Barista Tanpa Nama by Agus Noor


Barista Tanpa Nama
Title : Barista Tanpa Nama
Author :
Rating :
ISBN : -
ISBN-10 : 9786023915446
Language : Indonesian
Format Type : Paperback
Number of Pages : 171
Publication : First published July 1, 2018

Puisi-puisi Agus Noor bukanlah puisi yang membuat kening kita berkerut, tetapi membawa kita dalam kehangatan. Kata-kata itu seperti menyentuh perasaan kita dengan lembut dan kadang tak terduga, kemudian terasa lega. (Sha Ine Febriyanti)

Seperti menikmati kopi hangat, merasakan ‘kesedihan yang tak membutuhkan pelukan’. Nikmatilah, dalam puisi-puisi ini, kalian bukan hanya bertamu, tapi berada di dalamnya, menikmati kopi sekali seduh. (Syaharani)

Buku puisi yang ingin saya baca ulang, agar bisa berkali-kali membiarkan diri terhanyut. Saya tak akan heran, bila banyak perempuan akan menyimpan buku ini dalam tasnya, dan selalu dibaca saat merasa sendirian. (Happy Salma)


Barista Tanpa Nama Reviews


  • Tri Tanto

    Buku ini sepertinya buat seleb-seleb. Endorsement dan arahah syairnya sangat nyeleb. Dan saya bukan seleb. Saya pembaca buku biasa. Kurang banyak selebnya, tanggung nih


    Harus, ya dengan seleb?

  • Nadine Rutumalessy

    Urban gagal.

  • Lantip Sukaswanto

    Monoton, dan masih dalam tema Agus Noor yang lama.

  • Ramdani Tonga

    Saya selalu menanti Agus Noor yang beda. Tapi selalu gagal

  • Agwi

    Mana yang penting; imajinasi atau inspirasi? Buku ini belum bergerak ke dua hal yang penting itu

  • Lila Cyclist

    Terbiasa membaca puisi-puisinya Jokpin, saya agak merasa agak berat dengan puisi ini. Puisi-puisi Jokpin dari Buku Latihan Tidur bisa membuat saya ngakak-ngakak, tapi buku puisi ini di sebagian puisinya membuat saya berkerut kening, sebagian lainnya terharu, sebagian lainnya baper. Saya sempatkan membaca satu puisinya berjudul Mengingat Jalan-Jalan yang Dilupakan Ingatan, ditengahnya saya menahan sedan yang tak mampu saya cegah, namun nekad saya selesaikan sekali tarik rekaman. Oh ya, saya berencana mengunggah video puisi ini nanti jika internet lancar. Oh ya, saya punya satu channel di YouTube khusus o\puisi yang saya baca. Bukan puisi saya sendiri sih, saya ngga poede kalopun saya menulis puisi kemudian mengunggahnya hahaha... Kalo ada waktu, dan kuota lebih, bisa mampir ke
    my YouTube channel

    Saya juga berencana membuat satu GA dengan hadiah buku ini. Pantengin aja channelnya ya. Ehm, mungkin GA di blog aja ding atau twitter.. Halah, belum jelas gini kenapa dibocorin ya? wkwkwk...

    Ah ya, buku ini menandai selesainya challenge membaca saya di goodreads tahun 2018. Alhamdulillah. Kelar juga 100 buku setelah beberapa kali terseok ketinggalan dan diberi peringatan ketinggalan berapa buku. Berkat manga pinjaman, saya bisa ngebut mengejar ketinggalan saya.

    Tahun depan, saya ingin fokus ngeblog dan vlog puisi. Baca bukunya kurangi setengah aja dulu. Yah, let's see lah :D

  • Svarma Dipa

    Keberatan endorstmen

  • Dion Yulianto

    "maka secangkir kopi mengajari
    menikmati pahit tanpa rasa benci."

    (Percakapan Kopi)

