Title | : | Giselle |
Author | : | |
Rating | : | |
ISBN | : | - |
ISBN-10 | : | 9786025297298 |
Language | : | Indonesian |
Format Type | : | Paperback |
Number of Pages | : | 400 |
Publication | : | Published February 25, 2019 |
Giselle Reviews
-
Nggak akan membandingkan Giselle dengan karya Akiyoshi Rikako yang lain. Aku cuma mau bilang, aku salut dengan riset Akiyoshi Rikako.
Asli, selain page turner, buku ini memberikan pengetahuan lebih seputar dunia balet.
Dan, emang pada dasarnya udah cocok dengan gaya bercerita Akiyoshi sih, ada sensasi keterusan saat baca buku ini. Takut habis dan mau lagi π
Oh, dan kepikiran. Pengen cepet-cepet baca lanjutannya. Masih mikir ketika tamat π
Overall, aku suka. Berani kasih 4β yang bukan karena bias π -
** Books 16 - 2019 **
Buku ini untuk menyelesaikan Tsundoku Books Challenge 2019
3,3 dari 5 bintang!
Setelah 15 tahun lamanya akhirnya Tokyo Grand Ballet akan kembali menampilkan kisah Giselle setelah adanya kasus Prime Ballerina mereka yang bernama Himemiya Mayumi tidak sengaja tewas tertusuk pedang oleh rekan penggantinya, Reina Kurebayashi.
Penampilan baru Giselle juga akan banyak dihiasi oleh wajah-wajah baru yang salah satunya sahabat kuartet yang terdiri dari Junko Saito, gadis yang selalu bersemangat dan berkata apa adanya yang mendapatkan peran sebagai the Willis . Lalu ada Ranmaru Tachikake seorang pria yang berbakat dan mampu mengeksperisikan perannya dengan baik yang mendapatkan peran sebagai Hilarion, Ada Sonomura Yukiko, gadis dewasa yang berperawakan tenang yang mendapat peran sebagai the Willis dan terakhir ada Kanon Kisaragi yang menjadi tokoh utama di buku ini yang mendapatkan peran sebagai Myrtha.
Awalnya semua berjalan lancar akan tetapi ketika suatu malam arwah Mayumi ditemukan sedang berlatih di ruang latihan berhasil membuat semuanya gempar. Lalu satu persatu kecelakaan dan pembunuhan mulai terjadi didalam Tokyo Grand Ballet. Apakah benar arwah Mayumi yang melakukannya semuanya? Akankah pertunjukkan balet Giselle akan berjalan semestinya?
Saya tidak mau berekspektasi tinggi ketika mendengar karya Rikako Akiyoshi Sensei lainnya akan diterjemahkan karena takut akan rasa kecewa dimana tetap Holy Mother adalah karya terciamik Rikako Akiyoshi sensei sepanjang masa. Ketika membaca buku ini sebenarnya perasaan saya terpecah antara buku ini atau
Silence yang menjadi favorit saya untuk menduduki keempat diantara ketujuh buku sensei yang sudah pernah saya baca sebelumnya. Akhirnya saya memutuskan memilih buku ini masuk ke peringkat keempat dari semua karya sensei. Sebenarnya kalau dilihat beda tipis angka rating yang saya berikan antara keduanya tapi Giselle ini memiliki sentimental pribadi tersendiri kepada saya. Berhubung saya pendengar akan musik klasik banyak istilah di buku ini yang membuat saya tersenyum simpul. Katakan saja saya memiliki koleksi musik Tchaikovsky satu album lengkap sehingga membaca kata Pertunjukan balet akan Sleeping Beauty, The nutracker dan Swan Lake alunan gubahan musik komposer tersebut seakan-akan langsung refleks terngiang-ngiang di telinga saya (ini kayaknya saya yang suka sama Tchaikovsky rasanya =___=a) makanya bisa saja pendapat saya akan buku ini menjadi bias >.<
Untuk plot twistnya sebenarnya tidak seseru yang saya duga. Masih menarik Absolute Justice yang tahun lalu saya baca sih aslinya. buku ini ceritanya lebih ke drama dan konflik didalam grup pertunjukan balet itu sendiri. Meski di 2 halaman terakhir ada sedikit plot twist yang akhirnya menjawab pertanyaan saya tentang misteri X tapi ya sudah begitu saja tidak membuat terkejut yang maksimal
Sejauh ini jika karya Rikako AKiyoshi diberi rangking akan seperti ini :
1 -
Holy Mother
2 -
Girls in the Dark
3 -
Absolute Justice
4 -
Giselle
5 -
Silence
6 -
Scheduled Suicide Day
7 -
The Dead Returns
Terimakasih Grobmart atas pengiriman buku Pre-ordernya! -
Kelemahan saya ketika membaca novel Jepang ata Korea adalh menghapalkan nama-nama tokoh di dalamnya. Kayak dalam novel satu ini.
Pertunjukan balet "Giselle" merupakan salah satu pertunjukan yang dinantikan, khususnya bagi Tokyo Grand Ballet. Pertunjukan ini dulunya pernah menjadi bukti kejayaan Tokyo Gran Ballet 15 tahun yang lalu. Sayangnya, pertunjukan itu memakan korban. Mayumi, seorang primadona ballet, tewas pada pertunjukan itu. Kali ini Giselle akan dipentaskan kembali. Reina, primadona ballet TGB saat ini, akan memerankan Giselle. Bukan kebetulan, 15 tahun yang lalu, Reina juga pernah menggantikan Mayumi. Tewasnya Mayumi yang konon disebut sebagai bunuh diri terjadi pada saat Mayumi bertengkar dengan Reina.
