Enjoy The Little Things by Kincirmainan


Enjoy The Little Things
Title : Enjoy The Little Things
Author :
Rating :
ISBN : -
ISBN-10 : 9786020479378
Language : Indonesian
Format Type : Paperback
Number of Pages : 528
Publication : Published October 22, 2018

Bapak adalah lelaki Jawa yang perfeksionis. Sifat Bapak ini terlihat jelas saat menyelidiki bibit-bebet-bobot calon menantu yang akan menikahi tiga anak gadisnya nanti. Yang Maharani tahu, nama baik Bapak adalah segalanya. Rani tak mau merusak itu. Lebih baik tidak menikah, kalau ternyata suatu hari nanti harga diri Bapak akan terluka karena pilihan Rani. Namun keadaan ternyata berkata lain.

Pada malam ketiga setelah putus hubungan dengan Bima, Maharani bertemu seorang pemuda yang penampilannya membuat Rani sempat meragukan kejantanannya. Tapi sesuatu yang terjadi di antara mereka, khususnya dua bulan setelah pertemuan mereka itu, pasti membuat Rani akan berpikir ratusan kali jika ingin meragukan siapa pun. Kecelakaan yang terjadi antara Rani dan Yudha, si pemuda feminin, membuatnya harus memperkenalkan Yudha sebagai calon menantu kepada sang Bapak.

Bapak, yang ternyata kurang menerima laki-laki berwajah mulus seperti Yudha. Bapak, yang ternyata tidak menerima ketika orang yang akan menikahi Rani adalah lelaki yang lebih memilih membuka usaha toko kue bukan toko alat listrik atau bangunan. Seksis memang. Terlebih latar belakang keluarga Yudha sebenarnya membuat Rani berpikir ulang jutaan kali untuk maju. Mampukah Rani menyatukan dua keluarga yang saling bertolak belakang ini dalam pernikahannya dengan Yudha?


Enjoy The Little Things Reviews


  • Pauline Destinugrainy

    Rani baru saja putus dari pacarnya Bima. Untuk melampiaskan rasa kesalnya, dia setuju diajak ke sebuah kelab malam oleh teman-temannya. Di sana dia bertemu dengan Alex a.k.a Yudha yang kemudian mengajaknya pulang ke kost Rani. Yudha ini cowok yang cantik. Sepertinya dia melakukan segala perawatan wajah. Tapi bukan itu saja kelebihan Yudha. Dia juga pintar merayu, hingga akhirnya mereka melakukan ONS malam itu.

    Dua minggu kemudian, Rani hamil. Bodohnya mereka tidak menggunakan pengaman malam itu, meski kata Yudha dia langsung menarik diri sebelum tetes pertama. Yudha tentu saja mau bertanggung jawab. Tapi Rani dilema. Tidak mungkin dia mengenalkan Yudha yang kemayu dan penjual kue itu ke Bapaknya di Jogja. Apalagi bapaknya Yudha yang waria.

    Ide ceritanya orisinil. Belum pernah saya menjumpai cerita seperti ini. Dan Tante Kin (begitu sapaan penulis) menggambarkan setiap kejadian dengan baik. Penokohan Bapak yang "sangat Jawa", lalu Rani yang berusaha ingin membahagiakan Bapaknya tapi masih mencintai Yudha, Yudha yang romantis dan cinta mati ke Rani, sampai Jonah (bapaknya Yudha) yang sayang banget sama anaknya, semuanya terasa pas. Saya ikut kesal dengan Rani yang mengabaikan perasaannya demi Bapak, tapi somehow interaksi Rani dan Bapaknya mengingatkan saya pada almarhum papa saya.

    Novel ini tebal 500an halaman. Tapi nggak terasa kok karena dialog-dialog yang kadang lucu, menggemaskan dan bikin gregetan. Apalagi adegan konfrontir terakhir...duh..kayak Srimulat.

    Karakter anak itu nggak selamanya mengikuti orang tua. Dan dalam pernikahan nggak cukup hanya cinta saja sebagai modalnya. Restu orang tua itu penting. Mungkin itu pesan moral dari novel ini.

    Kenapa 5 bintang? Karena novel ini beda, unik, tentu saja saya sukaa.

  • Afy Zia

    Sepertiga bagian awal dari buku ini tampak unik dan menjanjikan. Pertama, aku suka bagaimana penulis meramu kisah cinta biasa menjadi tampak 'luar biasa' karena isu yang diangkat. Seingatku, belum begitu banyak novel lokal yang berani memasukkan unsur LGBTQ+. Bukan berarti nggak ada, ya. Kubilang belum begitu banyak karena memang perbandingannya jauuuh dengan novel tanpa unsur LGBTQ+ di dalamnya. Makanya, aku tertarik waktu tau Enjoy the Little Things menyinggung isu tersebut juga. Sepertiga bagian awal dari buku ini juga membuatku berpikir, "Ini bakal kukasih 4 bintang!".... awalnya.

    Aku tau LGBTQ+ merupakan isu yang masih cukup sensitif untuk dibicarakan. Banyak pro-kontra dan debat kusir nggak kelar-kelar kalo udah ngomongin isu satu ini. Aku pun paham banyak yang belum bisa menerima orang-orang berorientasi LGBTQ+ dengan baik, utamanya di Indonesia. Makanya aku maklum dengan sikap Rani beserta orangtuanya di buku ini. Iya, aku kesel dengan perilaku pun pemikiran mereka, tapi aku maklum karena sikap seperti itu realistis banget di Indonesia.

    Sayangnya, buku dengan tebal 500-an halaman ini nggak membuatku terkesan sampai akhir. Di pertengahan cerita, aku mulai jengah dengan karakter Rani yang egois dan begitu mudah melukai Yudha lewat kata-katanya. Aku paham dia hanya nggak pengin orangtuanya (terutama Bapaknya) kecewa, tapi apakah sampai harus terus-menerus menjatuhkan Yudha beserta tetek bengek cowok itu? That's pretty ignorant of her, really. Bener kata Yudha, Rani lebih mirip Bapaknya dalam cerita-cerita yang dia utarakan daripada Bapaknya sendiri.

    Sampai akhir pun, karakter Rani nggak mengalami perkembangan signifikan. Padahal, di awal aku berharap banget ada perkembangan karakter yang menarik dari dia. Ini mengecewakan sesungguhnya. Malah, aku sempet kesel banget sama salah satu sikap Rani di akhir cerita. Sorry to say, but in my opinion Rani doesn't deserve Yudha at all. Yudha deserves a much better woman than her (iya, aku segedek itu sama Rani).

