Title | : | 20 Cerpen Indonesia Terbaik 2009: Anugerah Sastra Pena Kencana |
Author | : | |
Rating | : | |
ISBN | : | - |
ISBN-10 | : | 9789792243574 |
Language | : | Indonesian |
Format Type | : | Paperback |
Number of Pages | : | 176 |
Publication | : | Published February 1, 2009 |
Para Penulis:
Agus Noor, A.S. Laksana, Ayu Utami, Azhari, Danarto, Eka Kurniawan, F. Dewi Ria Utari, Gunawan Maryanto, Intan Paramaditha, Lan Fang, Linda Christanty, M. Iksaka Banu, Naomi Srikandi, Nukila Amal, Putu Wijaya, Ratih Kumala, Stefanny Irawan, Triyanto Triwikromo, Zaim Rofiqi, Zelfeni Wimra
20 Cerpen Indonesia Terbaik 2009: Anugerah Sastra Pena Kencana Reviews
-
Buku ini saya curi dari perpustakaan sekolah, kondisinya buruk sekali walau halamannya masih lengkap tapi buku ini terbelah jadi dua, untungnya bukunya disampul plastik jadinya masih tetap bertahan.
Pertama yang mau saya bahas adalah prakata dari Wicaksono Adi, yang membahas cukup panjang tentang sebuah "tren" yang terdapat di cerita-cerita di buku ini. Dia berpendapat yang saya tarik kesimpulannya bahwa "gelombang baru" cerita-cerita sekarang membawa sebuah perubahan gaya naratif yang ia sebut sebagai "bobot kehadiran" yang saya artikan layaknya aliran impresionisme. Wicaksono Adi mengatakan bahwa cerita pada cerpen sekarang tidak lagi berpusat kepada "manusia" atau si "karakter" untuk membangun bobot cerita, melainkan apa yang melingkupi karakter itu seperti lingkungan, pakaian, keterangan hobi dan lain-lain untuk menghadirkan sebuah "impresi" terhadap watak si karakter, dan warna alur cerita, saya temukan hal ini paling jelas terdapat di judul "Terbang" oleh mbak Ayu. Menurut saya pendapat Wicaksono Adi ini sangatlah menarik dan tentunya bisa dikaji lebih lanjut. Beliau berpendapat tren ini berhubungan dengan modernisme yang pada akhirnya menelan kedudukan manusia untuk berdiri sendiri.
Belakangan ini saya sedang gemar membaca buku kumcer, dari yang isinya cuman satu penulis sampai kolektif. Saya pikir dari beberapa yang telah saya baca, sejauh ini buku inilah yang tiap cerpennya mengandung kekuatannya masing-masing. Tidak heran bila melihat dari nama-nama yang bertengger di barisan buku ini, dari yang sudah papan atas di jaman itu seperti Putu Wijaya, Ayu Utami, Eka Kurniawan sampai yang jaman itu masih rookie dan sekarang besar.
Yang saya temukan di buku ini adalah banyaknya eksperimentasi gaya penceritaan, formula gaya bahasa dan malah kurang dari penonjolan cerita-cerita tentang kritik sosial dan sebagainya yang sangat digandrungi Kompas di buku kumcernya. Saya anggap juga hal ini merupakan selebrasi era 2000an yang telah "merdeka".
Dari 20 cerita yang ada di buku ini sekiranya ada 15 cerita yang saya sukai, tanpa mengurangi rasa hormat kepada yang 5 lainnya. Namun dari 15 cerita ini, ada sekitar 10 yang benar-benar saya sukai. Beberapa saya baca ulang-ulang, dan menggugah rasa kagum saya (tidak di ranking):
1. Terbang: Sekiranya saya mungkin memang sudah tersihir oleh mbak Ayu, dan nama beliau juga lah yang membuat saya nekat mencuri buku ini dari perpustakaan sekolah.