Selain Reina, ada juga Kanon yang akan memerankan Myrtha. Lalu ada Ranmaru, sahabat Kanon, yang memerankan Hillarion. Junko dan Yukiko, juga sahabat Kanon, akan memerankan The Willis. Hanya saja saat pembagian peran, Yukiko marah karena peran Myrtha yang diinginkannya jatuh kepada Kanon. Pada saat latihan telah dimulai, banyak rumor yang beredar bahwa arwah Mayumi kembali hadir. Ranmaru dan Reina mengaku telah melihat sosok Mayumi menari di studio latihan.
Akiyoshi Rikako kembali dengan kisah misterinya. Kali ini dibumbui suasana mistis dalam dunia ballet. Menariknya, beberapa sejarah ballet juga diceritakan. Juga di setiap bab, ditampilkan kisah "Giselle" itu sendiri. Kedua hal ini menambah poin untuk novel Giselle. Ketika satu per satu korban berjatuhan, dan semua korban ternyata punya masa lalu yang berkaitan dengan Mayumi. Apakah arwah Mayumi benar-benar hadir? Twist di bagian akhir cerita membuat semuanya terungkap dengan jelas.
Setelah marathon membaca
The Dead Returns,
Absolute Justice, dan
Silence, saya tidak mau berekspektasi tinggi pada buku ini. Dan ya...memang masih di bawah
Holy Mother sih menurut saya. -
*bisa beli d IG fluppy_books
:D
ehmm..
kl menurut q nich, awal agak ngebosenin sich..
bicara tentang balet & segala teknik'y, yg ga bs q bayangin..
XD
baru tahu ternyata ada balet cowok juga loch..
:D
pas di tengah cerita sampai akhir cerita, baru dech seruuu..
nggak nyangka sich ending'y gitu..
:D -
World building : 4.5 π
Kagum banget sama kompleksnya dunia ballet di dalam novel ini. Sejarah, musik, sampai gerakan dijabarkan dengan sangat baik. Risetnya mantep banget nih Akiyoshi sensei! Plus karena latarnya sebagian besar berasal dari dunia nyata, aku rasa Giselle ini novel yang berhasil membuat tokoh-tokoh dan ceritanya serasa ada di dunia nyata. Tapi, masih ada satu hal yang buat aku bingung. Di buku ini kehidupan pribadi para tokoh di luar teater jarang dibahas, jadi aku penasaran, mereka sekolah enggak sih? π Walaupun kalau dibayangkan kan pasti mereka ada minat lain di luar ballet, tapi di novel ini, Akiyoshi sensei sangat berfokus pada kisah ballet-nya, sehingga kehidupan para tokohnya terkesan hanya didedikasikan pada ballet saja.
Story : 4.2 π
Nah, di bagian ini, aku paling nunggu twist dari Akiyoshi sensei π Jadi udah nggak kaget lagi kalau ada twistnya. Berbeda dari Absolute Justice, Giselle ini lebih diisi dengan misteri siapa pembunuhnya. Jadi, sambil baca, otak sambil kerja deh jadi Sherlock buat ikutan nebak π Dan ternyata sebagiannya bener tebakannya! Suatu kepuasan tersendiri sih π Nah, misterinya ini nggak gampang ditebak sebenarnya, jadi pikirkan berbagai macam kemungkinan yaa :D
Characters : 4 π
Tergambarkan baik banget sifat tokoh-tokohnya, karena menurutku novel ini bicara tentang salah satu seven deadly sins, pride. Walaupun ini novel misteri pembunuhan dan thriller, namun dengan khasnya, Akiyoshi sensei berhasil memasukkan pesan moral ini dalam ceritanya. Tapi, masih ada beberapa tokoh sampingan yang bisa dibilang 'penting' tapi akhirnya tertelantarkan dan nggak diselesaikan apakah dia itu baik atau jahat (?)
Enjoyment : 4.5 π
Merinding. Deg-degan, padahal udah biasa baca novel pembunuhan π Nah yang bagian ini, mungkin karena ada sangkut pautnya sama arwah dan penyelidikannya yang digambarkan dengan detail. Enjoyed this novel a lot!
Terjemahan : 5π
Bagus as always, good job kakak-kakak Penerbit Haru! Menikmati banget bacanya, sama sekali nggak terganggu dengan terjemahannya.
Overall : 4.4 π -
Tokyo Grand Ballet kembali menampilkan pentas Giselle setelah pertunjukan terakhir mereka akan judul itu, pada lima belas tahun yang lalu, berakhir dengan kematian sang prima balerina. Persiapan mereka untuk mementaskan Giselle seperti membangkitkan sebuah kutukan lama. Kemunculan hantu sang prima balerina hingga kematian para penari membangkitkan kembali misteri yang telah lama terkubur.
Dalam dunia balet, bisa dikatakan sudah menjadi nasib balerina untuk merasa iri pada balerina lain, dan merasa rendah diri. (hal. 44)
Novel terbaru Akiyoshi Rikako kali ini mengambil latar dunia balet dengan drama Giselle sebagai fokusnya. Awalnya kukira Giselle itu cuma karangannya Akiyoshi Rikako, tapi ternyata memang drama betulan.
Sekali lagi kemampuan teknis Akiyoshi Rikako teruji di novel ini. Dunia balet di sini sungguh terasa. Penulis berhasil memasukkan berbagai hal tentang balet yang berhubungan dengan plot utama dan tidak hanya bersifat trivia saja. Kasus yang disajikan juga solid.
Karakternya mungkin terasa sedikit kosong. Dalam kapasitas mereka sebagai tokoh di novel ini, saya rasa emosi dan motivasinya sudah cukup, tapi saya ragu kalau saya masih bisa mengingat mereka dalam beberapa bulan lagi.