    Gaya penulisan buku ini sebenernya cukup seru dan menghibur. Ceplas-ceplosnya dapet banget. Tapi lama-lama aku merasa plotnya muter-muter di situ aja. Ada satu titik saat aku membaca percakapan Rani-Yudha dan berpikir, "Lagi-lagiii ngedebatin ini." Karena memang beberapa perdebatan muter-muter di topik itu aja, kayak nggak berkembang. Rasanya kurang esensial aja sampai buku ini membengkak jadi 500-an halaman. Tapi, ya... ini pendapat pribadiku.

    Aku sempet mau kasih buku ini 2 bintang, tapi kalo kupikir-pikir lagi ide ceritanya menyelamatkan banget dari pemberian 2 bintang itu (terlepas karakter Rani yang bikin turned off). Untungnya aku suka karakter Yudha dan Jonah. Keterbukaan pikiran mereka bikin rasa kesalku sama Rani bisa terobati sedikit.

    Jadi... yah, aku masih cukup menikmati Enjoy the Litte Things terlepas dari kekurangan-kekurangan yang udah kusebutin. Sekali lagi, ulasan ini dibuat berdasarkan pendapat pribadiku aja. Subjektivitasnya tinggi.


    3 bintang.

  • Riz

    3.25 Bintang

    Yang paling gua suka adalah karakter tokoh-tokohnya dan isu yang diangkat dari buku ini. Bahkan ada saat-saat gua menitikkan air mata ketika baca buku ini (yah gua emang mudah nangis apalagi pas baca 😁). Rasanya nyesss aja gitu.

    Di sisi lain, menurut gua penulisannya belum begitu mulus, jadi kalau diibaratkan permukaan kayu, belum cukup lama diperhalus pake amplas.

    Tapi secara keseluruhan, cerita ini menjadi salah satu yang membekas di memori gua.

  • Seffi Soffi

    4.4 🌟

    "Kesalahan seorang anak itu tetap ada salah bapaknya," tandas Bapak getir. "Kalau kamu bikin salah, cara mendidikku belum benar." - Hal. 325⁣

    Kisah Rani dan Yudha ini lucuk loh, apalagi pertemuan mereka ini di klub yang akhirnya membuat mereka harus bertanggungjawab karena 'sesuatu'. Dan inilah masalah buat mereka.⁣

    Yudha ini ternyata banyak menyimpan rahasia. Dan Rani belum yakin dengan Yudha, apalagi latar belakang keluarga yang pasti bikin Bapak murka. Tapi sebelum semua terlambat, dia harus mengaku kepada Bapaknya. Nah loh, kebayang banget kan ya jadi Rani ini.⁣

    Kak Kin selalu bercerita dengan gaya yang menarik, temanya umum tapi kak Kin mengemas cerita yang bikin kita degdegan sama apa yang bakalan terjadi sama mereka.⁣

    Aku suka sama Yudha, ingetin aku sama pacar onlineku 😂. Nggak salah kok klo cowo emang merhatiin penampilan, yang penting dia gentle dan perhatian. Klo sama Rani, aku kesel dan gemes banget. Dia selalu berkutat sama pikiran takut begini takut begitu. Padahal kenyataannya kan nggak sesuai pikiran dia. Dan aku juga suka sama bapaknya Rani ini, galak sih tapi beliau bijaksana.⁣

    Memakai POV 1, Rani. Aku emang bisa mengetahui apa yang semua Rani pikirkan, cuman ya itu dia malah jadi bikin gemes. Untuk bahasanya mengalir dan ringan, meski ada Bahasa Jawa untung aja ada foot note, nggak bikin bingung.⁣

    Interaksi antartokohnya suka banget, keluarga pun berasa banget kehangatannya. Dan chemistry mereka feelnya dapet, ada sedihnya juga dibeberapa scene.⁣

    Dan untuk konfliknya emang rumit, mungkin karena emang awalnya Rani yang membuat semua jadi sulit. Jadinya ya agak berputar di situ-situ aja. Konfik batin iya, konflik keluarga pun ada. Aku suka sih cara KakKin mengeksekusi konflik yang emang harus pelan-pelan, buat semuanya clear emang nggak mudah juga. Dan endingnya puas, dan aku suka 😍.⁣

    Overall, aku suka ceritanya dan menikmati. Bagi yang cari romance dewasa, bolehloh dibaca ❤.⁣

  • inas

    Oof, I've finally finished reading this by skimming the last 300 pages quite rigorously. =w=

    ***


    Aku baca ini di iPusnas sejak Januari 2020 dan selesainya lama banget, lmaooo. Aku ngerasa gaya bahasa di sini lumayan oke dan enak diikuti, tapi begitu sampe pertengahan dan ada banyak diskusi nggak penting tentang ini-itu, aku mulai kehilangan interest. (llФwФ`) Apalagi di iPusnas pake format pdf dan font-nya nggak bisa diatur, makin males nyelesaiin, huhu. Kemarin aku miringin ponsel supaya bisa lebih besar, dan akhirnya skimming ratusan halaman supaya bisa cepet selesai saking malesnya, yeeeeet. _(:'з」∠)_

    Dari segi plot dan struktur tiga babak, aku ngerasa klimaksnya nggak greget banget dan langsung turun ke denouement sama ending gitu, nggak ada falling action-nya sama sekali. Mereka terlalu ribet ngurusin persiapan ngomong ke bapaknya Rani, prosesnya lama banget, ya emang sih setelah ngomong masih ada masalah lagi. Tapi aku ngerasa kurang banget action-nya, trus tiba-tiba adegan pas hujan-hujan di depan Pai Mama itu kejadian, dan byar! Langsung time jump satu bulan kemudian, and I was like, whaaaat? (llФwФ`)

    Dari situ alurnya mulai nggak jelas. Bapak langsung kayak luluh(???) gitu, dan ada dua tokoh lain yang menurutku cuma jadi boneka plot dan nggak bener-bener punya peran signifikan selain “nih, udah kelar semua konflik sama klimaksnya woy, tambahin dikit lah dua tokoh ga jelas ini biar bisa nyampe ending” hwhwhw. =w=

    Well, ekspektasi awalku adalah di tengah novel, Rani sama Yudha bakal nikah, trus bapaknya nggak terima dari sana, jadi ada masalah apa gitu. Ternyata nggak, wkwkkw. Ya nggak pa-pa sih. Aku juga suka banget sama perbedaan background keluarga dan nilai kehidupan(??) yang ditampilin di sini, terutama yang guyon tentang toko elektronik sama toko bangunan lebih cocok buat cowok ketimbang toko kue. Itu seksis dan lama-kelamaan kelihatan konyol banget, lmaoo.

