Title | : | Potongan Cerita di Kartu Pos |
Author | : | |
Rating | : | |
ISBN | : | 9797092658 |
Language | : | Indonesian |
Format Type | : | Paperback |
Number of Pages | : | 173 |
Publication | : | First published January 1, 2006 |
Awards | : | Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2009) |
Seluruhnya berjumlah 9 cerpen, tetapi setiap cerpen bercerita panjang lebar dengan gaya bahasa lisan, bahasa sehari-hari.Secara umum isi kumpulan cerpen ini bercerita mengenai sudut kehidupan manusia beserta segala persoalannya.Pecinta dunia sastra atau penggemar buku fiksi, layak membaca buku ini. Sebagai khazanah pengayaan dunia sastra di Indonesia. Bagi pemerhati sastra dan peminat sastra serta masyarakat umum yang menyukai dunia sastra, buku ini layak dibaca, dipertimbangkan sebagai sebuah karya baru
Potongan Cerita di Kartu Pos Reviews
-
#2011-20#
Dear Agus Noor,
Membaca kumpulan cerpen ini di bulan Mei 2011, mengingatkan pada 13 tahun yang lalu, salah satu masa kelam satu bangsa, di mana terjadi perang saudara di kota yang katanya adalah Metropolitan. Di suatu bangsa yang digerogoti oleh korupsi, oleh pemimpin yang tidak mau mendengar, tersembunyi di balik senyum yang berbau kematian.
Ada cerita tentang trauma perempuan oleh tindak pemerkosaan yang tidak pernah terungkap, ada cerita tentang sniper yang malu akan profesinya, mahasiswa yang tertembak, bapak yang memukuli anaknya, pembunuhan yang tidak terungkap, sampai rakyat yang busung lapar karena hanya makan angin. Semua di bangsa ini, bangsa yang dijadikan bahan taruhan oleh petinggi-petingginya. Bangsa yang terlena oleh kekayaannya, oleh wajah cantik dan keramahan penduduknya. Senyuman tulus di rakyat untuk menutupi senyum licik pengelola bangsa.
Dan setelah 13 tahun, apa yang berubah? Petinggi-petinggi yang menjadi boneka tetap saja berulah yang sama. Kaum intelektual yang berteriak-teriak 13 tahun yang lalu sudah nyaman dan ikut-ikutan cari untung. Demo dibisniskan, mengumpulkan orang, asal sanggup membayar. Mahasiswa pintar yang dibungkam mulutnya oleh perusahaan minyak asing untuk menyedot kekayaan buminya sendiri. Perusakan lingkungan di mana-mana yang ditutupi oleh imbal balik ke masyarakat yang bernilai kecil. Impor barang murah yang merajalela dan mematikan industri dalam negeri. Juru bicara hanya menguntungkan golongan. Studi banding ke luar negeri yang menghabiskan dana setara dengan perbaikan 10 sekolah dasar. Koruptor, suap, makelar proyek yang makin lihai. APBD untuk anggaran yang mengada-ada. Proyek dengan suap 30% nilainya ke pegawai departemennya. Perguruan tinggi yang tidak lagi disubsidi. Pembangunan gedung mewah untuk wakil rakyat yang tidak mewakili rakyatnya.
Dan saya, yang 13 tahun lalu ikut berpanas-panas dan berteriak-teriak di gedung hijau MPR, sama sekali tidak berminat jadi PNS, tidak bisa membantu dalam hal besar, hanya mencaci maki petinggi dalam jejaring sosial, kadang-kadang ikut acara amal, masih menggunakan transportasi umum, yang ongkosnya saya bayar dan pajaknya saya bayar juga, mencoba memelihara fasilitas umum, tetap berjuang untuk kebutuhan hidup. Menjadi rakyat kecil tidak didengar suaranya, hanya dibutuhkan 'suara'nya sebagai kuantitas dalam Pemilu untuk menyokong partai-partai yang tidak berorientasi kembali pada rakyat.
Wajar jika bertanya, mau dibawa kemana negeri ini?
Selamat pagi koruptor, tukang suap, makelar proyek, orang dekat menteri, semua tukang mark up, semoga kalian sial hari ini.
Selamat pagi tukang roti, supir taksi, pedagang warung, ojek, kuli angkut, tukang parkir, walaupun hasilnya sedikit, semoga tenaga yang kalian keluarkan hari ini menjadi berkah.
Pesimis tidak, optimis pun sulit dipercaya. Maafkan jika review ini berubah menjadi curhat. Demokrasi yang menjadi demo-crazy.
