Title | : | Scheduled Suicide Day |
Author | : | |
Rating | : | |
ISBN | : | 6026383190 |
ISBN-10 | : | 9786026383198 |
Language | : | Indonesian |
Format Type | : | Paperback |
Number of Pages | : | 280 |
Publication | : | First published January 1, 2016 |
Tak sanggup hidup bersama ibu tirinya, Ruri bertekad bunuh diri untuk menyusul ayahnya.
Ruri akhirnya pergi ke desa yang terkenal sebagai tempat bunuh diri, tapi dia malah bertemu dengan hantu seorang pemuda yang menghentikan niatnya. Hantu itu berjanji akan membantu Ruri menemukan bukti yang disembunyikan oleh ibu tirinya, dengan janji dia akan membiarkan Ruri mencabut nyawanya seminggu kemudian jika bukti tersebut tidak ditemukan.
Itulah jadwal bunuh diri Ruri: satu minggu, terhitung dari hari itu.
Scheduled Suicide Day Reviews
-
Scheduled Suicide Day bercerita tentang Ruri, seorang gadis remaja yang berencana untuk mengakhiri hidupnya. Setelah ayahnya meninggal, Ruri yakin kalau ibu tirinya sebenarnya tidak pernah mencintai sang ayah. Dia percaya kalau wanita itu menikahi ayahnya hanya karena mengincar harta. Merasa muak dan lelah, Ruri memutuskan untuk pergi ke sebuah desa yang terkenal sebagai tempat bunuh diri.
Di sana, saat hendak melaksanakan rencananya, Ruri bertemu dengan hantu laki-laki yang menghentikan aksinya. Hantu itu berjanji untuk membantu Ruri menemukan bukti bahwa ibu tirinyalah yang telah membunuh ayahnya. Mereka berdua akhirnya sepakat: kalau tidak ditemukan bukti dalam satu minggu, maka hantu itu tidak boleh lagi menghalangi Ruri bunuh diri.
Saya termasuk salah satu orang yang begitu bersemangat saat tahu kalau ada buku Akiyoshi Rikako lainnya yang akan diterjemahkan. Begitu penerbitnya membuka PO, saya langsung pesan. Saya sudah suka dengan penulis satu ini sejak membaca Girls in the Dark-nya, tapi saya baru betul-betul ngefans setelah membaca Holy Mother (review
di sini) tahun lalu.Yang membunuh ayahku adalah ibu tiriku.
Tapi, ibut tiriku menghancurkan semua bukti, dan sekarang hidup dengan santai.
Aku kehilangan harapan pada kehidupan yang seperti ini.
Selamat tinggal.
Aku berharap suatu hari nanti, karma akan terjatuh dari langit atas ibu tiriku.
Watanabe Ruri (hal. 9)
Begitu membaca dua bab awal buku ini, saya langsung tahu kalau sebaiknya tidak membandingkan novel ini dengan Holy Mother. Dari gaya berceritanya saja, saya merasa kalau novel ini ditujukan untuk pembaca remaja, bukan dewasa seperti di HM. Kalau mau dibandingkan dengan novel lain dari Akiyoshi Rikako, rasanya SSD ini lebih cocok untuk disandingkan dengan The Dead Returns (review
di sini).
Mengenai kasusnya sendiri, saya sudah bisa menebak apa yang terjadi di pertengahan. Hanya saja, penulis masih menyimpan kejutan di akhir yang tidak akan saya bicarakan di sini, karena nanti malah jadi bocoran cerita XD.
Secara keseluruhan, Scheduled Suicide Day menyajikan teka-teki yang solid. Target pembacanya lebih cocok untuk pembaca muda, tapi ceritanya tetap cocok untuk dibaca pembaca yangsudah tualebih dewasa."[...]. Kematian memang bisa membuat orang yang mati lepas dari kesukaran. Tapi, orang yang ditinggalkan harus melanjutkan hidup sambil membawa beban yang sepuluh kali lebih berat. Karena itu, aku merasa menyesal. Seharusnya waktu masih hidup, aku menghadapinya dengan usaha yang lebih besar lagi. Sekarang pun, aku masih merasa marah pada diriku yang tidak melakukannya." (hal. 114)
-
Nggak se-wow buku-buku Akiyoshi Rikako-sensei sebelumnya walau ciri khasnya tetap sama, tapi yang ini mengandung pesan moral yang sangat baik bahwa kita harus menghargai kehidupan.