  • Aksa

    Barista Tanpa Nama karangan @agusnoor_ terbitan @penerbitdivapress .
    Saya suka buku ini. Mungkin itu kalimat pertama yang mesti saya sampaikan. Bagaimana tidak, beberapa isinya mewakili isi kepala saya. Membaca puisi-puisi di buku ini seperti mengajak kita pada sebuah cerita.
    .
    Jatuh cinta, memang tak selalu seindah yang kita kira. Begitu pula yang pernah saya tulis dalam buku saya. Tapi, di buku ini semua itu kembali ada. Setidaknya, saya percaya sekarang bahwa tidak hanya saya yang menilai bahwa kekecewaan bisa juga berarti perasaan cinta.
    .
    Pernahkah terpikir bahwa jika memang tidak cinta, maka tak mungkin ada perasaan kecewa itu? Mungkin kita mesti lebih pandai lagi mengolah rasa. Menghadirkan dalam bentuk kata-kata, nantinya akan menjadi sesuatu yang akan begitu dinikmati.
    .
    Bagi sesiapa yang sedang bertanya-tanya tentang perasaannya. Buku ini bagus untuk menyadarkan isi kepala ditemani beberapa cangkir kopi hingga membukakan mata.
    .
    Terima kasih mas @agusnoor_
    #pengenceritaaja #masihpengenceritaaja #baristatanpanama #divapress #agusnoor #bacaituseru #goodreads #bookstagram

  • cindy

    "Kangen ini, Laut tak bertepi...."

    Baru kali ini ada buku puisi yang bikin aku baper nggak karuan. Nggak tahu kenapa. Pertama kali baca (numpang baca waktu itu) sudah berasa pas di hati. Akhirnya beli juga walau nyari edisi diskonan kesana-sini. Lalu dibaca pelan-pelan. Disesap nikmat seperti secangkir kopi pahit.

    "aku lahir dari sebiji kopi
    kepahitan telah menyulingku
    hingga bening", kata airmata
    lalu menetes ke dalam kopimu.


    Puisi-puisi di sini temanya hampir seragam. Kerinduan, ketakmampuan untuk memiliki, kehilangan, dan lalu merindu lagi. Beberapa diksi juga berulang. Namun demikian, aku sukaa nuansanya. Rasa sepi-sepi yang menggelayut dalam baris-baris. Kesengsaraan pahit di tiap bait.

    Kau abu rindu
    Sunyi kapas randu


    Seleraku memang rada aneh. Sempat kapok baca karya penulis ini setelah ketanggor sebuah cerpen yg bikin merinding gilo di salah satu kumcernya (lupakan), lah malah sekarang terpikat buku puisinya. Dibaca pelaaaan-pelan, biar lama, tapi akhirnya habis juga. Masih pengin baca beberapa puisi lagi nih....

    kusebut namamu dalam sepi:
    Alice, Alice, lama sabakhtani

  • Siraa

    Sungguh hanya kuingin sebuah ciuman
    Yang menyelamatkanku dari kesedihan

    Puisi Agus Noor penuh dengan kejujuran seakan dia mengerti perasaan para pembacanya. Walaupun tertulis dengan pilihan kata yang sederhana, maknanya selalu dalam dan merembes dalam kepala. Temanya sendiri bukan hal yang jarang. Cerita tentang kerinduan, pertemuan, luka, kepedihan, dan kepergian. Namun aspek melankolis buku ini mmg bukan main. Sangat bahaya dibaca oleh orang yang sedang sedih dan kesepian. Karena mereka akan menertawakan diri sendiri. Hujan tak lebih basah dari air mata oranh yang ditinggalkan dan tidak ada yang tahu pasti mana yang lebih merah, senja atau hatimu yang terluka.

  • Rin

    Diksi yang digunakan begitu santai dan mudah dipahami, seperti sedang bercerita. Cocok dibaca sambil ngopi, lalu habis tanpa meninggalkan jejak. Tidak terlalu memberikan kesan khusus, sebenarnya. Beberapa bab bahkan agak memberi kesan mengulang/monoton.

  • Karina

    "Kesepian dan kesakitan, tak lebih anak-anak kecil yang rewel dan manja. Sementara kita bertambah tabah oleh usia. Padamu, kerinduan ialah perjalanan panjang, yang tak pernah membosankan"

    Page 127

  • Indah Threez Lestari

    480 - 2018

  • Menyertakan Maret

    Kopi-kopi mengalir pada mataku

  • Louisa Olivia Hadiwirawan

    Sebagai pencinta kopi, puisi Agus Noor ttg kopi ini sangat ngena banget buat gw.

    Percakapan Kopi

    tiktok jam menggerutu
    pada cangkir itu

    "menunggu memang tak pernah bisa
    dipahami waktu, tapi oleh rindu."

    "mana lebih hitam,
    secangkir kopi yang dibiarkan dingin
    atau hati perempuan kesepian?"

    "antara cinta dan rindu
    menunggu, interval yang bikin kesal."

    "maka secangkir kopi mengajari
    menikmati pahit tanpa rasa benci."

    pada sesap kesekian
    di lidahnya, segala yang manis
    tak pernah sama lagi
    kecuali kehilangan abadi