    Cuman memang dari keseluruhan pembahasan, aku ngerasa Rani ini kebangetan banget internalized homophobia sama mysogyny-nya. Dia keukeuh banget ke pandangannya yang sempit itu, meski berkali-kali bilang dia tahu buat Yudha, itu cuma pekerjaan. (Aku jadi baru inget tadi malem ngimpi di ceritanya, Yudha tetep berpakaian cewek dan malah come out kalo dia genderfluid—the only canon I’d accept lmaooo yeeeet. :') But yeah, aku paham ekspresi gender dia nggak melulu maskulin meski dia cisgender. And I respect that. ^3^)

    Aku jadi lebih bersimpati sama Yudha yang kena tudingan aneh-aneh dari pandangan Rani itu. Padahal dia di pertengahan menuju akhir mulai jadi so sweet banget, bshsbsjsjb. Nggak paham lagi kenapa Rani malah nyia-nyiain orang setulus Yudha. So sad. (ಥ_ʖಥ)

    Aku juga terharu sama hubungan Yudha dan Jonah sebagai ayah dan anak, aku berpihak banget sama mereka sampe pengen nangis waktu mereka nggak mau kalo ada yang kenapa-kenapa. Rasa sayang mereka superior banget, huhu. _(:'з」∠)_


    Pengen nambahin sesuatu. TLDR; novel ini topiknya ngena banget. Pesan moral yang diangkat kuat dan bener-bener relevan sama (mungkin) kebanyakan orang di luar sana.

    Tapi, untuk sampe ke situ, alur dan eksekusinya terlalu panjang, bahkan terlalu repetitif dan redundant. Storytelling-nya nggak compelling, let alone efektif. Harusnya pas diedit tau mana yang perlu dipangkas dan dipersingkat, mana yang bisa tetep panjang. Karena nggak dipangkas tadi, jadinya kayak terlalu banyak diskusi, tapi minim aksi. (ಥ_ʖಥ)


    Overall, ceritanya lumayan enak diikuti, dan seandainya pengulangan adegan (kayak Yudha cerita, trus Rani cerita lagi ke bapaknya) yang terlalu banyak dan adegan filler yang nggak penting bisa dikurangi, ceritanya mungkin bisa lebih fokus + ringkas lagi dan bisa sampe ke klimaks yang lebih tertata, alih-alih yang datar dan agak(??) kentang gini. Three stars!! 🌟🌟🌟

  • Gita Puteri

    Oke. Jujur nih ya, aku sempet mikir, ini novel romance, tapi tebelnya 518 halaman? Aku bertanya-tanya, konflik macam apa yang dihadirkan sampai-sampai bikin sebuah novel romance bisa jadi setebal itu. Terus terang aku sempat ketar-ketir, soalnya aku pernah beberapa kali baca novel romance Indonesia yang tuebel banget tapi ternyata isinya... meh! 😑 Setelah baca beberapa bab awal, ternyata aku ketagihan dan sulit banget buat ngelepas ini novel. Kupikir, novel ini cuma ngebahas masalah 'kecelakaan' Rani dan Yudha, ternyata konfliknya jauh lebih dalam dari itu.

    Review selengkapnya ==>
    https://www.raknovelgita.com/2018/12/...

  • Hasita Visakha

    Suka sama interaksi Yudha dan Jonah 🤧
    Kaga tau gue mau nulis review apaan sebenernya. Ada beberapa susunan kata yang rancu dan bikin mikir 2 kali. Penulisannya masih cukup kasar menurut gue.

    Secara keseluruhan emang premisnya oke sih. Bapak Rani juga realistis tapi si Rani justru yang bikin empet! Gue mungkin akan suka banget kalau kehidupan Yudha dikulik lebih jauh, bukan sekadar cuma ngasih tau doi anak ina ini dan kehidupannya begini.

    Sayang banget penulis nggak menjabarkan gimana bisa Yudha ngizinin Gibran dan nyokap kandungnya duduk di pelaminan padahal jasa Jonah lebih besar kemana-mana. Kayak nanggung gitu.

    Terus pas abis Rani keguguran, tokoh Hendra tuh kayak tempelan aja. Dia nggak ada juga nggak ngaruh kayaknya, cerita makin bertele-tele dan konfliknya cuma seputar restu Bapak, pilihan Bapak, maunya Bapak, pokoknya semua tentang Bapak.

    Tapi gue suka banget sama Jonah! Bener kata Kintamani, banci tuh menyenangkan dan asyik sebenernya. Gue juga suka sama celetuk-celetukan antar tokoh yang lokal banget dan kadang bikin ketawa.

    Yaa, tp gitu aja. Nggak ada yang spesial-spesial amat. Mungkin yang gue inget dari buku ini cuma Yudha dan Jonah.

  • Ossy Firstan

    2019-35
    Menyenangkan dibaca. Kusuka

  • Ten Alten

    Padet!
    Dengan tebal 500an halaman, dengan konten yang penuh, ini tuh beneran bacaan ringan tapi juga berat! 😂 (pokokna yagitulah maksudna, soalna aku baca ini cuma sehari, ehehe)

    Novel roman dengan label City Lite ini diperuntukkan bagi pembaca 21+ yakk!

    Menceritakan tentang gimana njawani-nya orang Jawa yang teguh dengan Jawa-nya. Dengan nilai² yang dianut dan dijadikannya prinsip hidup. Juga menyentuh sedikit isu sosial yang biasa dipandang sebelah mata di masyarakat.

    Banyak betul kalimat yang pengen kutempelin stikinot, geregetan ish. Tulisanna tuh gaya Kak Kin banget. Kalo dari judul dan blurb, keliatanna biasa aja. Tapi, isina nggak biasa! Nggak sesimpel dan seremeh iming²na di halaman kover belakang. Kudu baca!

    Tokoh favoritku tetep Yudha yakk, charming banget! Dia suami idaman deh.~ 😍💕 Dan bapakna Rani! Sekilas² agak mirip sama babeku, ahaha. 😆 Yang aku agak sebal justru malah sama tokoh utama. Kenapa? Karena kebanyakan mikir. Banyakan bingungna. Meskipun kalo dilogika tuh bener juga pemikiran dia. 😂

    Settingna sukaaakkk, detail banget... bikin rindu Jogja.~ 😆 Bahkan, meski scene pindah ke Jkt pun suasana Jogjana masih agak kerasa, karena ada cakap pake basa jawa, trus ortu si Rani juga beberapa kali ke Jkt.