Kejutan yang menjadi ciri khas Akiyoshi Rikako juga ada di sini. Kenyataan kasusnya memuaskan dan bisa diterima. Twist akhirnya tidak begitu mengejutkan.
Secara keseluruhan, Giselle menampilkan kasus misteri kematian, teka-teki masa lalu, dan supernatural yang apik. Satu lagi novel dari Akiyoshi Rikako yang patut untuk dibaca. -
16 - 2019
Giselle adalah judul terbaru karya Akiyoshi yang berkisah tentang pertunjukan balet berjudul "Giselle". Giselle yang tersegel dan tidak pernah ditampilkan lagi karena suatu tragedi dipilih untuk dipentaskan sebagai perayaan 15 tahun berdirinya Tokyo Grand Ballet Theatre. Namun dipilihnya Giselle untuk ditampilkan ternyata membuka misteri lain yang selama ini ditutupi oleh beberapa orang, dan kejadian janggal mulai bermunculan ketika persiapan pertunjukan dilakukan.
Cukup seru, walau tidak yang 'sekampret' Holy Mother twistnya. Awal-awal sempat juga yang merinding disko gara-gara kemunculan Mayumi π, dan bikin nebak-nebak siapa yang bertanggung jawab atas semua kejadian nahas yang terjadi dan begitu selesai membaca aku hanya bisa nyengir, aku terkecoh lagi dengan kepiawaian Akiyoshi membuat twist. Hahahaha π lumayanlah
fix deh Giselle menjadi urutan keempat favoritku, setelah Holy Mother, Absolute Justice dan Girls in the Dark. Favoritku selanjutnya adalah Silence, Scheduled Suicide Day, dan terakhir The Dead Returns.
3.4/5* -
Ngaaaahaha.... kupingin menyumpah. Sudah tahu kalau novel2nya Akiyoshi-sensei selalu menyimpan kejutan di akhir kisah, tapi kok ya teuteup terkwezut membacanya. π
Tapi terlepas dari kejutan kecil di buntut cerita yang bikin kzl, aku benar-benar menikmati cerita ini. Favorit no.2 setelah Holy Mother lah. Setting teater baletnya bikin aroma gothik menguar, mengingatkan pada Phantom of the Opera, sedangkan persaingan antar personelnya membuatku terngiang komik jadoel ala Topeng Kaca atau Candy-candy (*iya aku generasi tuwo*).
Ceritanya berputar di sekitar pementasan balet yang mengambil repetoar Giselle. Setelah 15 tahun dipamalikan di grup Tokyo Grand Ballet, tahun ini, presiden grup, penata artistik sekaligus danseur noble, serta prima ballerina grup ini memutuskan menampilkannya lagi. Sejak pembagian peran, benih-benih persaingan dan rasa dengki sudah mulai menjalari para anggota grup. Pertengkaran menyelingi arena latihan yang sudah pepat dengan keringat dan air mata. Di situasi yang seperti ini, muncul satu masalah lagi, gosip tentang munculnya arwah Himemiya Masumi, si Giselle yang "mati penasaran" dalam pementasan 15 tahun yang lalu. Tewasnya balerina Himemiya ini sebenarnya penuh teka-teki dan terkesan ditutup-tutupi. Satu persatu orang yang terlibat di peristiwa lalu mulai mendapatkan masalah, seakan arwah Himemiya benar-benar datang untuk meminta pertanggungjawaban mereka. Meski demikian...
The show must go on.
Wuuuiih, setengah jalan aku sempat merinding disko, ini beneran cerita horor ya. Tapi mengingat novel-novel Akiyoshi-sensei yang sebelumnya, biasanya sih ada penjelasan logisnya. Biasanya. Jadi saking penasarannya, lanjoot baca terus sampai selesai. Endingnya... ya begitulah, sedikit terlalu soft bagiku. #eh Entahlah, aku berpikir si itu juga harusnya juga mendapatkan 'sesuatu' yang lebih buruk, drpd cuma dipaksa pensiun - walau itu juga buruk sih. Lalu ada epilognya... dan ohemji, itu yang bikin aku kaget dan langsung naikin 2 jempol sekaligus. Huahaha... aku suka dikagetin kayak gini.
Aku suka pembagian bab-nya yang seperti pertunjukan balet, serta novelisasi repetoar Giselle yang ada di setiap awal bagian. Aku suka terjemahannya yang mengalir. Aku juga suka ilustrasi covernya. Seep. Gak nyesel udah PO ini dah. π -
4.5 βοΈ Di sini alur ceritanya dibikin mirip dengan kisah pementasan drama Giselle. Meskipun udah tahu cerita Giselle seperti apa (karena emang udah dibahas di awal) tapi tetep aja kita nebak-nebak, siapa jadi apa dan bakal tertimpa kejadian apa. Seru, indah, dan twistnya tetep ga nyangka (meskipun udah sempet mikir, pelakunya si itu, tapi tetep kaget pas diungkapin). Dan twist paling akhir juga sempet kepikiran, tapi ga nyangka kalau dia adalah ...
Semua impresi terhadap buku ini sudah dituangkan dalam reading vlog
https://youtu.be/nb3x6fsk_Cs -
Buku-bukunya Akiyoshi Rikako memang tidak pernah mengecewakan π. Twist dan kejutannya itu loh!! Nggak ketebak sama sekali. Sayangnya aku agak bosan sampai ke pertengahan. Mungkin karena nggak familiar (juga nggak begitu tertarik) dengan ballet? Entahlah. Intinya aku cukup puas dengan buku ini!! Suspenseful!!
