Title | : | Silence |
Author | : | |
Rating | : | |
ISBN | : | - |
ISBN-10 | : | 9786026383389 |
Language | : | Indonesian |
Format Type | : | Paperback |
Number of Pages | : | 328 |
Publication | : | Published December 1, 2017 |
Miyuki dibesarkan di Yuki-no- Shima, sebuah pulau terpencil yang konon dilindungi oleh Simatama-san, dewa penjaga pulau. Miyuki yang bermimpi menjadi artis akhirnya keluar dari pulau itu dan tinggal di Tokyo, meskipun ditentang oleh kedua orangtuanya.
Setelah lama tidak pulang, akhirnya tahun ini Miyuki akan pulang bersama dengan Toshiaki, kekasihnya. Meski awalnya Miyuki tidak menyadarinya, tapi sepertinya Simatama-san tahu ada yang tidak beres dengan Toshiaki.
Apa pun yang terjadi, Shimatama-san pasti melindunginya, kan?
Silence Reviews
-
Saya pernah mendapat info dari Koh @konstantin999 bahwa dulunya Akiyoshi Rikako merupakan penulis sastra, dan "Silence" ini merupakan salah satu novel beliau yang sastranya kental. Benar saja. Novel ini menyajikan kisah masyarakat pulau terpencil dengan segala problematikanya mulai dari masalah sosial, ekonomi, pendidikan, hingga spiritual.
Melalui novel ini, saya jadi tahu bagaimana adat pernikahan tradisional Jepang. Bagaimana mereka merayakan Tahun Baru. Bagaimana kekerabatan masyarakat desa di sana. Dan tentu saja makanan-makanan tradisional yang mengundang selera dan pakaian tradisional Jepang yang ternyata banyak jenisnya.
Meskipun plot twist-nya nggak gila-gilaan kayak Girls in The Dark dan Holy Mother, novel ini sangat enak dibaca. Misterinya disuguhkan rapi. Terjemahannya juga bagus seperti biasa. -
** Books 322 - 2017 **
Buku ini untuk menyelesaikan Tsundoku Books Challenge
3,2 dari 5 bintang!
Sedari kecil, Miyuki yang seorang gadis desa dan tinggal di pulau Yuki-no-shima bercita-cita ingin keluar dari pulaunya yang hanya berjumlah 300 ribu penduduk untuk menjadi idol di Tokyo. Siapa sangka kesempatan itu datang ketika ada acara ajang pencarian idol ketika ia mendaftar ternyata ia masuk final untuk perwakilan Niigata. Akan tetapi semua impiannya kandas di tengah jalan dan ia bertekat untuk bisa merajut ulang mimpinya di kota besar Tokyo. Beberapa tahun kemudian, Mimpinya terwujud dengan cara yang lain meski masih berhubungan dengan dunia hiburan. Kebahagiaanya semakin lengkap dengan kehadiran seorang kekasih yang mengisi hari-harinya yang bernama Toshiaki.. enam tahun berlalu dan tibalah saatnya Miyuki untuk mengenalkan pacarnya ke keluaga besarnya di Yuki-no shima. Akankah mereka merestui hubungan mereka berdua?
Sengaja saya tidak mau memberikan blurb lebjh panjang nanti takut sengaja membeberkan spoiler dan plot twist di buku ini. Jadi buat yang penasaran silakan lanjut sendiri ya
Sejujurnya ekspektasi saya sudah tinggi ketika mendengar Rikako Akiyoshi sensei mengeluarkan karya terbarunya dan yah bisa dikatakan buku ini ternyata memberikan sensasi yang saya rasakan di dalam karya sebelumnya yang berjudul scheduled suicide day. Tidak bisa dipungkiri kisahnya mirip kayak nonton dorama jepang gadis biasa yang ingin menjadi idola dan setipenya dan saya tidak bisa memberi bintang lebih ya udah karena biasa aja ceritanya. Meski tidak separah the dark returns menurut saya dan tetap holy mother adalah karya Rikako Akiyoshi Sensei yang paling ciamik
Saya lebih suka karya ini ketimbang scheduled suicide day karena disini nuansa persahabatan dan budaya jepang tentang makanan tahun baru diperkenalkan lebih jauh di buku ini hal ini yang menjadi nilai positif didalam buku ini
Untuk plot twistnya jujur ya saya dibuat kecewa karena ternyata tidak sesuai yang saya duga dan reaksi saya hanya ohh begini toh rupanya. Ternyata tidak semistis dan sehoror yang saya pikirkan. Malah menurut saya pribadi lebih bagus gone girl dan sharp object Gillian Flynn untuk segi ceritanya. Untuk setting pulau Yuki-no-shima entah kenapa mengingatkan saya akan cerita Your Namenya Makoto shinkai 😂
Lain kali tampaknya saya perlu menurunkan ekspektasi saya untuk membaca karya terbaru Rikako Akiyoshi sensei
Sejauh ini jika karya Rikako Akiyoshi diberi rangking akan seperti ini :
1 - Holy Mother
2 - Girls in the Dark
3 - Silence
4 - Scheduled Suicide Day
5 - The dead returns -
Silence berarti buku Akiyoshi Rikako ke-5 yang aku baca. Dan, seperti biasa, aku suka gaya bahasanya. Terjamahannya bagus.
Belum kapok buat beli buku Akiyoshi yang baru nanti, walaupun Silence kukasih rating paling kecil dibandingkan 4 buku sebelumnya.
Buku ini kental sekali unsur budayanya dan aku suka dengan pesan yang disampaikan. Sayangnya, aku nggak suka tokohnya. Kayaknya sengaja dibuat menyebalkan. Oh, dan buku ini banyak drama romannya dibanding misterinya.