    Alurna maju, pake pov orang pertama dari Rani. Scene ceritana rapi, nggak lompat, dan padat. Kusuka. 500 halaman itu nggak terasa tebal... tapi terasa padat dengan banyakna konflik batin dan masalah yang ruwet. (mungkin karena Rani itu cewek? kan kata orang, biasana cewek itu ruwet? 😆 *ditampol*)

    Banyak kalimat lucu yang menghibur. Interaksi tokoh juga dibangun dengan baik, dialog mereka terasa natural dan tidak berlebihan atau terkesan dibuat².

    Btw aku penasaran sama Kintamani, mas Hendra, dan Bima. Pasti seru tuh mereka, ahahaha. Tiwi bikin aku penasaran, habisnya dia agak misterius gitu, jangan² suka sama temen sekantorna? 🤔

  • Nike Andaru

    100 - 2021

    Ini kali pertama baca karyanya Kincirmainan, pas ngecek review buku ini lalu tertarik karena beberapa teman menyukai buku ini.
    Saya gak ngerti juga kenapa buku-buku dari penulis yang ngetop dari Wattpad selalu panjang banget ceritanya, ini aja sampe 500an halaman.

    Cerita tentang Maharani yang bertemu Yudha lalu terjadi hubungan ONS yang membuat geger. Bukan masalah karena itu saja, tapi background Yudha yang gak biasa dan dari keluarga yang gak biasa, yang makin membuat konflik hamil di luar nikah dalam buku ini terasa lebih kompleks. Saya menyukai cara penulis bercerita dengan mengorek lebih banyak konfliknya, pembaca diajak untuk ikut merasakan dari sisi Maharani juga dari sisi Yudha, dihadapkan dengan keluarga kebanyakan seperti Bapak dan Bundanya Rani.

    Isu gender expression di dalam buku ini pun membuat saya sadar, mungkin banget bisa nemu orang kayak Jonah dan Yudha ini, tapi bagaimana kita bersikap? Apalagi jika posisinya akan menjadi sebuah keluarga.

    Cerita yang menarik, endingnya juga menarik.

  • Rizky

    Enjoy The Little Things merupakan novel keempat Mba Kin yang kubaca. Novel ini benar-benar membuatku enjoy banget saat membacanya seperti judulnya.

    Konflik tentang pernikahan karena kecelakaan mungkin sudah pernah kamu baca sebelumnya, namun Mba Kin benar-benar meramu ide ini menjadi menarik dengan menghadirkan tokoh dan konflik lain yang berbeda.

    Mulai dari pemilihan karakter Yudha yang berbeda dari tipe cowok selama ini hingga permasalahan sensitif seperti isu transgender. Semua diramu dengan takaran yang pas sekali.

    Novel ini memang ditujukan bagi pembaca dewasa 21+ bukan karena memuat hal-hal vulgar tapi isu yang coba diangkat memang sebaiknya dibaca untuk pembaca yang bisa lebih bijak membacanya.

    Secara keseluruhan, novel setebal 518 halaman ini benar-benar membuatku ketagihan sekali saat membacanya. Ide dan eksekusi sama-sama menarik

  • Ana Fitriana

    500an hlm, ceritanya padat, konflik batin up and down tapi sesuai dengan judulnya yg "enjoy the little thing" maka kamu akan bisa enjoy juga dengan semua yang ada di buku ini. Dari banyak hal yang tersaji dalam buku ini, yang aku salut adalah cara Kincir "menasehati" tapi nggak terkesan menggurui atau berceramah. Kita kayak sedang mendengar seorang sahabat bercerita ttg kisah cinta dan keluarganya. Ditemani secangkir teh hangat dan kita pun larut dalam kisahnya. Terutama, tentang cara Kincir menilai bapaknya. Lewat kisah Rani dan Bapak, otakku serasa diinstal ulang lalu ditambahi aplikasi baru ttg "cara memahami Bapak" yang mgk selama 33 th aku hidup belum sepenuhnya mampu aku kuasai.

  • Hani Risjad

    Review soon

  • Crowdstroia Crowdstroia

    4.5 bintang dibulatkan ke atas karena gue suka semua sisi dari novel ini. Review menyusul

  • Adara Kirana

    4.5

  • Roem Widianto

    Kalau tentang Yudha, menurutku dia udah sempurna banget sebagai pasangan. Super sweeeeeeet 🥰.

    Tapi kalau ditanya karakter mana yang paling aku suka di novel ini, favoritku malah bapaknya Rani. Beliau tegas-tegas kocak gitu. 🤣

  • Nina Dee

    [P E N O K O H A N]

    Bapak adalah lelaki jawa tulen yang perfeksionis. Penganut patriarki kelas kakap. Bibit, bebet, bobot lelaki yang akan mendampingi putri-putrinya harus diperhatikan. Karenanya Bapak kurang bisa menerima laki-laki yang memiliki toko kue. Bagi bapak, laki-laki ya buka toko alat listrik atau bangunan. Bapak memang agak kolot, tapi beliau orang berpendidikan. Katanya, beliau nggak jadi kuliah S2 di Coloumbia University bukan karena bodoh, tapi karena Bunda sedang hamil.

    Bunda ini tipe ibu rumah tangga yang merangkap sebagai wanita karir. Meskipun Bapak nggak pernah mengizinkan Bunda untuk naik jabatan. Bagi Bunda, selain seiman, modal penting untuk jadi mantunya adalah pekerjaan. Pekerjaan lelaki yang akan meminang putri-putrinya harus jelas. Sebut saja PNS, dokter, atau pegawai kantoran dengan gaji tetap.

    Rani sendiri adalah gadis jawa lugu yang kuliah, lantas kemudian bekerja di Jakarta. Perawakannya mungil, wajahnya cantik. Dia menjalin hubungan selama tiga tahun dengan Bima. Karena kepolosannya itu, Rani mostly hanya dimanfaatkan Bima sebagai ATM berjalan. Rani ini gadis mandiri, patuh dan nurut sama orangtua. Meskpun dia impulsif, tapi yang selalu dipikirkan adalah harga diri Bapak dan Bunda.

    Yudha ini tipe pria yang nggak biasa. Nggak kekar dan berpenampilan manly seperti Nick Bateman. Dia nggak segan memakai BB cream, liptint, dan serangkaian skin care lain untuk menjaga kulitnya. Dia juga nggak brewokan seperti Kit Harrington. Tapi dia tetap setampan Sungjae. Yudha mungkin adalah spesies laki-laki langka yang eksistensinya harus dijaga. Why? Dia sangat perhatian. Kebanyakan ngalah sama Rani yang cenderung meledak-ledak.