-
Berlatar belakang dunia balet, Giselle menunjukkan bahwa di balik pertunjukan tarian balet yang indah, banyak drama, ambisi, persaingan dan iri dengki yang sama sekali tidak indah, bahkan berujung pada kematian. Aku seketika teringat pada film Black Swan yang dibintangi oleh Natalie Portman ... Tapi Giselle tidak sekelam dan sesakit Black Swan nuansanya.
.
Tokoh-tokoh dalam Giselle karakternya tipikal ... Ngga ada yang nyentrik dan menarik banget. Tapi aku suka sih romance tipis-tipis antara Kanon dan Ranmaru. Kanon ini tipe perempuan berotak cerdas dan berintuisi tajam, sementara Ranmaru tipe lelaki polos, baik hati dan tanpa prasangka - ngegemesin banget.
.
Agak aneh waktu detektif ngebahas tentang kasus bareng Kanon. Emangnya etis gitu ya? Meskipun Kanon terlibat dalam kasusnya, sebagai saksi, apa para detektif itu ngga harus merahasiakan detail on-going investigation?
.
Twistnya? Ya, ada, tentunya. Dan aku ngga bisa menebaknya, tapi juga ngga wow banget. Yang jelas semua misterinya terungkap di akhir, sama sekali ngga ada unsur supranaturalnya.
.
Dunia balet adalah suatu dunia yang kurang aku mengerti dan minati, jadi dari awal aku agak susah masuk ke ceritanya. Banyak istilah balet yang meskipun ada penjelasannya, cuma kulihat sekilas.
.
Mesti baca sih kalau kamu fans Akiyoshi Rikako. Khas banget lah gaya penceritaannya. -
Buku ini unggul di:
β‘mendalami tentang dunia ballet terutama tentang pertunjukan Repertoar "Giselle". Melalui buku ini mempelajari dan memahami dunia ballet dari berbagai sisi terasa menyenangkan dan seru jadi lebih melekat diingatan. Walaupun sama halnya dengan bidang lain yang dimana orang-orangnya kompetitif tapi di dunia ballet punya aura kompetisi yang berbeda, kedengkian dan obsesi yang begitu gelap sampai pengorbanan 'berdarah-darah'. Tapi disisi lain mungkin itulah yang membuat teater ballet begitu indah, misterius, dan mengagumkan.
β‘bagaimana akiyoshi menjahit narasi cerita begitu rapih, indah, dan selalu mampu mengarahkan pemikiran ke hal yang berkebalikan.
β‘plot twist yang jenius sampe aku sempat berpikir "ko bisa ya dia punya imajinasi seperti ini?"
Aku suka akhir cerita di buku ini.
Giselle page turner saat tengah menuju akhir halaman. Jadi kalo kalian merasa bosan saat awal membaca karena slow paced itu wajar. bertahanlah karena akan mendapatkan akhir yang memukau.
Tokoh yang aku suka adalah Ranmaru. Aku suka cara Ranmaru menyampaikan isi pikiran dan perasaannya dengan apa adanya tapi tetap respect.
Walopun aku ga trlalu suka karakter kantoku tapi aku suka banget kepemimpinan kantoku terutama saat memimpin diskusi menyamakan intrepretasi teamnya.
3,5/5π tetap menjadi buku Akiyoshi yang sayang untuk dilewatkan. -
AJAHAHAHAHA. *ngakak ngga berhenti*
Oke, dari mana aku memulai review kali ini? *elus-elus dagu*
Buku dari Akiyoshi-sensei selalu masuk ke dalam 'auto-buy' setiap kali aku mendapatkan kabar kalau buku barunya akan terbit. Biasanya aku ikut PO, tapi yang satu ini ketunda beberapa kali dan membuatku membelinya langsung dari sebuah pameran-buku-nan-ramai-di-tengah-jam-makan-siang. :))) Yah, bagaimana pun caranya aku mendapatkan buku ini, akhirnya aku mendapatkannya di akhir bulan Februari. Aku pun mulai membacanya sekitar dua hari yang lalu, sedikit membacanya karena aku sayang, tetapi sekaligus buru-buru karena aku penasaran. Ohoho. Dan di sinilah aku. Menyelesaikannya jam dua pagi tadi, di hari kerja. Hihihi. Mumpung masih fresh, mari mulai mereview buku ini.
Buku ini tidak manis seperti
The Dead Returns atau
Scheduled Suicide Day atau
Silence, tetapi juga tidak segelap yang kubayangkan seperti membaca
Girls in the Dark atau
Holy Mother atau
Absolute Justice. Buku ini kelam dan misterius, tetapi juga sekaligus meninggalkan rasa manis di ending, yang walau tidak semanis tiga judul pertama yang kusebutkan di atas, tetapi tetap saja ada taste manis.
Aku tidak akan menuliskan terlalu banyak mengenai ceritanya, karena akan mengganggu kenikmatan membacanya sendiri. Aku sendiri tidak suka dengan spoiler. Aku hanya akan mengatakan...
Nice twist. Perfect ending. Great book.
Full review >>
https://pearlsakuracorner.blogspot.co... -
"... Dia jatuh cinta pada waktu yang bersamaan pada dua orang yang memiliki pesona yang berbeda. Pada dasarnya, ini adalah kebiasaan buruk seorang pria."
Aku cukup puas dengan ending yang disajikan, rasanya cocok saja dengan buku ini. Dibandingkan dengan buku
Girls in the Dark dan
Absolute Justice buku ini terasa jauh lebih ringan. Namun tidak mengurangi rasa penasaran dan pengalaman membacanya. Aku ikut merasa kesal dengan sikap Yukiko, dan super marah dengan Sousai yang seakan tidak memiliki sisi kemanusiaan dan hanya mementingkan balet.