Saya suka sekali twist-nya . Membaca ini merupakan pengalaman yang menyenangkan dan seperti biasa menambah pengetahuan. Saya suka banget bagaimana setiap Akiyoshi Rikako-sensei menulis novel remaja, dia selalu bisa menampilkan keremajaan tokoh-tokohnya dengan sangat baik, kental dan membumi. Remaja bangetlah.Penderitaan hanya bisa dirasakan oleh orang yang mengalaminya. Kalau misalnya belajar untuk ujian itu menyakitkan, tinggal berhenti saja. Kalau misalnya ditindas itu tidak menyenangkan, tinggal pindah sekolah saja. Kalau misalnya terlalu banyak bekerja sampai tenaga habis, tinggal pindah pekerjaan saja. Semua orang yang merasa tertekan, paling mengerti itu. Tapi, karena tidak bisa melakukannya, semua orang jadi menderita. Di dunia ini banyak orang yang kesusahan karena perang dan kelaparan. Dibandingkan dengan mereka, kita adalah orang-orang yang cukup sejahtera. Berpikir untuk bunuh diri itu benar-benar egois, lemah, dan hanya bisa menghindar dari masalah. Banyak orang yang mencela demikian. Ngomong-ngomong aku dulu juga begitu. .... Waktu diri sendiri disudutkan oleh kenyataan, hal logis seperti itu jadi tak terpikirkan. Waktu pagi datang, aku selalu ketakutan untuk melalui satu hari lagi yang baru. Selalu memikirkan bagaimana cara menyelesaikannya, bagaimana cara melewatinya... (hal 113)
Itu adalah quote yang paling nampol dalam buku ini. Saya ngerti banget perasaan Hiroaki itu. Saya sendiri dulunya adalah happy-go-lucky girl yang tidak kenal pesimisme berlama-lama dan sering men-despise setiap baca berita tentang orang bunuh diri. Tapi kemudian cobaan hidup yang berat mendera, memojokkan saya sampai ke titik terendah. Kondisi psikologis saya terkapar berdarah-darah, berkubang dalam kegelapan, depresi, dan sempat berpikir bahwa die is better. Itu state yang mengerikan; saya tidak ingin mengalaminya lagi. Seperti nasihat Hiroaki di sepanjang buku ini, bunuh diri akan menyakiti orang-orang yang ditinggalkan. Pokoknya masalah nggak akan selesai hanya dengan bunuh diri. Dan buku ini berhasil mengemas topik tersebut dengan sangat baik. -
Predictable ending, self-centered MC that's difficult to like, lack of chemistry between the MC and her love interest.
But. The plot is neat and well-written. Also, nice info about culinary and fengshui.
Overall, a good read. -
Terima kasih buat penerbit haru yang sudah memperkenalkan Akiyoshi Rikako, buku-buku Akiyoshi Rikako menjadi auto-buy buat saya. Cerita-ceritanya tidak semua top notch tapi setidaknya selalu menampilkan hal yang berbeda. Seperti SSD ini yang selain menampilkan misteri ringan, juga memberi pengetahuan tentang fengshui dan kuliner Jepang. Dan bahasan mengenai bunuh diri nya juga kena banget. So for that alone, saya kasih tambahan 1 bintang!
Jadi Scheduled Suicide Day, despite the title and cover, it's not dark and twisted seperti cerita Akiyoshi Rikako lainnya, isinya justru membuat saya mendadak pingin makan kue dan mencoba beberapa trik fengshui :) -
Đây vốn chỉ là một câu chuyện đơn giản và dễ đoán. Yếu tố mystery trong câu chuyện chỉ tạm thôi, twist ở kết dù bất ngờ nhưng khó tin.
Nhưng xét về phần ý nghĩa thì cuốn sách này có. Ở Nhật bản vấn nạn tự tử thường xảy ra, nên đây là một phần để bạn hiểu về sự sống cũng quan trọng. Tác giả đưa những thông tin về phong thủy và ẩm thực rất thú vị.