Cerita yang ditawarkan mbak Ayu sebenarnya tidaklah baru mengingat tema yang sering ia bawa-bawa di tulisannya, bahkan deskripsi beliau tentang karakter laki-laki disini yang berperan jadi "Manic pixie boy" nya si karakter perempuan merupakan gambaran laki-laki yang mbak Ayu sering taruh di cerita-ceritanya. Meski begitu, cara menggambarkan karakter mbak Ayu lah merupakan sihir yang sampai sekarang masih menggugah rasa kagum saya. Cerita ini juga yang membuat saya akhirnya mengangguk-anggukkan kepala terhadap prakata Adi.
2. Usaha Menjadi Sakti: Selain dari penuturannya yang jenaka, saya sudah suka oleh materi cerita yang dibawa.
3. Apel dan Pisau: Ah, cerita macam apa lagi yang menarik selain cerita biblical yang dikemas den cerdik seperti ini.
4. Sebuah Jazirah di Utara: Ada 2 cerita melankoli yang menampilkan vibe sama di buku ini, yang menariknya adalah yang satu tentang ayah, dan yang satunya lagi tentang ibu. Sebuah Jazirah di Utara saya baca ulang beberapa kali, selain pembawaan alurnya yang saya sukai, eksperimentasi pemggunaan bahasanya juga menarik untuk dipecahkan. Hal yang menarik lagi disini adalah, bagaimana penulis bisa memainkan kebimbangan tokoh utamanya terhadap cintanya terhadap seorang pria dan ayahnya, yang membuat pembaca menemukan bahwa ia bicara tentang kekasihnya sekaligus ayahnya seolah-olah mereka satu orang. Cerita ini menarik untuk dipelajari formulanya.
5. Semua untuk Hindia: Sebuah cerita yang berlatarkan sejarah tragis memang otomatis menyediakan sebuah plot yang terlanjur menarik. Ada kecacatan di cerita ini yang disebutkan oleh Wicaksono Adi di prakatanya, yang menciptakan kelemahan lumayan besar di kekuatan naratifnya.
6. Smokol: Cerita favorit saya dan menurut saya merupakan cerita terkuat di buku ini. (Ternyata cerita ini merupakan pemenang cerpen pilihan kompas 2008)
Cerita yang diusung merupakan yang paling segar dibanding yang lain, unsur di cerita ini juga yang paling kaya diantara yang lain, tidak perlu disebutkan juga tuturan Nukila Amal yang membalutnya dengan komedi hitam.
7. Suap: Ah, bila lihat nama penulisnya saja tidak usah diragukan kalau anda akan membaca sebuah sajian mantap yang lengkap. Komedi, kritik sosial, keindahan, segala macam lah! Hormat saya selamanya Putu Wijaya.
8. Foto Ibu: Merupakan "saudara" dari Jazirah di Utara yang saya sebutkan di atas. Dari cerita, dan bahasa, keduanya merupakan jenis cerita kesukaan saya.
9. Hari Ketika kau Mati: Saat membacanya saya seperti melihat sebuah penyakit. Dari cerita mulai berjalan, sampai ke akhir cerita sudah tercipta sebuah atmofser yang tidak nyaman. Saya belum menemukan bagaimana Stefanny Irawan berhasil membuat formula atmofser yang seperti ini, duka, kesedihan, yang akhirnya ditutup dengan sebuah misteri yang tidak disebutkan.
10. Kamar Bunuh Diri: Wicaksono Adi juga memuji cerita ini, dan saya juga baru lihat bentuk penulisan yang seperti ini.
Dari 10 di atas masih ada beberapa cerita yang tentunya sangat menarik, dan ditulis dengan kemampuan yang membuat saya geleng-geleng kepala karena kagum. Adapun kenapa saya tidak memasukkannya ke daftar 10 itu murni karena preferensi selera, dan kemampuan saya yang masih payah dalam mencerna cerita. "Pengantar Singkat untuk Rencana Pembunuhan Sultan Nurrudin" adalah contohnya, cerita ini dipuja-puja oleh Wicaksono Adi dan saya pun mengerti kenapa. Namun, di beberapa bagian entah karena menurut otak saya ini ceritanya terlalu rumit saya jadi kehilangan momentumnya.