Salam,
Indri -
Buku ini diberi judul unik Potongan Cerita di Kartu Pos. Karena di setiap awal masing-masing cerpen dilampiri teks kartu pos yang berisikan kesan dan pesan terhadap setiap cerpen tersebut dari teman-teman Agus Noor. Kesan pesan tersebut rasanya memang pas sebagai pengantar dari cerpen.
Ini karya Agus Noor yang pertama aku baca, menarik dengan bahasa yang menarik juga. Agus Noor memadukan peristiwa-peristiwa nyata yang sedang terjadi di masyarakat antara lain flu burung, balita kurang gizi dan lainnya dengan imajinasinya sendiri. Ada juga penggambaran kesadisan manusia yang bikin ngeri seperti pada Komposisi untuk Sebuah Ilusi,Dongeng buat Pussy dan Puzzle Kematian Girindra. Aku paling suka dengan Cerita buat Bapak Presiden dan Potongan-potongan Cerita di Kartu Pos.
Ah, tapi sesungguhnya saya suka dengan semua cerpen dibuku ini.
Yang agak mengganggu menurutku, pada cerita Puzzle Kematian Girindra, pengulangan-pengulangan yang memberikan petunjuk harus baca bab ini atau bab itu, kemudian berikutnya petunjuk lagi harus baca bab ini bab itu. Pada mulanya menarik dan lucu, tapi lama-lama ganggu dan dilewatkan sajalah.. -
dari cerpen Sebuah Ilusi di buku ini, saya belajar menulis cerpen surealis. paling suka dengan Pagi Bening Seekor Kupu-kupu dan Kisah Seorang Penembak Gelap. seru!
-
…ia mendapati kemurungan di sekitar rumahnya. Bocah yang telah menjadi kupu-kupu itu bisa merasakan indera kupu-kupunya menangkap kelebat firasat, sebagaimana indera serangga bila merasakan bahaya. Ia mencium bau kematian, bagaikan bau nectar yang menguar. Dan ia bergegas terbang masuk rumah. Ia tercekat mendapati tubuh bocah itu terbujur di ruang tamu. Memar lebam membiru, mengingatkannya pada rona bunga bakung layu. Apa yang terjadi? Alangkah menyedihkan melihat jazad sendiri. Segalanya terasa mengendap pelan, namun menenggelamkan. Ia terbang berkelebat mendekati para tetangganya yang duduk-duduk bercakap-cakap pelan. Kemudian ia mencoba mengajak para tetangga itu bercakap-cakap dengan isyarat kepakan sayap. Tapi tidak ada yang memahami isyaratnya. Tentu saja mereka tak tahu bagaimana caranya berbicara pada seekor kupu-kupu sepertiku! Dan ia merasa kian ditangkap sunyi, terbang berputar-putar di atas jazadnya. Ia merasakan duka itu, melepuh dalam mata yang terkatup. Sepasang kelopak mata yang membiru itu terlihat seperti sepasang sayap kupu-kupu yang melepuh rapuh. Ia terbang merendah, dan mencium kening jazad itu. Saat itulah ia mendengar percakapan beberapa pelayat.
“Lihat kupu-kupu itu…”
“Aneh, baru kali ini aku melihat kupu-kupu hinggap di kening orang mati.”
“Kupu-kupu itu seperti menciumnya…”
“Mungkin kupu-kupu itu tengah bercakap-cakap dengan roh yang barusan keluar dari tubuh bocah itu.”
Bocah yang telah berubah jadi kupu-kupu itu kemudian terbang ke luar ruangan, dan orang-orang yang melihatnya seperti menyaksikan roh yang tenagh terbang ke luar rumah. Tapi ke mana roh kupu-kupu itu? Ia tak tahu ke mana roh kupu-kupu itu pergi. Apa sudah langsung terbang membumbung ke langit sana? Apakah kalau kupu-kupu mati juga masuk surga?
Di surga, aku harap roh kupu-kupu itu bertemu ibuku. Aku ingin dia bercerita pada ibuku, bagaimana kini aku telah menjadi seekor kupu-kupu yang terus-menerus dirundung rindu…”
Itu adalah cuplikan cerita “Pagi Bening Seekor Kupu-kupu…”, yang ada dalam buku “Potongan Cerita di Kartu Pos” karya Agus Noor. Buku ini menjadi andalan saat duduk manis di dalam Kopaja menuju Tebet. Dan cerita tentang seekor kupu-kupu yang bertukar tempat (jazad) dengan seorang anak kecil adalah cerita yang membuat saya termenung, emosi…geram (sama siapa?). Entahlah…hiperbola saja mih..