    [S E T T I N G]

    Enjoy The Little Things berlatar di Jakarta dan Jogja. Kenapa dua kota itu? Karena, Rani adalah anak Jogja yang merantau ke Jakarta. Nanti kita akan diajak jalan-jalan ke Jogja oleh Rani dan Yudha. Penggambaran setting cukup detail di beberapa bagian yang diperlukan, dan di bagian lain dideskripsikan sekilas. Well, saya suka dengan setting tempat yang seperti ini. Apalagi Kak Kincirmainan bisa menyatukan deskripsi tempat dengan gaya bahasa dan penokohannya. Sehingga tempat-tempat yg digambarkan benar-benar terasa dari sudut pandang tokohnya.

    Setting suasananya pun cukup detail dan ngena. Karena diceritakan dari sudut pandang Rani, saya jadi ikut ngerasain segala ke-insekyuran-nya Rani, pikirannya yang ruwet, dan suka-dukanya menghadapi keluarganya—terutama Bapak—dan keluarga Yudha. Untuk latar waktu, tentunya masa kini. Tapi alurnya campuran, jadi kamu harus jeli dan hati-hati.

    [G A Y A B A H A S A]

    Hal paling menarik dari novel ini adalah gaya bahasanya. Ringan, tapi bermutu. Baik narasi dan dialog, menggunakan bahasa non baku. Dan gaya bahasa di sini benar-benar menggambarkan Rani, anak jawa tulen. Kepolosan Rani juga tergambar dengan baik lewat narasi yang keseluruhan menggunakan sudut pandang dia.

    Logat medhok jawa juga bisa dirasakan, baik dalam narasi maupun dialog (dialog antara Rani dan keluarganya, atau Rani dengan atasannya yang orang jawa dan suka menggoda Rani dengan bahasa Jawa atau bahasa Indonesia berlogat jawa). Penggunaan istilah jawa memang lumayan banyak. Tapi jangan khawatir. Untuk istilah-istilah jawa yang nggak populer, ada terjemahan di footnotenya kok.

    [K O N F L I K]

    Yang paling bikin gemas adalah keinsekyuran Rani yang membuatnya menjadi overthinker. Konfliknya memang didominasi oleh ketakutan Rani pada kemungkinan-kemungkinan yang belum pasti. Selain penokohannya yang unik, konflik di sini juga berbeda dari yang lain. Kita diajak melihat sisi lain di balik stereotip-stereotip negatif yang tumbuh di masyarakat, tentang pria yang feminin dan memiliki pekerjaan yang justru lebih tepat dikerjakan oleh wanita, kehidupan bebas di perkotaan, dan masih banyak lagi.

    Konfliknya dikemas dengan menarik, dan diselesaikan dengan baik. Konflik batin Rani membuat saya ikut pusing dan nyesek. Meskipun di beberapa bagian, ketakutan Rani terlalu berlebihan (tapi ini justru menghidupkan karakternya). Well saya rasa peribahasa don't judge a book by its cover tepat untuk mewakili pesan moral dari EtLT. Don't judge people by how they look, how they dress, how they do for living. And, enjoy every little things in your life.

    Sedikit kritik dari saya, sebenarnya yang membuat buku ini sangat tebal, adalah keinsekyuran Rani. Beberapa bagian memang terasa berputar-putar dan lambat, yang akhirnya terasa agak membosankan. Tapi kekurangan tersebut dapat ditutupi oleh gaya bahanya yang fresh dan sikap Yudha yang suamiable. Overall, saya cukup menikmati kisah Rani dan Yudha.

  • Nadytia KS

    Empat bintang untuk tema yang tidak biasa (dalam artian yang bagus). Sebenarnya tema utamanya sama sih dengan tema-tema novel Indonesia masa kini. Tak sengaja bertemu di kelab malam, berlanjut, dan pembicaraan mengenai pernikahan. Namun, tema cabangnya itu yang menarik, setidaknya bagi saya. Saya baru pertama kali baca tema menarik tersebut di novel Indonesia, dan saya mengerti keresahan Maharani, sang tokoh utama perempuan. Sedikit rumit, tapi yah saya hanya bisa berkata bahwa hidup dan cinta itu penuh dengan pilihan :D

    Terlepas dari itu, watak bapak dan bunda Maharani sungguh familiar bagi saya (dan mungkin bagi teman-teman di luar sana), hahhahaha. Mereka tipikal orang tua Indonesia sepertinya :’)) *mohon koreksi jika saya salah, ketika kalian sudah membaca buku ini :)

  • Jeon Dani

    This is a facking novel!!! Geez, gue memberi aplaus paling meriah buat authornya, bahkan kalau bisa nih gue kasih rate 10 bintang! Sayang di Goodreads hanya ada 5

    Novelnya tebel banget cuy! 400 halaman lebih. Udah kek novel teenlit unfaedah pada umumnya ajah.

    Dari awal gue pikir nih novel bakal ngebosenin—like always—tapi ternyata ekspentasi gue (like always) ke banting hingga kebawah jurang! Beneran, gue gak lagi berlebihan—lebay mungkin iya! (Apa bedanya?) Dan gue juga enggak mengada-ada. Hey! Ada lagikah novel yang seperti ini? Gue yakin jawabannya, Enggak ada!

    Tema yang sebetulnya mainstream abis (tentang cewek yang hamil waktu ONS) tapi diluar itu, semuanya berbeda. Seperti; para tokoh, alur hingga keseluruhan cerita yang anti klimaks banget! (Menurut gue). Gue selalu mengklaim kalo buku-buku terbitan Elex Media enggak pernah mengecewakan—walaupun beberapa ada yang mengecewakan, tergantung authornya juga sih—termasuk yang satu ini.

    Enjoy the little things berhasil bikin gue terkecoh hanya kerena covernya yang sungguh amat sangat menarik dengan warna ungu—yang btw, menjadi warna kesukaan gue selain item, juga menjadi warna kesukaan Abang Justin Bieber.😁

    Menceritakan tentang Maharani, si wanita yang berasal dari Jogja yang merantau di Jakarta, tengah patah hati karena putus dari Bima si mantan pacar gak tau diri, lalu mencoba ikut happy-happy bareng mbak-mbak kos ke suatu klub malam bernama Go-Go.

    Di sanalah awal cerita dimulai. Maharani berkenalan dengan seorang cowok krempeng, pendiem dan cantik. Bernama Alex—yang mana si Rani ini juga memperkenalkan diri sebagai Jenny, gegara habis dengerin lagu Blackpink.

    Awalnya gue dibikin geli sama karakter Alex—alias Yudha—karena gayanya yang kemayu hingga molek itu. Gue tipe cewek tomboy yang jelas teramat sangat geli dan jijik saat karakter Yudha muncul. (Seperti do'i yang pakek Lipgloss, terus minta makeup remover, pekek skin care, dll) Namun, semua itu berakhir waktu Yudha menunjukan jati dirinya.