Well, seperti biasa, ending-nya bikin mikir. -
Tahukah kamu kalau salju itu ternyata adalah penyerap gelombang suara yg sangat baik? Itulah sebabnya sewaktu salju turun dan setelahnya, mendadak dunia akan terasa sangat sepi (silent), sampai2 ada istilah 'keheningan salju'. *aku jg baru tahu stlh nonton siaran netgeo kapan itu owk, hi3x* :)
Nah di novel ini, keheningan terjadi di balik salju yg turun di Yuki no Shima, yg arti harafiahnya adalah Pulau Salju. Pulau terpencil di daerah Niigata ini adalah desa asal Miyuki, seorang mantan idol-wannabe yg kmd banting stir menjadi manajer artis. Tahun baru ini ia dan tunangannya, Toshiaki, pulang mudik bersama sekalian acara lamaran.
Sbnrnya Miyuki jg sebal bgt dgn pulau asalnya yg mnrtnya ndeso dan gak ada apa2nya dibandingkan Tokyo yg gemerlap. Tp mendengar saran teman2nya untuk meminta kepastian hubungannya dengan Toshiaki, ia pun mengajak Toshiaki pulang bertemu orang tuanya. Perjalanan panjang dr Tokyo ke rumah asal Miyuki, dan suasana kampung Yuki no Shima mulai menguak keburukan Toshiaki. Awalnya hanya sdkt kesembronoan dan keegoisannya yg dengan bantuan Tatsuki, teman lama Miyuki di desa itu, masalah yg timbul mudah diredam dan tidak meluas. Namun kmdn Ayah Miyuki mendapat kisikan ttg utang Toshiaki yg mencapai belasan juta Yen. Walau terkejut, Miyuki msh berusaha memaklumi dan menutup2i mslh ini. Namun, mslh yg lebih memalukan dan menyakitkan hati Miyuki terbuka lewat sebuah postingan di internet. Saat akan dikonfrontasi, Toshiaki ternyata sdh melarikan diri naik kapal feri terakhir yg jalan sebelum pulau itu terkungkung badai salju berhari2, mengurung Miyuki dan semua permasalahannya.
****
Weleeeeh..., kalau saja pengarangnya bukan Akiyoshi-sensei, pasti ini jd cerita romens biasa yg bikin sakit hati. Tapi karena dmkn, yo pasti aku berharap ada twist edan di akhir cerita, seperti kjdn di novel Holy Mother itu. Ya walau sdh sdkt terduga sih, di kisah Silence ini, Akiyoshi-sensei gak terlalu berusaha menyembunyikan plot aslinya. ;)
Tapi selain jalinan kisahnya, suasana desa saat tahun baru terekam dengan apik. Demikian pula impian para penduduk asli untuk menggiatkan kembali desa mereka, dan mati2an mencegah punahnya kehidupan desa karena generasi mudanya semua memilih urban ke kota2 besar.
Tadinya galau, mau ngasih 3* atau 4*, di satu sisi, twist dan misterinya gak sedahsyat novel2 sblmnya, tp di sisi lain, aku tetap enjoy sekali membacanya, krnya teuteuplah kuberi 4*. Akiyoshi Rikako masih jd salah satu pengarang yg auto-buy buatku.
Oiya... jadi stlh tamat membaca.... baru sadar, "Silence" di judul novel ini bermakna ganda...
Yah, asal Miyuki (dan Tomoko) bahagia aja lah... #ehmembayangkan suatu saat ada pembunuhan berantai di desa itu, trus ternyata Kaori yg datang membalas dendam, trus ada Kindaichi yg kbtlan datang dan terlibat dan membongkar semuanya, 'aku bersumpah atas nama kakekku' blablablawakaka... sori... imejinesyion ku keterlaluan, setting desanya miriiiip sih dgn setting2 pembunuhan di seri Kindaichi ;)) -
Miyuki adalah seorang gadis yang pernah nyaris menjadi idola. Sayangnya cita-citanya itu tidak direstui sang ayah dan Miyuki "hanya" dapat bekerja sebagai manajer idola di kemudian hari. Puluhan tahun kemudian, Miyuki kembali ke Yuki-no-Shima, pulau terpencil tempatnya berasal, dengan membawa calon suaminya, Toshiaki. Tidak butuh waktu lama bagi Miyuki untuk menyadari bahwa ada yang aneh dengan Toshiaki dan juga Yuki-no-Shima.
Keinginan Miyuki, seorang putri tunggal yang tak ingin lagi kembali ke pulau asalnya, mungkin adalah wujud balas dendam pada orangtuanya. Keputusan untuk menikah dengan pria Tokyo seharusnya menjadi sebuah ultimatum bagi keduanya. (hal. 55)
Ada pepatah yang berbunyi, it takes a village to raise a child. Mungkin itulah inti dari novel ini. Miyuki, yang lahir dan tumbuh di Yuki-no-Shima, bukan hanya dibesarkan oleh ayah dan ibunya, tapi juga para penduduk desa yang lain, teman-teman sebayanya, dan bahkan mungkin juga oleh Shimatama-san, sang dewa pelindung pulau. Hal ini berlanjut bahkan hingga saat Miyuki telah dewasa dan berencana untuk menikah.