Untuk kalian yang menghindari buku horor (kaya aku), jangan khawatir buku ini jauh dari kata menakutkan meski berhubungan dengan arwah. Mungkin plot twist yang disajikan tidak semengejutkan buku lain, namun aku terkesan hasil riset untuk baletnya. Tentang teknik menari, kisah pertunjukan Giselle, kostum dan yang lainnya. Aku seakan ikut menjadi salah satu balerina yang sedang mempersiapkan pertunjukan Giselle bersama Tokyo Grand Ballet Theatre. -
Setelah lima belas tahun, sebuah pertunjukan balet yang pernah menyisakan tragedi akhirnya ditampilkan lagi. Hal yang mengejutkan, karena sebelumnya, Giselle adalah hal yang tabu diceritakan di Tokyo Grand Ballet.
Para pemain begitu semangat, sampai hari demi hari mereka dihantui misteri. Bahwa drama Giselle menyisakan dendam masa lalu, melibatkan hantu penasaran, dan ketakutan bahwa tragedi mungkin terulang.
Lumayan seru, mesi agak membosankan sebenernya, karena detail dan karena saya selalu lemah menghafal nama tokoh banyak banyak kalik ye. Udah gitu kek ada beberapa bagian yg bolong dan agak dipaksain plotnya.
Tapi khas akiko sih misteriusnya, deg degan penasaran -
Lha, baca buku sensei malah nggak bisa mandeg. Saya jadi begadang padahal lagi flu berat. Tapi worth it, lah, meski flu tambah parah, tapi sudah nggak penasaran lagi. Niatnya dilanjut besok besok tapi sudah kadung penasaran.
Gara gara ada balerina yg kasih spoiler soal niat pensiun seorang penari kelas dunia, saya jadi menduga dialah pelakunya. Eh tapi kok si itu yg lain dicurigai. Saya curiga sama si ini, itu, dia, mereka.
Memang khas sensei yg selalu memberi twist di akhir cerita. Kejutannya patut dinanti. Saya menduga penari yg saya curigai punya hubungan dgn mendiang Mayumi, makanya kok dia sampai muncul di TKP, bahkan terkesan jahat dan ambisius. Ternyata saya salah.
Saya tidak mengerti istilah dlm ballet, sering juga melewatkan footnotes. Tapi itu tidak mengurangi antusias saya membaca #Giselle. Syukurlah buku ini tidak mengkhianati pengharapan saya. Sorry, tbr yg lain, kalian ketelikung Giselle π
. -
4.6/5 Star
Terlepas dari apa yang terjadi pada Lima belas tahun yang lalu, sebagian besar novel ini menjelaskan tentang kehidupan para balerina bak mawar berduri. Kisahnya dibuat sedemikian rupa agar kita bisa membandingkan kisah Giselle dengan misteri yang terjadi pada Mayumi. Sepertinya penulis kali ini memilih konsisten dengan karya-karyanya yang penuh twist, umpan-umpan yang bersifat "misleading", dan akhir kisah yg cukup mengejutkan.
Saran saja, sebelum membaca sebaiknya melihat pertunjukan ballet Giselle di internet, saya yakin membaca bagian awal novel yang bagi orang awam tentang ballet akan semakin menarik. -
Giselle adalah karya monumental untuk balet romantis. Bercerita tentang seorang gadis desa yang ditipu oleh seorang pria bangsawan. Namun gadis pemberani itu tetap rela mati-matian melindungi sang bangsawan dari sesosok arwah ratu yang pendendam.
-Hal. 14
Dari blurb, kita sudah paham akan topik yang dibahas pada buku ini. Bagaimana para tokoh mengungkap kejadian sebenarnya yang terjadi 15 tahun silam, dan kejadian naas apa saja yang terjadi di masa sekarang, semua diceritakan dengan tuntas dan runtut pada buku ini.
Buku ini adalah buku ke 6 dari Akiyoshi Rikako yang kubaca.
Aku merasa buku ini cukup berbeda dengan buku Akiyoshi yang lain.
Pada buku ini lebih banyak drama, meski begitu unsur misteri tetap ditorehkan di sini.
Jangan lupakan plot twist dan kejutan yang akan dibeberkan berkali-kali, sungguh alur yang menarik!
Dari buku ini sedikit banyak kita akan dikenalkan dengan dunia balet. Teknik, alat yang digunakan, hingga fakta-fakta tentang para penari balet yang mencengangkan.
Jujur, setelah membaca buku ini aku ingin sekali menonton pertunjukan balet secara langsung! -
Tokyo Grand Ballet yang didirikan oleh Kurebayashi Sousai adalah salah satu yang terbaik di Jepang. Berawal dari sebuah teater kecil kemudian berkembang dengan adanya beberapa balerina terbaik, salah satu yang dimiliki adalah Himemiya Mayumi. Kurebayashi Reina, anak perempuan Kurebayashi Sousai juga bergabung dalam teater tersebut.
Lima belas tahun lalu, Tokyo Grand Ballet memainkan sebuah reportoar balet yang sudah sangat terkenal yaitu Giselle. Namun setelah pementasan tersebut Tokyo Grand Ballet mensegelnya. Kematian Himemiya Mayumi menjadi kisah pilu bagi Tokyo Grand Ballet dan reportoar Giselle pun tidak pernah dipentaskan lagi.
Secara mengejutkan, di hari peringatan ulang tahun Tokyo Grand Ballet reportoar Giselle dipentaskan kembali. Chouno Kantoku-penata artistik di sekaligus balerina pria terbaik yang dimiliki Tokyo Grand Ballet menyutradai segala persiapan penampilan Giselle, termasuk pemilihan peran. Saito Kanon, yang termasuk balerina baru disana mendapatkan peran sebagai Myrtha ; ratu jahat di pementasan Giselle.