    Oh man! He is cute, sweet and adorable. Sumpah yah! Gue jatuh hati sama Yudha disini, apalagi dengan karakternya yang manis, lembut, sabar dan polos itu! Hey, adakah cowok semacam do’i?

    Rani yang hamil anak Yudha dibikin ruwet oleh jalan pikirannya sendiri mengenai Bapaknya. Lantaran status keluarga Yudha yang amat sangat berantakan. Rani dibikin galau karena Papa Yudha—yaitu Jonah—adalah seorang waria, juga Yudha yang bekerja di kafe miliknya dengan berpenampilan layaknya perempuan.

    Gue bener-bener gak habis pikir sama Rani yang memperumit segalanya dengan pikiran negatifnya sendiri. Pengen banget gue corokin dia ke kali Ciliwung. She’s suck! Menurut gue. Apalagi waktu Yudha bilang

    ”Kamu lebih kedengeran seperti Bapakmu dalam cerita-ceritamu dibanding bapakmu sendiri!” Hal : 353


    Disitu gue beneran pengen injek-injek si Rani.

    And well ... gue mencintai novel ini. Terutama Yudha. Dah.

  • All

    Aku tertarik baca buku ini karena blurb nya menarik banget. Terus pas lihat penulisnya, aku coba cek karya karyanya dan waw ternyata aku pernah baca salah satu bukunya yang judlnya "Kenya" dan itu seru. Makin terdorong lah aku buat baca buku ini. Baru sehalaman buka, aku kaget banget ternyata 520-an halaman. Lagi lagi "waw" aku ngebatin bisa gak ya selesai dalam sehari karena pasti konfliknya berat banget.

    Dan ternyata benar konfliknya berat dan complicated banget banget banget. Aku kira novel yang sebelumnya aku baca konfliknya udah paling benar tapi ternyata masih ada yang lebih berat. Novel ini ngangkat isu yang sensitif, jarang (dan aku akui aku kurang jauh mainnya) lihat novel yang angkat isu soal LGBTQ+, gender expression, dan aseksual yang diiringi sama trope marriage by accident seperti ini.

    Mari pindah ke cara penulisannya dan isi novelnya.

    Sejujurnya novel ini seru banget, sayangnya menurutku sedikit bertele tele, banyak narasi panjang yang sebenarnya gak perlu dicantumin tapi dicantumin. Jadinya panjaaaaaang banget, bawaannya bikin bosan. Ada bagian yang sebenarnya menurutku tidak perlu dijelaskan panjang lebar, cukup satu dua paragraf saja, tapi malah dibuat satu bab panjang atau satu scene yang lama.

    Dan lagi, konflik pemainnya ya berputar disitu situ saja dari awal sampai akhir, gemes sih kayak aduh ini mulu can we move on? makanya bisa sampai 520-an halaman padahal sebenarnya cukup 400-an halaman.

    tbvh, aku baca novel ini pakai metode skimming alia lompat lompat. Kalau ada bagian yang menurutku gak penting penting banget sama konflik dan inti masalah para main leads, pasti bakal aku skip. Misalnya tentang kejadian di kantor, keributan di kantor. Kalau mau dijelaskan mungkin gak perlu berhalaman halaman, cukup dua sampai empat paragraf.

    Yang aku sayangkan sih cuman itu, makanya aku kasih 3 yang harusnya 3.5 tapi di goodreads gak bisa ada desimalnya, harus bulat.

    but overall, bagus kok! bagian menyayat hatinya ada, bagian lucunya ada, bagian gemes nya ada, keselnya pun ada. Cara penulis ngungkapin yang dia maksud juga bagus, antiklimaks masalahnya pun mantap!

  • Ardina Rahma

    Beli buku ini di suatu hari di bulan Ramadhan, lalu agak risih membaca bagian-bagian awal karena menarasikan sesuatu yang cukup vulgar 😅 Ku simpan lah buku ini, tak ku sentuh hingga Ramadhan berakhir 😂 Hingga suatu hari akhirnya ku tamatkan buku ini. Ini adalah salah satu buku yang aku baca dengan kecepatan yang paling lambat layaknya siput. Beneran deh, bukan karena ceritanya, tapi karena mood baca yang emang hancur-hancuran pisan dan bukunya memang yang cukup tebal.
    *
    Jujur, aku menikmati cerita tentang Rani dan Yudha. Rani dan Yudha awalnya iseng berhubungan ONS, mereka orang asing satu sama lain, Rani melakukan itu karena patah hati dengan pacarnya (lalu menjadi mantan) yang selingkuh. Dua bulan setelah hubungan satu malam dengan Yudha, test pack Rani menunjukkan dua garis biru. Untungnya Yudha bukanlah lelaki pengecut yang lari dari tanggung jawab, ia bersedia bertanggung jawab.
    Tapi, Yudha dan keluarganya bukanlah seorang mantuable dan keluargaable yang dapat diperkenalkan dengan bangga kepada keluarga Rani, terutama sang Ayah yang mempunyai sifat unik.
    Selama proses merencanakan perkenalan Yudha ke Ayah dan mengakui kehamilan Rani, Yudha selalu ada buat Rani. Rani pun luluh dengan semua itu dan berusaha menerima Yudha, walaupun dia tetap masih pusing sendiri jika menyangkut latar belakang keluarga Yudha yang tidak sempurna.
    *
    Gemes sendiri sih sama Rani, dia selalu mempermasalahkan latar belakang keluarga Yudha. Ketika dia sudah menerima, eh jadi mundur lagi. Intinya sih satu, dia sudah memalukan keluarganya dengan hamil di luar nikah dan dia ngga mau menambah aib keluarga dengan memiliki calon besan yang tidak sempurna.

    Benar-benar menikmati mengenal Yudha, Rani dan segala jenis alur dan konflik kehidupan mereka di buku ini yang cukup ruwet. Progres membaca buku ini memanglah cukup lama, tapi positifnya alur cerita dalam buku ini akan menempel cukup lama di ingatan. Kayanya gitu sih.