Dalam novel Silence, Akiyoshi Rikako masih akrab dengan beberapa tema yang sudah sering dia gunakan sebelumnya. Ada masalah keluarga, rahasia, misteri, dan dibumbui dengan nuansa supernatural."-- kepada Shimatama-san. Aku akan berdoa, kumohon jangan biarkan Kakak keluar dari Yuki-no-Shima." (hal. 162)
Akhirnya ada lagi novelnya Akiyoshi Rikako yang bisa saya selesaikan hanya dalam beberapa jam. Saya beli novel ini sekitar jam 7 malam di mal, lalu pulang, membacanya, dan baru bisa berhenti setelah sampai di halaman terakhir. Saat menengok ke arah jam, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam.
Ceritanya seru dan penuh dengan teka-teki. Akiyoshi Rikako sekali lagi memperlihatkan kepiawaian menulisnya dengan menggabungkan alur di masa lalu, masa sekarang, dan masa depan yang tidak mengikuti satu garis lurus.
Akhir ceritanya memang tidak "segila" Holy Mother (
ulasan), tapi solid dan mampu memberikan efek ngeri yang berbeda.
Secara keseluruhan, Slence adalah novel yang patut dibaca oleh penggemar kisah misteri. -
Secara alur dan kejutan, buku ini tidak seWOW di Holly Mother. Saya sudah bisa menebak kejutannya di tengah buku karena adanya petujuk gambar di setiap awal bab. Tapi ... semua hal tentang orang-orang desa di pulau digambarkan sungguh rinci, realistis, dan ngena banget. Kita sebagai orang yg mengaku orang kota disindir banget ttg peran trah keluarga. Sesuatu yg sering kita lewatkan atau hindari saat mudik ke kampung. Ya mereka memang suka kepo banget sih, tapi ya gimana lagi, memang di mana pun orang desa juga gitu.
-
Tidak membenarkan apa yang dilakukan penduduk pulau, tapi orang seperti Miyuki emang perlu digetok kepalanya as in butuh pertolongan untuk mendapatkan kebahagiannya.
Setelah Absolute Justice, saya merasa karakternya cewek, in this case perempuan dewasa, yang di-create author kok tipe yang "perlu digetok kepalanya" semua? What's wrong with you Mam?!
Iya, gw mulai cerewet soal karakter.... -
Nggak seperti karya Akiyoshi-sensei lainnya yg aku baca. Novel ini kental dengan unsur budaya Jepang dan juga pernikahannya. Sinopsisnya cukup menarik, bikin bertanya2 whats wrong with Miyuki’s fiancé. Dan sampe ending aku tetap dibuat bertanya2 🙂
-
Anehnya, sy sgt menikmati buku ini. wlwpun.bikin stress bacanya. ga ada plot twist ato apa. cm bqn penasaran sampai halaman terakhir.
-
Buku-bukunya Akiyoshi Rikako-sensei selalu saja mindblowing! Bikin kebayang-bayang. Detailnya mengenai suatu dunia/isu/pekerjaan selalu sangat rinci sampai hal terkecil.
Silence ini tidak sebikinmangap Holy Mother meskipun awalnya saya berpikir buku yang ini akan twisty gila kayak begitu lagi. Melihat alur penerbitan novel Akiyoshi-sensei selama ini: Girls in the Dark--twisty annoying, The Dark Returns--happy ending, Holy Mother--gila, Scheduled Suicide Day--twisty but happy. Makanya saya cukup mengharapkan sesuatu yang lebih gila di buku ini. Yah, sayangnya, nggak ada yang bisa mengalahkan Holy Mother.
Secara umum bagus. Menambah banyak sekali pengetahuan baru terutama tentang dunia idola di Jepang. Novel ini novel dewasa seperti Holy Mother--banyak adegan dewasanya. Ceritanya menyedot, meskipun nggak bikin penasaran seperti Girls in the Dark atau Holy Mother. Pada akhirnya sih tetap terhanyut untuk membaca karena penulisan (dan terjemahan)-nya yang asyik.
Silence ditulis dengan POV orang ketiga yang berganti-ganti, membuat pembaca bisa mengerti dari segala sudut pandang dan memahami backstory masing-masing karakter. Novel ini tetap twisty, mana digantung pula tanpa penjelasan--kengeriannya jadi meresap deh. Tapi sayang sungguh sayang, karena bab terakhir buku ini menjadi semacam "pendinginan" yang terlalu panjang, efek twisty nampol di bab sebelum akhir itu jadi kurang terasa.
Meskipun begitu, saya tetap akan selalu setia menjadi pembaca novel-novel Akiyoshi-sensei~ -
Akhirnya selesai juga aku baca ini. Dari 3 bku sebelumnya (Schedules Suicide Day, Girls in Tne Dark, sama Giselle), kayaknya buku ini rada bosenin, ya. Hmmm. Apalagi entah kenapa deskripsi di bukunya juga bikin aku cape bacanya.
Cobaanku baca ini juga gak sampai situ, tapi ditmbah dengan karakter yang pingin kucekik aja rasanya. Ceweknya yang bucin dan cowoknya yang berengsek plus playboy cap kadal.
Ending di bukunya juga udah rada-rada ketebak menurutku. Tapi ada yang bikin aku gak mudeng asalnya. Yukina ini anak siapa? Tapi kejawab sih di akhir dia anak siapa. Oh iya nasib Toshiaki juga akhirnya kejawab di akhir. Aku gak yangka sih akhirnya bakalan kayak gitu, wkwk
Nah, menurutku bosenin beut pas bagian Yayou, dan menurutku kisah yng dialamin Miyuki juga bakalan keulang lahi ke Yayoi, udah kek lingkaran setan keknya. Dengan Tantsuyanya diganti ama Yuzo, iya, gak? Wkwkwk
Jadi nanti bakalan ada berapa mayat di desa ini? :(:(
Yang diketahui baru 2, nah kali aja sebelumnya juga ada. Iya, gak? -
Satu part yang paling kusuka >> hp terkubur di ruang salju
-
Mungkin (hampir) setiap orang pernah punya sepenggal masa lalu yang selalu dikenang sebagai "ah-kalau-saja-waktu-itu-aku-...-aku-pasti-sudah-jadi-..." dengan penuh penyesalan.