Pada intinya, saya selalu kagum saat membaca kumcer penulis Indonesia, yang saya rasakan bisa ambil ilmunya untuk menulis. -
Buku ini cukup lama bertengger di rak, menunggu waktu yg tepat utk dibaca. Dan amat tepat membacanya akhir tahun begini.
Saya kaget pada suguhan list cerpen yang ada di dalamnya; ternyata ada banyak cerpen yg memang saya tahu judulnya dan ingin saya baca, ambilah contoh Smokol, dan Semua Untuk Hindia.
Terus juga banyak penulis cerpen indonesia yang baru pertama kali saya baca karyanya lewat buku ini, seperti Intan Paramadhita, A. S. Laksana, Azhari, yang bikin saya terpikat pada penulisannya.
Ah saya cepat jatuh cinta pada penulis yang tulisannya bagus gila. -
akhirnya selesai. meski melelahkan. tapi cukup menghibur daripada lihat spanduk caleg di mana-mana.
-
usaha menjadi sakti bener2 mengingatkan waktu kelas 4 sd, berdua ma adek berguru pd temen cari ilmu sakti,hehehe. membaca kumpulan cerpen cukup menegangkan. kuatir klo cerita berikutnya tak sebagus cerita yang dah dibaca sebelumnya, dan memang terjadi beberapa kali. kayak makan buah kelengkeng,hehe... pertama dapet yang manis, terus dapet lagi yang lumayan manis, terus sempet dapet yang busuk, makan lagi biar dapet yang manis... dan dapet yang manis. lalu ragu2 mau makan lagi pa enggak. klo kelengkengnya masih banyak pasti lanjutin makannya, tapi kekuatiran datang saat buahnya tinggal beberapa biji. maniskah?hambarkah? busukkah?
seperti ms. ririn saya juga menyarankan baca pengantar belakangan. saya dah sempet baca dikit, tp dipikir2 kayak mo nonton film dah dikasih tau ceritanya, gak asik kan. buat penerbit untuk buku berikutnya sebaiknya (menurut saya) pengantar diganti jadi catatan akhir saja... sekali lagi cuma saran,hehehe -
Beberapa cerpen memang bagus dan alurnya mengalir tetapi ada juga yang kesannya berat (atau diberat2in) sehingga malah malas membacanya. Saran saya baca dulu semua cerpennya baru baca pengantar dari... err.. siapa ya namanya (?) maaf saya lupa... karena setelah membaca cerpennya malah lebih mengerti apa yang dimaksud oleh si pemberi pengantar itu.
Secara keseluruhan tentu saja saya suka cerpen2 yg agak aneh seperti Apel dan Pisau serta Perbatasan, tapi hanya cerpen 'Mbok Jimah' yang membuat saya terkesiap sampai susah untuk membaca kisah berikutnya karena masih begitu syok dan kagum setelah Mbok Jimah. -
Karena ini kumpulan cerpen dari banyak penulis, saya gak bisa bilang saya "suka" buku ini. Beberapa cerpen saya suka seperti "Terbang", "Smokol", "Apel dan Pisau", dan "Sonata". Tapi beberapa cerpen biasa2 saja.. bahkan ada yang gak saya mengerti. Tapi secara keseluruhan, buku ini bolehlah untuk berkenalan dengan karya penulis2 lokal ^^
-
Banyak penulis jadi banyak macam gaya, cerpen hebat-hebat
-
Baru sempat membacanya. Ada beberapa cerpen yang memang menurut saya agak berat bahasanya. Namun, overall keren. Penulis-penulis yang sungguh hebat :)
-
Jujur membaca buku ini karena ingin 'mencicipi' secara singkat cerpen yg di tulis Azhari Aiyub yg berjudul pengantar singkat untuk rencana pembunuhan sultan Nuruddin.
coba tebak, ya sekilas cerpen ini mungkin 'penggalan', atau sekilas cerita dari novel luar biasa milik beliau kura-kura berjanggut. 🥹🤧
Sembari menunggu bookmail kura2 berjanggut ku datang, ku pikir why not? ya kan.