  • Hani

    Novel Enjoy The Little Thing merupakan novel City Lite pertama terbitan Elexmedia Komputindo yang saya baca.
    Maharani, seorang karyawan swasta di salah satu kantor di Jakarta, dibesarkan dalam keluarga budaya patriaki Jawa yang kuat. Bagi bapaknya, sosok menantu ideal adalah layaknya tokoh-tokoh pewayangan, gagah, perkasa, dan memiliki pekerjaan yang menunjukkan bahwa dia lelaki tulen. Selama ini Rani masih tenang, karena pacarnya memenuhi kriteria tersebut.
    Namun takdir berkata lain, Rani putus dari pacarnya yang membuat gadis itu melakukan one night stand dengan seseorang. Rani tidak pernah berpikir bahwa kejadian tersebut membuatnya terikat dengan pria yang menidurinya. Rani hamil. Mau tidak mau dia memberitahu pria tersebut mengenai kehamilannya.
    Respon tak terduga didapan oleh Rani,pria yang menghamilinya mau bertanggungjawab dan menikahinya. Namun, Yudha bukanlah sosok menantu yang diidam-idamkan oleh Bapak. Alih-alih gagah dan perkasa, pada pertemuan pertama, Rani mendapat kesan bahwa Yudha bukanlah lelaki tulen -walaupun cabang bayi sudah berada diperutnya. Yudha merupakan jenis pria kemayu, gemar bersolek, pemilik sebuah toko kue yang menjadi langganan kantor Rani. Yudha jauh dari kriteria yang diinginkan bapak.
    Ini merupakan awal dari kisah perjalanan cinta antara Rani dan Yudha yang memiliki perbedaan presepsi dan budaya. Rani yang dibesarkan dengan tradisi patriaki dan budaya Jawa yang kuat dan Yudha yang dibesarkan oleh seorang ayah yang menganut paham feminisme. Rumitnya kisah mereka ditambah dengan fakta bahwa Jonah, ayah Yudha adalah seorang waria.
    Inti permasalahan yang ingin disampaikan penulis dari novel ini bagaimana Rani dan Yudha menyikapi keluarga masing-masing yang memiliki presepsi hidup yang berbeda.

  • Majingga Wijaya

    Akhirnya selesai jugaaaaaa.... 😆😆😆
    Jarang banget bisa ngasih 5 bintang buat novel yg kubaca

    Dibuat berulang kali nangis karena ceritanya.
    ada gitu orang yg baik dan sesabar itu? Yudha bener-bener bikin melting se-melting-melting-nya. OMG!!! Semoga bisa nemuin cowok hidup kayak gtu di muka bumi ini.
    Salut banget gimana Yudha ngejalanin hidupnya selama ini. Kalau emang beneran ada di kehidupan nyata, pasti nggak mudah ngejalanin itu semua. Pokoknya dibikin nano nano baca novel ini.

    Pertamanya agak sangsi pas mau baca novel romance setebal 500 hal lebih. Masalah apa yg terjadi sampai bisa setebal ini. Dan langsung kepancing pas baca sinopsisnya. Dan pas selesai baca, seriusan nggak bakal nyesel...
    Alur ceritanya bikin kita ikut merasakan apa yg dirasain sama tokoh-tokohnya. Mengalir gitu aja pas baca. Kalau buat aku, novel ini ngasih banyak pembelajaran tentang hal-hal yg masih dianggap tabu bahkan "nggak normal" di Indonesia tp memberikan kita banyak pelajaran san berpikiran lebih luas. Sampai aku bertanya-tanya, gimana risetnya ya sampai dapat ide tulisan dan berbuah novel manis ini? Gimana masalah bermula, cara tokoh melewati masalah-masalah bahkan detail-detailnya bikin nggak bosen pas baca. 👍👍 Malah bikin penasaran sampai ending.

    Novel ini pun bikin aku mikir, kadang orang yg dianggap "nggak normal" oleh sebagian orang, bisa berhati lebih normal daripada orang yg nganggap dirinya normal ✌


    "Transgender itu masalah jenis kelamin, bukan masalah orientasi seks" - hal 127

    Seperti judulnya, Enjoy the Little Things deh 😊😊

  • Amaya

    Setelah tiga tahun menjalin hubungan dengan Bima, Rani berani memutuskan hubungan karena terbukti kekasihnya itu memilih berselingkuh ketimbang memikirkan komitmen bersamanya. Galau dan nggak bisa berpikir jernih, Rani menerima tawaran mbak-mbak kos untuk pergi ke kelab demi menghilangkan bayangan mantan yang mencoreng kesetiaannya. Dan saat itulah dia dipertemukan dengan Alex, alias Yudha. Cowok yang sempat dia pertanyakan kejantanannya mengingat tubuhnya yang molek seperti perempuan. Kisahnya berlanjut menjadi benang lurus dan sesekali berbelok nggak tentu arah aliasnya ruwet.

    Iya ruwet, karena sosok Rani ini kebanyakan mikir yang enggak-enggak. It's okay dia lagi hamil, hormonal, tapi setelah itu? Dia tetap mikir apa yang bahkan bapaknya nggak pikirkan. Sumpah ya, bikin gregetan. Bagian yang paling sering diulangi pun bikin greget adalah kenapa sih Rani sering mempertanyakan seakan ketulusan Yudha itu dibuat-buat dan seolah fana? Bakal hilang beberapa tahun kemudian.

    Well, di samping itu, aku rekomen abis buku ini! Kaget awalnya halamannya sampai 500 lebih, tapi nggak mengurangi antusiasme buat kelarin! Beneran addict dan topik bahasannya baru alias nggak banyak dibawakan. Apalagi soal sexual expression, menarik buat dibaca. Memang pas awalan baca gaya nulisnya agak kagok begitulah, soalnya campuran indonesia ada jawa nyerempet begitu, tapi lambat laun bikin ketagihan. Greget dengan Rani dan manisnya Yudha bikin nggak bisa move on cepet-cepet nih!

    Ps: Novel ini rated 21+ ya kawan-kawan, pastikan cukup umur dulu baru baca, ya! Be smart reader.

  • zara ⋆ 。°✩

    ini buku keduaku yang kubaca dan isinya menyangkut banyak soal toxic masculinity dan surprisingly lagi lagi aku sangat suka!! kalau dihitung sebelum baca buku ini, udah ada lebih kurang 5 atau 6 buku yang terpaksa aku dnf karena banyak alasan yang lebih utama karena boring. atau emang akunya aja kali ya yang lagi reading slump? idk. terus aku baca ini. dari premisnya, aku udah bisa tau ini buku yang menarik walaupun premis bisa nipu juga kadang kadang. tapi aku berhasil menyelesaikan buku ini dibanding 5 buku sebelumnya kan. aku suka isinya. walaupun konfliknya cukup sensitif. unwed pregnancy. yang emang sensitif banget ya di negara ini. aku suka karakter yuda. agak susah sih bikin aku terkesan sama karakter di buku karena dari awal baca aja aku udah bisa kasih kesimpulan. TAPI AKU SUKA BANGET SAMA BUKU INI BENERAN DEH!! ya walaupun karakter rani tuh sering bikin kesel karena dia egois dan hanya berpikir tentang dia, dia, dan dia. terus juga banyak narasi yang sebenernya ngga penting dan malah bikin aku geregetan berbelit-belit. so far ngga terlalu ganggu. karakter bapak rani juga cukup melekat, mirip karakter bapakku kalo dari cara bapaknya yang anti dapur dan menyerahkan semua pekerjaan rumah pada istrinya. untuk yuda yang sangat sangat perhatian waktu rani hamil juga sangat menyentuh. rasanya seneng banget karena aku pernah denger beberapa cerita tentang suami yang jadi lebih ekstra sabar, perhatian, dan sigap kalo istrinya lagi hamil. huh SUKA BANGET SAMA YUDA. bisa dibilang suamiable lah

  • Agnes Meilina

    "A boy is still a boy with makeup, or not." (hal.27)

    Pertama-pertama aku mau bilang kalau aku kesal sama Rani.