Aku punya.
Miyuki, tokoh utama novel ini, juga punya.
....tapi bedanya, aku ga ngarep jadi idol seperti Miyuki ya 。゚( ゚^∀^゚)゚。 aku mah cukup jadi berhala saja~ XD //dirajamdonatkentang
*kembali ke serius*
Tadinya aku kira ini kisah remaja, ternyata bukan. Miyuki (34 th) adalah lambang kegonjang-ganjingan masa dewasa yang belum sanggup move-on dari masa lalu, sehingga mempengaruhi masa kininya, yang sedang menyusun masa depan.
Ditambah lagi dengan hati orang-orang yang mengharapkan kebahagiaannya - 'tuntutan' yang mempengaruhi kehidupan dan keputusan Miyuki - di mana harapan itu kadang terlihat indah, tapi juga bisa menimbunmu sampai beku. Kebahagiaan yang menyeramkan~
Seperti
biasa, 'makanan' ringan yang mencetuskan berbagai 'bahan kunyahan' yang berat.
Aku rasa sebaiknya aku juga cepet-cepet move-on saja dari penyesalan masa laluku daripada yang mana ya 'kan~ -
Miyuki akhirnya pulang ke kampung halamannya setelah tiga tahun merantau di Tokyo. Miyuki meminta Toshiaki, kekasihnya untuk ikut bersamanya, sekaligus melamarnya di kampung halamannya. Miyuki dan Toshiaki sudah lama berpacaran, bahkan tinggal bersama. Miyuki ingin meningkatkan status hubungan mereka, sementara Toshiaki sepertinya enggan. Meski pada akhirnya Toshiaki setuju meski dalam keadaan terpaksa.
Kisah dalam novel Silence ini lebih kental romansanya daripada misterinya. Bahkan bisa dibilang novel ini lebih banyak menceritakan tentang ketidak pedulian Toshiaki sampai kepada ketidak setiaannya pada Miyuki. Cara penulis mendeksripsikan perilaku Toshiaki membuat saya merasa kesal pada Miyuki yang selalu membela Toshiaki. Tapi namanya cinta mungkin memang harus begitu. Sayangnya antiklimaks perjuangan Miyuki terlalu cepat. Tahu-tahu sudah pindah ke tiga tahun kemudian.
Dibandingkan novel penulis yang pernah saya baca sebelumnya, novel yang satu ini tidak istimewa. Namun cara penulis mendeskripsikan keadaan penuh salju serta keheningannya memang patut diberi bintang khusus. -
Meskipun banyak review yang mengatakan kalau buku ini agak mengecewakan karena terbilang manis untuk ukuran seorang Akiyoshi Rikako dan twist-nya nggak senendang buku-buku sebelumnya, ternyata bisa dibilang aku sangat menyukai dan menikmati membaca buku ini. Narasinya benar-benar membuatku terhanyut, meski begitu banyak catatan kaki yang berhubungan soal istilah makanan, pakaian, dan ruangan tradisional Jepang (menghela napas).
Miyuki si Cantik dari pulau terpencil Yuki no Shima yang termasuk wilayah prefektur Niigata. Ia sudah terbiasa diistimewakan oleh lingkungannya karena kecantikannya. Sayang impiannya menjadi idola di Tokyo dikubur sendiri oleh kedua orangtuanya. Padahal dia sudah berhasil lolos seleksi dan maju hingga ke tingkat akhir. Sang manajer talent group bahkan sampai jauh-jauh datang ke rumahnya. Impiannya untuk menaklukkan Tokyo tak kunjung padam setelah akhirnya ia dewasa dan berhasil kuliah di sana. Meski berhasil menjadi model tetap beberapa majalah dan berhasil mendapatkan beberapa iklan, pencapaiannya masih terbilang biasa-biasa saja. Akhirnya ia pun bekerja menjadi manajer model di perusahaan talent yang dulu mengaudisinya untuk menjadi bagian dari grup idola. Pekerjaan itu membuatnya menjadi manajer seorang bintang yang sedang naik daun, Kaori Miyazono, serta mempertemukannya dengan kekasihnya: Toshiaki.
***
Enam tahun menjadi kekasih Toshiaki, lelaki itu tak kunjung melamarnya. Miyuki terus menekan kegelisahannya dan berusaha tak menekan lelaki itu. Sungguh gadis yang pengertian. Namun, Toshiaki begitu kekanakan dan sepertinya tak pernah memikirkan kepentingan Miyuki. Teman-teman Miyuki sampai berkata kalau lelaki itu hanya memanfaatkan Miyuki untuk seks, makan, dan tempat tinggal.
Padahal, Miyuki ingin memiliki kehidupan sendiri di Tokyo. Rupanya ia begitu mendendam pada kedua orangtuanya sehingga tak ingin kembali ke pulau asalnya lagi. Namun, akhirnya demi mendapatkan kepastian dari Toshiaki, ia berhasil mendesak lelaki itu untuk ikut ke pulau bersamanya demi menemui kedua orangtuanya di tahun baru.
Pulau menyambut mereka dengan terpaan halilintar dan badai salju. Aku baca jadi ngeri sendiri pas bayangin pemandangan itu dilihat Miyuki dan Toshiaki dari feri yang hendak merapat. Kok segitunya gitu. Ayah Miyuki tak terlalu antusias menyambut Toshiaki. Dia ingin Miyuki tak usah kembali saja ke pulau. Keluarga Miyuki pun merubung Toshiaki dengan penuh rasa ingin tahu sampai lelaki itu nggak nyaman. Haha, tingkat kekepoan orang pulau jauh lebih tinggi daripada orang kota.
