibur.

    ada beberapa pengetahuan-pengetahuan umum yang unik yang bisa didapat dari perjalanannya ke pelbagai tempat (dalam dan luar negeri)dalam berburu bumbu masak atau makanan.

    dan, karena ini buku si tukang masak, ga komplit jika ga ada resep-resep masakan. jadi, kalau mau nambah khasanah tentang makanan-makanan unik a la Bara, buku ini rasanya pantas dikoleksi.

    oke, saatnya bikin "Fruity Energy Breakfast"!.

    tapi,....

  • karina

    suka deh bacanya. gabungan antara buku harian sama resep masakan. udah gitu didalemnnya juga ada beberapa foto hasil masakan bara.
    kesimpulan abis baca buku ini: BIKIN GUA LAPER MULUUU!! xP