"Apa yang ada di atas panggung tidak lebih dari sebuah irisan dari dunia nyata. Inilah yang harus dipahami para pelakon. ... Seorang penari yang baik - meski dia tidak ada di panggung - mampu membuat penonton membayakang aksi yang terjadi di dalam kekosongan tersebut."
Berbagai keanehan terjadi setelah pementasan Giselle diumumkan. Arwah Himemiya Mayumi dikabarkan muncul di ruang studio balet. Sahabat Kanon, Ranmaru yang pertama melihat arwah Mayumi. Beberapa balerina lain juga kemudian melihat kenampakan itu. Dan hal ini sampai ke telinga Reina, Kantoku dan Sousai. Awalnya tidak ada yang mempercayai cerita Ranmaru. Sampai akhirnya kemunculan arwah Mayumi mengakibatkan ancaman sekaligus kematian bagi Tokyo Grand Ballet Teather.
"Apakah ada peran minor dalan kehidupan kita yang sesungguhnya? Tidak selayaknya ada. Semua orang menjalani kehidupan masing-masing dengan memegang peranan besar."
Ini adalah novel Akoyoshi Rikako ke-empat yang kubaca. Akiyoshi sudah menjadi auto readku terutama semenjak Holy Mother yang sensasional itu mencuat ke permukaan. Dan Giselle adalah warna baru sebab ketika membacanya ada campuran genre horor, misteri dengan thriller.
Selain tema dan perpaduan genre tersebut, aku menyukai penggunaan sudut pandang orang ketiga yang digunakan penulis. Sudah banyak novel misteri yang menggunakan metode ini, namun tidak membosankan sebab banyak hal yang dapat digali dari tiap karakternya dengan POV ketiga. Sampai ending cerita pun aku masih tidak menyangka, lagi-lagi twist yang diberikan penulis sungguh mengejutkan! π
Aku juga sangat menyukai cara penulis dalam mengungkapkan masa lalu para tokohnya, dandan ambisi-ambisi masing-masing karakter juga. Mungkin karena sudah terbiasa dengan cara penulis yang sudah menjadi karakter menulisnya itulah yang membuatku asik-asik saja saat membaca Giselle. -
Giselle
by Akiyoshi Rikako
4 dari 5 bintang
Bagi saya, karya-karya Akiyoshi Rikako memanglah menarik. Novel-novelnya yang pernah saya baca sebelumnya, seperti The Dead Returns dan juga Girls in The Dark, membuat saya selalu tertarik akan kisah yang dituturkan oleh Akiyoshi. Kebetulan, saat kemarin saya sedang dalam perjalanan pulang ke Malang dari Jakarta, saya memutuskan untuk membaca salah satu novel Akiyoshi yang berjudul Giselle.
Bagi Tokyo Grand Ballet, menampilkan "Giselle" dalam pertunjukan mereka merupakan suatu hal yang tabu. Hal ini berhubungan dengan kejadian lima belas tahun yang lalu, yakni saat prima balerina Himemiya Mayumi tak sengaja menusuk dirinya sendiri hingga mati. Kejadian tersebut menimbulkan trauma yang cukup besaar, khususnya bagi Kurebayashi Reina yang sebetulnya menjadi orang yang diserang oleh Mayumi. Sejak saat itu, "Giselle" menjadi judul yang terlarang.
Resensi lengkap dapat dibaca di:
https://www.theredglowofthedawn.com/2... -
setengah halaman dari buku ini, isinya tentang penjabaran dalam dunia balet.
pelan-pelan pembaca dibuat paham dulu dengan apa balet itu.
bahkan saking detailnya, ada beberapa istilah dalam balet disebutkan penulis yg buat pembaca akhirnya paham.
sejak dulu aku suka balet. sayang saja tidak punya kemampuan menarikannya hahah. jadi, buku ini bisa dibilang jadi pengingat juga bahwa aku pernah punya mimpi menjadi balerina.
Sensei menulis tentang balet pertunjukan Giselle, aku bahkan mencari video refrensinya di youtube. dan ya.. memang indah.
tentang unsur thriller, crime dalam buku ini.. kurasa ini buku Sensei yang ada kasus pembunuhannya, tetapi tidak ada yang jadi tersangka secara hukum dalam buku ini, namun semua bersalah secara moral. ngeri. -
penjelasan tentang baletnya wow sekali, salah satu alasan kenapa bukubuku Akiyoshi selalu wajib dimiliki karena beliau memberikan banyak pengetahuan baru.
dari segi cerita kayanya Akiyoshi ini sudah menemukan pakemnya, yaa. mudah dibaca, twist nya juga khas Akiyoshi. suka sih sama Giselle, soalnya tokoh utamanya pinter. -
3.7π
Buku pertama dari Akiyoshi yang berhasil ditamatkan sebagai pemanasan sebelum membaca buku-bukunya yang lain.
Lumayan horor isinya, dan pas 100 halaman terakhir udah dikasih klimaks yang lumayan bikin tegang dan gemes tapi endingnya b aja. -
Nothing special. Alurnya ketebak banget. Hint-hint ditebar dari dari awal sampai menjelang akhir, dan twist di akhir sudah bisa ditebak sih...
Yang oke disini, world building dunia baletnya detil banget. Habis baca ini, jadi penasaran pengen nonton balet Giselle XD -
Waw, sehari baca langsung selesai. Seperti biasa, karya-karya Akiyoshi Rikako selalu membuat penasaran sampai ke halaman terakhir.
-
Ballet merupakan salah satu kesenian yang hadir di abad ke-15. Kesenian klasik tersebut masih menjadi kesenian yang mengagumkan hingga kini. Posisi-posisi penting seperti prima ballerina dipandang sebagai posisi paling elit dalam dunia ballet.