***
Mereka kemudian bertemu dengan Tatsuya, teman masa kecil Miyuki yang begitu ramah dan perhatian. Tatsuya meminjamkan jas pada Toshiaki yang lupa membawanya padahal mau melamar Miyuki (dasar!). Tatsuya lalu menceritakan bahwa pemuda karang taruna Yuki no Shima sedang mengusahakan cara untuk memajukan pulau agar semakin banyak yang mengunjungi pulau dan agar penduduk yang sudah meninggalkan pulau mau kembali. Populasi di sana sudah sangat minim, hanya sekian ratus jiwa dengan jumlah lansia yang lebih banyak.
Dari sini aku benar-bener buenci sama Toshiaki. Dia benar-benar kadal kupret. Kekanakan. Sifat elegan dan sopan yang ditampilkan di depan keluarga Miyuki hanya topeng untuk menutupi kebusukannya.
Dan Miyuki di sini juga bego. Entah mengapa dia berusaha membela Toshiaki dengan segala cara. Padahal semua orang di pulau dan keluarganya benar-benar mengkhawatirkan masa depan Miyuki. Sudah disakiti sedemikian rupa pun, bahkan saat ia tahu Toshiaki selingkuh dengan Kaori pun dia tetap ingin memaafkan pria brengsek itu. DAMN! Cewek begoooo! Tapi aku pernah baca tulisannya Mbak Sinta Yudisia soal seks di luar nikah. Katanya sistem limbik perempuan lebih besar dari lelaki. Sehingga begitu teraktivasi dengan seks, perempuan sulit melepaskan lelaki. Meski sudah dianiaya secara psikis dan fisik pun ia tetap bertahan dengan pasangannya. Waduh... Kurasa fenomena ini yang terjadi pada Miyuki. Plus, ketakutannya hidup sendirian dan ketergantungannya pada Tokyo.
***
Moral dari cerita ini kurasa adalah kecantikan belum tentu bisa membuatmu bahagia. Tapi jika kamu hidup dikelilingi oleh orang-orang berhati cantik yang benar-benar peduli dan khawatir padamu, mungkin hidupmu bisa benar-benar jadi bahagia.
Twist tentang sejauh apa para penduduk pulau bersedia berbuat untuk melindungi Miyuki benar-benar bikin entah terharu atau malah merinding... -
Ya, selagi orang-orang sudah baca Memory of Glass dan Giselle, saya baru baca yang ini. Sesuai semboyan saya: Selalu Beberapa Langkah... di Belakang™.
Dengan penuturan sudut pandang dan alur waktu yang silih berganti, Akiyoshi Rikako kali ini tidak langsung menyuguhkan sebuah misteri. Di Silence, ia mengangkat cerita tentang seorang perempuan yang pulang ke kampung halamannya dengan membawa laki-laki yang ingin dinikahinya. Walau tidak serta-merta membetot rasa penasaran, tema dan konflik yang diangkat akan terasa akrab bagi pembaca dari kalangan 'budak kantor siap nikah'. Ada pertentangan antara desa kepulauan tempat si tokoh utama dibesarkan dengan kota tempat ia mencari nafkah... antara impian masa kecil dengan realita saat dewasa... antara imajinasi tentang orang yang dicintai dengan bagaimana kepribadian orang itu sebenarnya.... begitulah gejolak-gejolak yang mewarnai novel ini.
Satu hal yang saya rasakan selama membacanya: setiap 'kejutan' atau pengungkapan-pengungkapan yang muncul sebenarnya sudah bisa tertebak, tetapi saya masih bisa dibuat penasaran soal bagaimana ujung ceritanya dan nasib akhir para tokohnya. Sebagaimana semua karya penulis ini yang sebelumnya, novelnya susah saya lepaskan sebelum selesai, dan saya sukses dibuat terombang-ambing oleh rasa penasaran, ngeri, dan tentunya gemas ingin melempar tokoh-tokoh tertentu ke badai salju :v
Flow penulisannya memang enak sekali, dan penuh sisipan dialog yang memperkaya latarnya. Banyak hal-hal yang relevan dengan kondisi dunia nyata dan memancing pikiran kritis, baik yang berskala makro (masyarakat pulau kecil di Jepang yang menghadapi masa depan menggelisahkan dengan kian menurunnya pertumbuhan penduduk) maupun mikro dalam hubungan antar manusia (kecenderungan tidak menghargai pekerjaan orang lain dan meminta tolong jasa profesional tanpa membayar mentang-mentang sudah kenal; kecenderungan orang kota yang terpesona dengan keindahan desa saat bertamasya tapi tidak akan betah juga saat harus menetap di sana). Semakin akrab kita dengan elemen-elemen pelengkapnya, rasanya memang semakin mudah terhanyut dalam konfliknya....
Sedikit pikiran tambahan soal ending-nya: -
3,5 stars.
Berbeda dari buku-buku Akiyoshi Rikako san sebelumnya yang selalu saya suka, dan saya baca tanpa perasaan bosan. Tapi entah kenapa kali ini, saya merasa sedikit bosan, apalagi ketika tiba-tiba PoV berubah dari Miyuki ke Tatsuya dan terakhir ke Yayoi.