    Buku ini menceritakan tentang kisah cinta Rani yang cukup pelik, di mana ia melakukan kesalahan satu malam bersama seorang lelaki bernama Yudha sehingga dua bulan kemudian dia mengandung anak. Rani yang berasal dari keluarga yang masih kuat adat istiadatnya, terutama Bapak Rani yang memiliki sifat keras dan menurutku sifatnya hampir 11 12 dengan papa di rumah.

    Singkat cerita, Yudha di sini bukan seperti lelaki kebanyakan yang akan lari, dia malah bertanggung jawab. Namun, karena masa lalu Yudha dan penampilan Yudha yang tidak seperti lelaki jantan membuat Rani bimbang dan ragu untuk mengenalkan Yudha.

    Cerita ini terasa relate banget dan ditambah dengan dialog yang lancar juga nyaman untuk dibaca. Setting cerita yang detail membuatku ingin terjun langsung dan melihat seperti apa kota Yogyakarta. Selain itu, cerita ini bukan hanya membahas tentang romansa cinta saja, tetapi juga kita diajarkan untuk menghargai orang, siapa pun itu.

    Jujur, aku kesal dengan karakter Rani yang labil dan egois. Dia keras kepala dan berhati dingin. Aku kasihan sama Yudha, dia lelaki lembut dan baik, seharusnya tidak diperlakukan seperti itu sama Rani. Aku paham sebenarnya, tapi untung saja Yudha tidak menyerah dan memperjuangkan apa yang dia mau.

    Over all aku suka sama cerita ini.

    Rate : 4.1

  • Audrey

    Jujur, waktu liat di toko buku, penasaran covernya eh tapi pas liat kok tebel banget terus pas baca belakang buku kok gini amat ceritanya. Tapi pas liat di Wattpad, coba-coba baca lama-lama kok penasaran makin dibikin gemes pas cerita di Wattpad abis. Langsung seketika itu juga beli di Playbook. :)

    Cerita dari buku ini sangat menarik! Maharani (Rani) seorang pekerja yang berasal dari Jogja yang keluarganya bener-bener totok Jawa bertemu dengan Yudha di kelab malam. Setelah bertemu hubungan tersebut diharuskan melanjutkan ke jenjang pernikahan karena kebablasan (melendung). Tapi menikah bukanlah hal gampang, menikah itu ibarat mempersatukan 2 keluarga apalagi melihat latar belakang Yudha dan keluarganya yang bisa dibilang tidak mudah untuk orang umum. Keresahan dan keriwetan Rani yang bikin gemes disini sangat bisa dipahami, karena jelas bukan keputusan yang mudah untuk memilih keluarga atau cinta.

    Di cerita ini juga, saya kagum dengan orang tua Rani yang tegas dan mengerti akan anaknya yang gegana (gelisah,galau, merana), serta kelucuan si Bapak yang gak ada habis-habisnya. TOP banget buat Yudha yang berjuang banget demi cinta.

    Ini bukan cerita romantis yang biasa, ini novel tentang bagaimana cara memperjuangkan cinta dan keluarga dan cara berpikir untuk lebih terbuka, bukan berdasarkan apa omongan dan gosip-gosip orang.

  • Putriha

    Pertama kali baca buku ini itu waktu masih tersedia di watty dan itupun aku gak baca sampai selesai buku ini karena benci setengah mati sama karakter Rani.
    Aku gak bisa paham kenapa karakter Rani ini sangat intolerant sama kehidupan Yudha, dan sampai akhirnya tahun ini berkesempatan baca buku ini lagi ipusnas sampai selesai dan pandangan ku terhadap karakter Rani masih sama she is ignorant, tapi aku bisa memahami kekalutan dia. Buat perempuan yg dibesarkan di keluarga Jawa yang kolot dan konservatif seperti Rani emng sulit menerima latar belakang Yudha tapi tetep yg bikin aku jengkel sama Rani adalah dia 'menjudge' Yudha' yg latar belakang nya tidak layak menurut dia dan berlindung dibalik 'restu bapak' dan sampe akhir karakter Rani ini developing characternya gak signifikan seperti yang aku ekspektasikan. But overall aku suka banget sama isu besar yang diangkat novel ini ttg banyak laki-laki feminim yg dianggap 'menyimpang' cuma karena mereka lebih sentimentil dan pandai merawat diri, banyak orng yg berpikir laki-laki feminim itu ya suka nya sama yg maskulin. Isu-isu seperti itu sih yang harus terus dibahas

  • Alda Havana

    I surprisingly love this book! Gak nyangka kalau ceritanya bagus, awalnya murni iseng karena lagi butuh bacaan City Lite gini, eh, kok nagih.
    Topik yg diangkat menarik dan beda, lalu ngasih pandangan baru juga ttg gender expression. Baca buku ini ikut senyum-senyum, ketawa, deg-degan, ikutan stres, dan tentu ada beberapa bagian yg bikin nyesek dan bikin ikut nangis juga.

    Berawal dari Maharani yg patah hati dan kecewa karena dikhianati, lalu memutuskan untuk pergi ke kelab dengan tujuan ‘get over shit’. Di sanalah dia bertemu Yudha, lelaki yg akhirnya diajak pulang ke kost Rani dan melakukan ONS dengannya.
    Ini konflik mereka complicated karena berhubungan dengan keluarga Rani yg bapaknya galak dan background keluarga Yudha yang ruwet. Menurutku kisah cinta Rani-Yudha ini adalah definisi sesungguhnya dari “Cinta itu sederhana, manusianya aja yang suka mempersulit.”
    Also Yudha, kok bisa dia semanis itu, sih? Aku yakin si Yudha ini love language-nya acts of service dari cara dia memperlakukan Rani.