Himemiya Mayumi digadang-gadang adalah satu prima ballerina dari seribu penari ballet yang ada di Jepang. Melalui Tokyo Grand Ballet Theater, ia mengasah kemampuan dan mendaki tangga karir. Tidak mudah memang, Mayumi sendiri masih remaja, posisi prima ballerina pasti diincar oleh banyak orang. Kesempatan untuk semakin dikenal luas menjadi alasan logis mengapa banyak yang ingin menyingkirkan Mayumi.
Tokyo Grand Ballet menampilkan repertoar Giselle. Repertoar itu pertama kali ditampilkan di Perancis pada tahun 1841. Seiring berjalannya waktu dan kreativitas penata artistik dalam dunia ballet, ada banyak representasi terhadap Giselle itu sendiri. Namun, inti ceritanya tetap sama. Tentang jatuh cinta dan pengkhianatan.
Persis sama seperti yang terjadi di kehidupan Kurebayashi Reina, Chonou Mikiya, Kisaragi Kanon dan tokoh-tokoh lainnya dalam novel ini. Lima belas tahun setelah kejadian berdarah Mayumi, Tokyo Grand Ballet Theater membuka kembali "segel kutukan" Giselle. Kali ini bukanlah Mayumi yang menjadi pemeran utama, namun posisi terseut jatuh ke tangan Reina, prima ballerina Tokyo Grand Ballet Theater saat ini.
Semakin mereka berlatih menuju pementasan repertoar cantik itu, satu per satu kejadian mengerikan mulai menampakkan diri. Ada yang bilang, arwah Mayumi marah. Ada juga yang mengatakan kalau itu semua adalah cara Mayumi membalaskan dendamnya dari kejadia lima belas tahun yang lalu. Tapi benarkah itu tindakan makhluk astral? Ataukah itu hanya cerita karangan untuk menutupi pelaku sebenarnya?
Akiyoshi Rikako patut diacungi jempol. Di antara semua bukunya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Giselle pantas mendapat bintang 4. Hal yang mencuri perhatianku adalah cara ia membungkus ceritanya. Kisah Reina dan tokoh-tokoh lain dibalut bak kisah repertoar Giselle itu sendiri. Ada beberapa babak dari repertoar Giselle yang menjadi bab buku ini.
Tidak di situ saja. Rikako-sensei pun juga menuliskan tentang dunia ballet dengan baik dan detil. Seakan-akan, Rikako-sensei adalah salah satu dari balerina yang ada dalam cerita. Lebih dari itu, setiap istilah dalam dunia ballet juga dituliskan dalam bentuk catatan kaki. Memudahkan pembcaa dan juga tidak menghilangkan kesan ballet yang indah itu.
Dengan kata lain, dalam Giselle, aku memuji bagaimana Rikako-sensei menuliskan latarnya. World building-nya bagus. Mau mencoba membandingkan dengan
Scheduled Suicide Day tentang latar cerita, rasanya masih memukau Giselle. Rikako-sensei menunjukkan bahwa dalam menulis, melakukan riset mendalam akan membuahkan hasil yang baik.
Namun sayang, lapisan-lapisan twist yang sudah disiapkan secara rapi untuk Giselle masih kalah dengan
Holy Mother. Dalam Giselle, pembaca masih diberi celah untuk ikut memikirkan siapa yang menjadi pelaku sedangkan dalam Holy Mother, pembaca rasanya pasrah untuk mengikuti alur cerita dan menjadi kaget sewaktu Rikako-sensei membuka kedok pelakunya.
Meski begitu, siap-siap saja memilih untuk memotong waktu tidur hanya demi membayar rasa penasaran. -
Yah, waktu Penerbit Spring ngumumin kalau Giselle bakal diterjemahin, I am freakin' excited. Aku bukan pengikut paling setia-nya Akiyoshi Rikako, sih, tapi blurb Giselle ini salah satu yang bikin aku semangat banget buat baca.
And as expected, Akiyoshi Rikako never disappoints.
Dibanding buku-buku lainnya yang pernah kubaca, Giselle ini termasuk yang alurnya cukup lambat, but not agonizingly slow. Pengenalan tentang dunia balet dengan segala kemewahan dan juga kebusukannya dijabarkan secara perlahan dan jelas sehingga bisa memberikan wawasan baru juga bagi pembacanya. Begitu pula dengan pemaparan cerita asli Giselle, begitu misterius tapi indah sehingga menimbulkan perasaan ngeri. Tapi, buat yang nggak terlalu suka dunia balet atau yang pengin cepet-cepet lompat ke misterinya mungkin bakal terasa membosankan.
Buku ini menekankan pada pergolakan batin para tokoh, juga permainan emosi tokoh (dan pembaca). Misterinya dibangun secara bertahap dan cermat Aku sendiri nggak terlalu merasa terus dibuat deg-degan mengikuti misterinya, malah menikmati jalan cerita sambil membuat dugaan-dugaan tersendiri. Salah satu buku yang menegangkan sekaligus menenangkan (apa woy XD).
Perkembangan karakternya juga cukup lumayan menurutku. Aku suka persahabatan Kanon, Ranmaru, Junko, sama Yukiko. They shit the hell out of each other but once it's done, then it's done.
Dan seperti di buku-buku lainnya yang sudah aku baca, selalu ada plot twist. Dan... seperti biasa, selalu tidak terduga (karena kadang ada buku yang plot twist-nya ketebak dengan mudah) .