Masih menceritkan hal-hal yang sangat kental tentang Jepang, mulai dari makanannya, adat kebiasaan orang-orang di Tokyo atau di desa dimana Miyuki berasal, hingga kepercayaan orang-orang setempat. Saya yang baru dua atau tiga tahun ini melahap segala movie, dorama hingga manga Jepang, tetap sangat menikmati info-info yang disuhukan penuis di novel ini.
Ceritanya sangat khas Rikako san, dengan bumbu sedikit takhayul, dan ketika membaca, saya membayangkan sedang menonton Jmovie hahahaha... Dasar! :D
Miyuki selalu bermimpi menjadi seorang idola sejak ia masih duduk di sekolah dasar di pulai Yuki No Shima. Seluruh warga pulau pun mendukung keinginannay menjadi idola, kecuali ayahnya. Akibatnya, ia gagal menjadi idola ketika berada di usia yang sangat mungkin meraih mimpinya. Keinginannya untuk tinggal di Tokyo terwujud. Menjadi idola? Ia harus puas menjadi seseorang di balik layar dari seorang idola baru, Kaori. Kehidupan percintaannya pun terlihat mulus di permukaan, jika saja ia berani lebih jujur terhadap dirinya sendiri dan terhadap sang kekasih.
Kisah seru mulai muncul ketika ia kembali ke desanya, setelah 3 tahun tidak menengok keluarganya. Tahun baru adalah saat yang tepat untuk memperkenalkan kekasihnya kepada orangtua dan seluruh kerabatnya, dan terhadap Shimatama san, penunggu Yuki No Shima. Hujan salju sangat lebat, ketika mereka baru saja tiba. REncana berlibur yang hanya dua hari terancam terhambat mengingat badai salju yang luar biasa. Miyuki harus segera kembali ke Tokyo. Tapi ternyata, shimatama san tak pernah mengijinkan Miyuki kembali. Ketenangan salju di Yuki No Shima bisa sangat menyeramkan, bahkan bagi Miyuki...
Dibalut dengan drama percintaan dan pengkhianatan, novel Rikako san kali ini sangat tepat jika nanti dibikin live action hahahaha... Belum lagi kisah cinta sebelah tangan Tatsuya, yang sangat-sangat dorama. Tapi yang tidak bisa dilewatkan dari novel ini tentu saja info-info seputar Ruang Salju, yang sangat baru buat saya, yang belum pernah melihat salju secara live hiksss... Catatan kaki yang tersebar sepanjang halaman novel juga menambah info seputar tradisi Jepang di tahun baru, baik di desa maupun di industri hiburan Jepang. Ternyata, berkarir di Tokyo itu seperti bertaruh nyawa ya. Serem.
Overall, sangat rekomended lah buat penyuka AKiyoshi Rikako san. Saya mulai memutuskan mengoleksi semua novelnya, setelah sebelumnya modal cumi, alias cuma minjem :D -
Dibandingkan novel-novel Rikako lainnya, Silence memiliki alur cerita dan ending yang cukup mudah ditebak, tapi detailnya tetap menarik untuk diikuti. Aku pun jadinya mengebut menyelesaikan baca Silence karena ingin tahu apakah tebakan-tebakanku benar. Memuaskan sekali rasanya ketika tebakan-tebakanku terbukti benar 😎 *zombong zedikit
.
Kisah Silence adalah tentang sebuah pulau kecil dan cara ia mempertahankan diri agar tidak lenyap ditelan tekanan zaman. Tokoh-tokohnya semua sudah dewasa, isu-isu yang diangkat pun dewasa.
.
Tokoh utamanya adalah seorang gadis cantik bernama Miyuki. Dia lahir dan tumbuh besar di pulau kecil Yuki-no-shima, dan bermimpi untuk menjadi artis idola di Tokyo. Setelah bersusah payah hijrah ke Tokyo, Miyuki tak berhasil meraih mimpinya. Namun dia mendapatkan kekasih yang ingin dia nikahi. Miyuki pulang membawa sang kekasih untuk diperkenalkan pada keluarganya. Dia tidak tahu, bahwa Yuki-no-shima tak berniat membiarkannya kembali ke Tokyo.
.
Yang membuatku takut bukanlah nuansa supranatural di Yuki-no-shima, melainkan betapa mudahnya seseorang menoleransi suatu kejahatan jika kejahatan tersebut dilakukan orang lain dan kejahatan tersebut menguntungkannya. Jadi judul silence menurutku merujuk pada diamnya/abainya para penduduk Yuki-no-shima terhadap hal-hal buruk yang terjadi di sana, asalkan hal-hal tersebut demi kebaikan bersama. -
2,7 aja sih sebenarnya.
Bukannya jelek, tetapi kayaknya buku ini nggak cocok buatku. Aku lelah ngikutin pola pikirnya Miyuki. Terus kadang kayak melebar gitu, banyak detail yang menurutku kalo nggak ada pun sebenarnya nggak apa-apa.
Sempat mau seru di bagian akhir waktu Miyuki nemuin ponsel ungu di ruang salju. Sayangnya, ini nggak terjelaskan sampai akhir. Entah emang endingnya dibuat 'nggak jelas' alias samar-samar atau aku aja yang nggak paham karena sebenarnya ada clue-nya juga sih hahahah
Dan akhirnya aku baru paham ketika baca review-review yang lain dong hahaha duh, lemot aku nih 😂
Btw, serem juga. Jadi di bagian ini, ya, thriller-nya. Baca ini habis baca yang Scheduled Suicide Day, berasa kebalikannya ini desa Yuki no-shima dengan desa yang di SSD (lupa namanya). -
Seru, tapi asli ini buku bikin merinding, ini buku ke-6 dari Akiyoshi Rikako-sensei yang kubaca, dan ini ceritanya agak dark...