Di lampu merah, saya melihat beberapa anak jalanan sedang mencari nafkah. Jadi pengemis, pengamen, pedagang asongan. Saya diam (masa teriak-teriak di kopaja) berpikir, apakah mereka juga mempunyai ayah yang sama kejamnya dengan ayah bocah kecil dalam cerita ini? Apakah ibu mereka juga sudah meninggal. Apakah mereka juga dikejar-kejar penjaga taman? Apakah mereka pernah melihat kupu-kupu? Atau, jangan-jangan…mereka pun sudah bertukar tempat (jazad) dengan kupu-kupu. Sekali lagi, entahlah…
Pernahkah suatu pagi engkau menyaksikan seekor kupu-kupu bertandang ke rumahmu? Saat itu engkau barangkali tengah sarapan pagi. Engkau tersenyum ke arah anakmu yang berwajah cerah, seakan-akan masih ada sisa mimpi indah yang membuat pipi anakmu merona merah. Engkau segera bangkit ketika mendengar anakmu berteriak renyah,” Papa, lihat ada kupu-kupu!”.
Dan engkau melihat kupu-kupu bersayap hijau kekuning-kuningan dengan garis hitam melengkung di bagian tengahnya sedang terbang berputar-putar gelisah di depan pintu rumahmu. Kupu-kupu itu terlihat ragu-ragu ingin masuk ke rumahmu. Apakah yang melintas dalam benakmu, ketika engkau melihat kupu-kupu itu? -
Buku ini sungguh luar biasa.
Terima kasih buat Yasdi yang sudah berkenan meminjamkan kumcer yang ini.
Suka dengan gaya penceritaan Agus Noor yang surealis, mengalir dan twist penuh kejutan. Prembule dengan kartu pos-kartu pos untuk masing-masing cerita terbilang cukup unik. Apalagi di cerpen "Potongan-potongan Cerita di Kartu Pos". Menurut gw, itu adalah konsep (dan ide) yang cerdik untuk bercerita. Cuma kekurangan dari cara ini, ya kemungkinan penulis gak akan punya arsipnya :D *eh, tapi kalo diakali ya bisa sih*.
Gak heran kalo karya-karya-nya sempat masuk Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2008 dan 2009 (pun kumcer ini diterbitkan Penerbit Kompas). Serta beberapa anugerah penulisan yang berhasil diraihnya. Sempat nyesel, kenapa pas dulu didiskon (baca : bukan obral) di Book Fair, enggak beli. Semoga nanti pas ada Book Fair lagi, kebeli deh :) -
Sembilan cerita pendek dengan gaya penulisan yang berbeda-beda dan unik. Suka sekali dengan cerpen "Puzzle Kematian Girindra" yang seperti buku Goosebumps (itu lho, yang kita disuruh buka halaman berapa dan menentukan ending cerita kita sendiri). Cerpen "Sirkus" juga asyik dibaca karena menggabungkan berita aktual saat itu dan tokoh-tokoh dongeng, sangat surealis (oh ya, cerpen2 di buku ini memang surealis). "Potongan-Potongan Cerita di Kartu Pos" mampu membuat saya tersenyum karena memakai nama Maiya, Mulan, dan Dani sebagai tokoh-tokohnya. Lucu.
Keenam cerpen lain juga tidak kalah menarik. Penasaran? Baca saja sendiri :D -
Kumpulan cerita pendek dari Agus Noor. Cerpen-cerpen yang dimuat di buku ini sebagian menggambarkan kegalauan tragedy reformasi 1998 sampai dengan perkembangan di era SBY tahap I. Saya sendiri menyukai Cerpen berjudul Cerita untuk Bapak Presiden Pesan dan Kisah Seorang Penembak Gelap…. Dalam cerpen itu sisi refleksi dari seorang manusia terasa begitu kuat, dan perlu jadi bahan renungan …
-
bagusss bangetttt..paling suka dengan cerita kupu-kupu...waooo...berbagai sudut pandang itu benar-benar membuat saya terheran-heran..
-
Itu cerita yang Puzle Kematian Girinda, itu belum kutemukan deh pembunuhnya siapa. Aku gagal jadi detektif
-
-review menyusul-
-
imaji-imaji di dalam buku ini luar biasa tetapi ada beberapa kesalahan EyD yang parah.