Jadi, urutan novel Akiyoshi Rikako terbagus yang pernah kubaca:
1. Holy Mother
2. Girls in the Dark
3. Giselle
4. Absolute Justice (iya deh, meski salah satu tokohnya ada yang ngeselin sampe mati, tetep aja ceritanya bagus)
Overall 4,5 out of 5 stars, I love it so much! XD -
Kalau aku tidak salah, ini adalah buku ketujuh Akiyoshi Rikako yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Dan sebenarnya ini adalah buku keempat Akiyoshi Rikako yang kubaca. Sebelumnya aku membaca Girls in the Dark, Absolute Justice, dan Silence. Dari ketiga buku itu aku seperti melihat sosok Akiyoshi Rikako tengah menulis cerita tersebut. Namun, setelah membaca Giselle, khususnya di babak kedua-adegan ketiga, aku seperti kehilangan sosok Akiyoshi Rikako. Ternyata di adegan tersebut, Akiyoshi Rikako sengaja membuatku lupa bahwa dia adalah Akiyoshi Rikako. Maksudku, kupikir itu sudah merupakan suatu penutup untuk kasus yang menjadi klimaks di buku ini. Ternyata aku melupakan adanya Curtain Call. Aku seketika merasakan Akiyoshi Rikako seolah berdiri dihadapanku dan menertawakanku sambil berkata, "Kau tertipu lagi, kan?"
Akiyoshi Rikako, pada cerita awal Giselle, membawaku mengalir bersama kisah misteri yang ringan. Tentang arwah, kejadian-kejadian yang ganjil, bahkan sampai menimbulkan kematian. Beberapa tokoh menjadi tersangka dan aku menebak-nebak siapa. Itu hal yang biasa terjadi di sebuah novel misteri, kan?
Namun, dengan cekatan, Akiyoshi Rikako menggelincirkan alur cerita ke arah lain yang begitu tak terduga. Benar-benar sebuah kejutan.
Aku juga terkesan dengan pengetahuan Akiyoshi Rikako tentang balet. Ia menceritakannya seolah ia adalah seorang balerina sungguhan. Atau mungkin ia memang seorang balerina? Aku bisa merasakan emosi tiap karakter dalam novel ini. Keren sekali!
Sejujurnya aku ingin menyelesaikan buku ini dalam satu malam. Tapi arwah Mayumi benar-benar membuatku merasa ia ada bersamaku saat membaca buku ini. Jadi aku menyelesaikannya di malam ketiga. Bodoh sekali, yah? -
Wilis adalah arwah gadis yang mati sebelum upacara pernikahannya. (bagian yang dihapus) Para wilis itu akan memeluk sang pemuda dengan kekerasan yang menggila. Kemudian, tanpa memberikan kesempatan kepada sang pemuda untuk beristirahat, mereka akan menari dan terus menari bersamanya, sampai pemuda itu mati. (bagian yang dihapus) Tak ada orang yang bisa melawan para maenad dari kubur ini.
(Heinrich Heine, "Elementargeister")
β’
AKIYOSHI SENSEI I LOVE YOU FUULLLLβ€
bagi orang yang awam balet seperti saya, yg tidak kenal sama sekali tentang repertoar-repertoar dalam balet, membaca Giselle ini seperti membaca 2 cerita dalam satu waktu. satu saya penasaran apa yg terjadi terhadap si gadis desa Giselle, kemudian juga penasaran apa sebenarnya yg terjadi di (sanggar) Tokyo Grand Ballet.
bukan Akiyoshi sensei namanya kalau tidak membuat pembaca ketar-ketir, saya pun sempat ketar-ketir ketika karakter favorit saya hampir dijadikan tersangka. tapi jangan lupa ciri khas Akiyoshi sensei yg penuh dengan twist, ternyata cerita dibalik kasus tersebut adalah.... baca sendiri aja wey π
ada yg beda dari karya-karya sebelumnya. kalau sebelumnya selalu menggunakan orang pertama pov dan selalu dr pov masing2 karakter, kalau Giselle ini pakai orang ketiga pov. dan kebanyakan si orang ketiga ini di seputar karakter Kanon. cmiiw π
Giselle sukses menanjak ke posisi 3 dalam list karya Akiyoshi sensei favorit saya, sayangnya belum bisa menggeser Holy Mother dan Girls in the Dark hehehe. kok cuma peringkat 3? karena jujur twist ending disini tidak se-mind blowing GitA apalagi Holy Mother. tapj tetep sayang Akiyoshi sensei kok, tidak sabar menanti next projectnya sensei π -
Giselle merupakan novel ke-7 Akiyoshi Rikako yang terbit di Indonesia. Novel ini bercerita tentang kasus meninggalnya Himemiya Mayumi sang Prima Ballerina dalam pertunjukan balet Giselle oleh teater Tokyo Grand Ballet.
Penceritaannya mengalir seperti air. Akiyoshi-sensei menjabarkan setiap konflik dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Memang awalnya terasa membosankan karena hanya berputar di dunia balet. Namun, rumor arwah Mayumi yang muncul di studio memulai segalanya. Titik ini ibarat cuaca sedang cerah lalu mulai muncul awan hitam dan menurunkan hujan secara tiba-tiba. Semakin ke belakang, hujan semakin deras dan disertai badai petir dengan berbagai kecelakaan beruntun serta rasa saling iri dengki dan curiga satu sama lain.
Ada pelangi setelah badai. Novel ini diakhiri oleh kejutan yang lembut dan manis. Semua misteri terungkap dan anggota Tokyo Grand Ballet memulai lembaran baru di bawah nama Tokyo Superior Ballet Theatre. Ending novelnya meninggalkan kesan bahwa Kanon sang tokoh utama berhasil menuntaskan dendamnya kepada orang-orang yang terlibat dalam kematian Mayumi yang tidak lain adalah kakak kandungnya sendiri.
Saya tidak menyesal sama sekali PO buku ini meskipun Girls in The Dark masih menjadi favorit saya. I recommended you to read this book if you want to read bittersweet mystery books.