Awalnya aku sangat menyukai dramanya, tapi aku benar-benar terkejut dengan penemuan smartphone dalam ruang salju yang membuat mulutku menganga, setelah membaca ulang aku baru paham makna keterkejutan Tomoko akan jas yang dipakai Tatsuya.
Aku bergidik ngeri, endingnya Yayoi akan mengajak pacarnya ke pulau, sementara itu kita semua tahu bahwa Yayoi juga dilindungi Shimatama-san.
Aku pasti akan membacanya lagi! -
Finished Reading : April 28th, 2021
Rating yang cenderung lebih rendah ketimbang buku Akiyoshi Rikako yang lain disebabkan oleh twist yang dirasa terlalu lemah efek mengejutkannya ketimbang buku-bukunya yang lain. Twist nya juga disampaikan dengan cara yang subtle membuat efek keterkejutannya tidak begitu terasa.
Namun buku ini tetap mampu memainkan emosi saya sebagai pembaca. Ya, saya berbicara tentang Toshiaki dan perilakunya yang membuat saya tidak habis pikir mengapa harus ada orang sejahat dia di cerita ini, hehe. -
Di bukunya kali ini, Akiyoshi Rikako lebih memperlihatkan unsur drama romance ketimbang misterinya. Ceritanya berkisar di konflik antara Miyuki, yang kembali ke kampung halamannya bersama pacarnya, Toshiaki. Kedua tokoh ini ga ada yang menyenangkan. Haha. Si Miyuki bucin sekalee, Toshiakinya jago banget gaslighting. Beberapa orang di keluarga besarnya Miyuki juga sifatnya nyebelin. Wkwk. Tokoh yang bikin adem kayaknya cuman Tatsuya, yang selalu berpikiran positif dan jauh ke depan. Dengan otaknya yang encer dan sifatnya yang pekerja keras, ia berusaha memanfaatkan hasil alam Yuki no Shima.
Penulis detail sekali dalam menggambarkan latar tempat juga budaya Jepang, terutama nuansa tahun baru di pulau. Bagaimana adat di pulau, pakaian yang dikenakan, makanan apa saja yang disajikan. Semuanya tergambar dengan jelas. Unsur budaya dalam buku sangat kental, jadi bisa nambah pengetahuan tentang budaya Jepang. Di sinopsis yang ada di belakang buku, disebutkan tentang Simatama-san, pelindung pulau Yuki no Shima. Sepanjang baca buku ini, aku nungguin bakal ada peristiwa apa di pulau ini yang berkaitan sama Simatama-san. Tapi sampai cerita hampir berakhir, ngga ada nuansa mistis yang bikin tegang/deg-degan. Menjelang bagian akhir, ada sesuatu yang membuat tanda tanya besar. Aku kira akan terungkap di akhir cerita. Tapi ternyata akhirnya, yaudah. . .kayak gitu aja. Sepertinya Akiyoshi memang sengaja membiarkan pembaca bikin kesimpulan sendiri dari clue-clue yang sudah diberikan di sepanjang cerita. -
Ini buku ketujuh Akiyoshi Rikako yang kubaca, dan mungkin yang paling tidak aku suka.
Bercerita tentang Miyuki yang berasal dari pulau kecil di Jepang bermimpi menjadi idola. Dia senang bernyanyi dan berwajah cantik. Ketika kecil dia diam-diam dibantu teman-temannya satu pulau mengirimkan biodata untuk ikut audisi, sehingga terpilih menjadi wakil daerah. Akan tetapi, karena ayahnya masih berpikiran kolot dan enggan melepaskan dia ke luar pulau, akhirnya kesempatan tersebut terlepas begitu saja. Meski demikian, Miyuki tetap ingin pergi dari pulau, sehingga akhirnya kuliah dan bekerja di Tokyo.
Di Tokyo, Miyuki bekerja sebagai manajer artis idola. Impiannya tersalurkan kepada gadis yang dibinanya. Dia memiliki kekasih bernama Toshiaki, seorang pakar dalam bidang pemasaran di agensi periklanan. Dan misteri dimulai ketika Miyuki mengajak Toshiaki ke pulau untuk acara lamaran mereka.
Sebenarnya, buku ini cukup bagus, aku senang dengan beragam budaya Jepang di perdesaan yang kental dituliskan di sini, tetapi untuk ceritanya sendiri aku merasa penulis seperti kehilangan fokus. Terlalu bertele-tele di bagian kehidupan Miyuki, baru mulai terlihat arahnya mau dibawa ke mana di bagian hampir akhir. Dan menurutku agak fatal juga karena beliau menuliskan ceritanya dengan bergantian sudut pandang antara Miyuki, Toshioki, dan nanti ada juga penduduk pulau. Kenapa fatal? Sebab aku tak menemukan perbedaan cara berpikir dan gaya bahasa mereka.
Untuk misterinya sendiri menurutku tidak ada twist-nya. Atau mungkin karena aku sudah menduganya sejak awal, karena blurb di belakang? -
Full of romace!
Kalau saja kau tidak tahu bahwa karya ini dari Akiyoshi Rikako sensei, mungkin novel ini sudah termasuk genre Romance!
Menurut saya di cerita ini kental dengan sastra. Sejak awal hingga akhir penuh dengan drama dan permasalahan percintaan.
Karakter Miyuki yang baik hati, pekerja keras sangat mencintai kekasihnya, Toshiaki. Cita-citanya adalah menjadi idol, namun berakhir dengan bekerja sebagai manager idol. Miyuki sangat ingin keluar dari pulau Yuki-No-Shima sampai pada hari ia mengajak kekasihnya untuk merayakan tahun baru di Pulau. Miyuki tahu betul bahwa pulau itu dilindungi oleh dewa yang bernama Shimatama-san dan dirinya juga akan dilindungi oleh Simatama-san, kan?