Namun ternyata penulis dalam buku ini pun tampak familiar, sehingga rasanya nggak sia-sia baca.
overall cerita2nya cukup bagus dan tema2nya ada berbagai macam jadi ga bosen.
Mengingat nama-nama penulis yg tidak asing dalam buku ini sekiranya wajar jika cerpen2 di dalamnya menjadi cerpen terbaik sesuai judul bukunya.
Oh ya, selain cerpennya Azhari Aiyub, cerpen milik danarto yg judulnya cincin kawin, semua untuk Hindia ; iksaka Banu, dan Gerimis yang sederhana Eka Kurniawan menjadi cerpen favoritku.
4/5 ⭐ -
Sepertinya ada yang error dalam diriku ketika mendapati kesan membaca cerpen tak bisa lagi menyamai kesan membaca novel.
-
"Hidup hanya menunda kekalahan, tambah terasing dari cinta sekolah rendah. Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan, sebelum akhirnya kita menyerah?" ---
Zaim Rofiqi -
Tidak lebih baik ketimbang buku pertama meskipun berjejal-jejala nama cerpenis besar.
-
Cerpen pertama yang saya baca dari buku ini adalah, Kartu Pos dari Surga –
Agus Noor, dilanjutkan dengan Terbang –
Ayu Utami, Sebuah Jazirah di Utara –
Linda Christanty, Suap –
Putu Wijaya, Gerimis yang Sederhana –
Eka Kurniawan, dan kemudian sisanya. Kemudian, saya memilih Foto Ibu –
Ratih Kumala sebagai cerpen favorit saya dari antologi cerpen ini. Setiap cerpen memiliki karakter yang kuat (tentu saja, karena merupakan 20 cerpen pilihan dan terbaik), dari segi penokohan, alur cerita, latar, konflik, dan lain-lain. Juga dipilih oleh dewan juri yang tidak diragukan lagi kredibilitas dan kapabilitasnya di bidang penulisan seperti
Budi Darma,
Sapardi Djoko Damono, dan
Sutardji Colozum Bachri. Melalui antologi ini, saya belajar. Diam-diam saya menyematkan harapan dengan bubuhan motivasi yang luar biasa, bahwa saya bisa menciptakan karya minimal sebagus para penulis dalam antologi ini. -
Hari ketika kau mati : hahaha bener-bener ga nyangka endingnya ternyata seperti itu, awalnya sangat sedih dan dramatis membuat si pembaca terlarut dalam kesedihannya pada akhirnya semua hanyalah imajinasi.
-
Suka sama cerpen-cerpen Nukila Amal dan Intan Paramaditha. Ide soal makanan dan kelas sosial di "Smokol" asyik banget, meskipun belokan di akhir cerita terlalu tajam. Lalu "Apel dan Pisau," cerpen ini seksi banget.
-
Ada beberapa yg sudah pernah baca, misalnya "Kartu Pos dari Surga"-nya Agus Noor dan "Semua Untuk Hindia"-nya Iksaka Banu. Ada sensasi tersendiri membaca karya pengarang yg (saat kumcer ini terbit) masih belum setenar sekarang.
Terima kasih iJak atas peminjaman bukunya -
saya baca versi e-book di gramediana. ga nyaman bgt, tapi ga mengurangi kekerenan cerita2 di dalamnya. will review more on blog.
-
Beberapa cerpen yang menarik:
-Suap
-Smokol
-Foto Ibu
-Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis
-Pengantar Singkat untuk Rencana Pembunuhan Sultan Nurruddin