Toshiaki tidak mencintai Miyuki, tetapi dirinya hanya membutuhkan gadis itu. Ketika kesabaran Toshiaki diuji dan semua rahasianya terbongkar. Kupikir kalian ingin sekali menendangnya kkkk~
Tatsuya termasuk ke dalam Karang Taruna dan dengan keras memikirkan agar Yuki-No-Shima dapat terkenal dengan saljunya. Tatsuya sangat keren menurutku dan ia akan berusaha agar Miyuki melihatnya.
Ending cerita ini memuaskan namun eksekusinya tidak heboh dan terkesan menggantung. Kupikir sensei sengaja seperti ini agar terlihat lebih misterius. Walau aku harus bertanya pada Penerjemahnya dan lega ketika ia menegaskan apa yang aku terka-terka.
Cerita ini bagus dan aku menyukainya. Mari kita tunggu karya sensei yang selanjutnya ya.
Jadi sesungguhnya siapa Shimatama-san itu? -
Hmmm... kayaknya saya jadi berharap terlalu tinggi karena nama pengarangnya terlampau diagung-agungkan(?) oleh banyak orang di luar sana. Setelah dibaca... ternyata biasa aja. Bagus siiih, tapi biasa aja bagusnya. Saya masih jauuuh lebih menyukai novel-novel Sandra Brown untuk genre misteri dan thriller.
Saya jadi agak kesal dan bosan mendekati akhir, pas misterinya terbuka satu-persatu. Karena... yaaah, sejak awal udah ketebak gitu lho! Bahwa si tunangan cowoknya itu gak baik, dia selingkuh sama siapa, juga... akhirnya si tokoh utama cewek bakal nikah sama siapa dan sebenarnya calon suaminya itu telah melakukan apa. Begitulah. Karena udah sangat-sangat ketebak sejak awal, pas akhirnya pengarang memutuskan untuk membongkarnya sekaligus di akhir, jadi terasa "dicekoki", pingin bikin saya bilang ke pengarangnya, "Itu juga gue udah nebak sejak awal, Mbak!" gitu.
Misterinya gak begitu bikin saya gereget pingin cepet-cepet baca demi mendapat jawaban di akhir. Romance-nya pun menjengkelkan. Saya gak begitu dapat "klik" antara si tokoh utama dengan cowok yang nantinya bakal menikahinya. Meski udah ketebak sejak awal kalau si tokoh utama bakal menikah dengan cowok itu (kalau sampai si tokoh utama menikah sama mantan tunangannya, buku ini pasti bakal langsung saya jual murah, daripada kesel liatnya lol).
Yaaaah, intinya. buku Rikako Akiyoshi rupanya gak sehebat yang orang-orang bilang. Atau mungkin saya yang kebetulan salah mengambil judul ini sebagai buku pertamanya yang saya baca.
Belum yakin bakal membaca karya Akiyoshi Sensei lagi, tapi kalau ada kesempatan dan bukunya mungkin saya bakal coba baca. -
3.8 saya bulatkan jadi 4.
Tips untuk kalian yang suka banget sama kisah misteri di empat buku sebelumnya: lepaskan prasangka kalau novel ini juga dipenuhi misteri dan bakalan ada twist yang wow.
Karena... Silence berbeda. Kita nggak bisa membandingkan Silence dengan Gilrs in The Dark atau Holy Mother.
Silence lebih ke romance dibanding misteri, tapi tetep asik dibaca. Saya suka dengan tema yang diangkat Akiyoshi Rikako. Tentang budaya, perbedaan desa dan kota, dan juga takdir. Dua tokoh utama dalam Silence memiliki karakter yang kuat, dan kayaknya memang sengaja dibuat menyebalkan sih.
Cuma ngerasa nggak sreg sama Miyuki yang mendadak pasrah setelah tau kabar dari Tokyo. Juga ngerasa part akhir flashback-nya terlalu panjang dan lama. Tapi mungkin ini memang diperlukan untuk membongkar teka-teki. -
Miyuki pindah ke Tokyo demi meraih cita-citanya. Di sana dia bertemu laki-laki bernama Toshiaki & mengajaknya ke kampung halaman. Namun sepertinya, Shimatama-san, dewa pelindung pulau menyadari ada yang salah dari Toshiaki.
Sesuai judulnya, novel ini benar-benar sunyi. Tapi aku suka bagaimana Shimatama-san melindungi Miyuki. Dari yang aku dengar, di Jepang ada genre bernama Iya-Misu, cerita dimana saat misteri terungkap kita bukan merasa lega, tapi tidak nyaman.
Itulah yang menarik dari buku ini. Ketika misteri terungkap, untuk beberapa saat aku terdiam sambil mempertanyakan apa yang baru saja aku baca. Overall, ini buku yang menarik. -
don't get me wrong. i love akiyoshi rikako so much. but this book is too boring, for me.
i'll try to read it, next time. but now, i just can't handle it. there's no sympathy for the main characters. sorry. -
Final Rating: 4/5.
Nuansa misterinya kental, penuh dengan adat Jepang di kepulauan-kepulauan kecil. Dan berbeda dari buku Akiyoshi Rikako lainnya, pada buku ini cukup sarat twist dan lebih berfokus pada "romance"-nya. Namun demikian, saya cukup menikmati membaca buku ini dari awal sampai habis- walau beberapa kali sempat kesal dengan kelakuan tokoh utama perempuannya yang terkadang kurang "ngotak" dan terlalu dibutakan cinta.