3.75/5 -
Ruri sudah memutuskan untuk pergi bunuh diri di sebuah desa yang terpencil. Ia telah merencanakan semuanya sejak jauh jauh hari. Di desa itu ia akan menginap selama semalam di sebuah penginapan dan bunuh diri di dalam hutan keesokan harinya. Tekadnya sudah bulat, Ruri hanya ingin berkumpul kembali dengan ayah ibunya. Semenjak Ayah dan Ibunya meninggal dunia, Ruri tak punya semangat lagi untuk hidup. Ia membenci keadaannya, juga membenci ibu tirinya.
Tapi saat Ruri mengalungkan tali dan bersiap mati, ia terjatuh dan bertemu dengan hantu anak laki-laki. Si hantu ini memarahi Ruri yang ingin bunuh diri, sampai kemudian mengadakan kesepakatan dengan Ruri, bahwa ia akan membantu Ruri untuk membongkar kelicikan ibu tirinya Ruri serta membantu menemukan bukti bahwa Ayah Ruri meninggal karena diracun.
Kesepakatan itu berlaku 7 hari. Jika dalam 7 hari, tak ada bukti yang bisa membongkar kepalsuan cinta si ibu tiri, maka Ruri lebih memilih untuk mati.
Yeaaaay akhirnya kelar jugaaa baca buku ini. Sejak awal saya agak kaget karena ternyata ada hantu lagi dalam cerita Akiyoshi. Untung bacanya pas siang siang dan hantunya juga ngga jahat. Tapi agak agak khawatir juga sih, jangan jangan ceritanya ngebosenin macam Dead returns.
Eh ternyataa... Emang agak ngebosenin sih, karena jalan ceritanya gampang ditebak. Huhuhu. Tapi tetep bikin penasaran sih, kenapa begini kenapa begitu. Dan bukan Rikako namanya kalau ngga nyelipin satu dua twist dalam cerita. Yaa meski twistnya agak kebetulan banget gitu deh.
Tokoh utama cerita, si Ruri, diceritakan sebagai anak yang sulit bergaul namun sebenarnya ia baik hati. Ya meski dia pendendam juga sih, oh dan sering banget punya pikiran negatif yang mana wajar juga sebenernya dimiliki oleh orang orang yang memang pingin mati, apalagi usianya juga masih muda.
Awalnya sih saya kasihan melihat dia yang disia sia sama ibu tirinya, tapi lama kelamaan si Ruri ini perasaan saya kok agak berlebihan dalam menjelek jelekkan si ibu tiri. Yaa mungkin maksudnya menggiring opini pembaca sih ya biar makin kuat dan dibikin penasaran sama kejahatannya si ibu tiri.
Kalau dibandingkan cerita Rikako lainnya, saya masih lebih suka Holy Mother dan Girls in The Dark sih. Tapi ini mendinganlah daripada Dead Returns.
Yang jadi poin plus di cerita ini, mungkin karena saya suka dengan tema bunuh dirinya. Meskipun dosa, tetapi tak sedikit orang orang yang pernah berpikiran untuk bunuh diri. Di Jepang pada tahun 2014 rata rata 70 orang bunuh diri perhari. Kematian ini didominasi oleh kaum Pria dan sebagian besar mengalami depresi. Saya rasa dengan mengangkat tema ini, penulis ikut membantu memberi kontribusi pada pencegahan tindakan bunuh diri terutama bagi para pembacanya.
Selain itu, karena keluarga Ruri di sini diceritakan sebagai pengusaha restoran berbasis Fengshui, saya jadi dapet banyak kosakata baru yang berhubungan dengan hal tersebut. Banyak masakan masakan yang enak banget waktu dibayangin, beuh bikin laper gitu deh bawaannya waktu baca.
Kalau kamu penggemar novel novel Rikako, novel novel yang berhubungan dengan bunuh diri, coba deh baca buku ini. Semoga kamu juga akan menyukainya. -
Benar-benar! Lezat!! (((o(≧▽≦)o)))
Syukurlah sebelumnya aku baca
review Ken-chan...
Bener banget, saat membaca novel Akiyoshi-sensei yang ini ga boleh dicampur-baurkan dengan pengalaman baca novel-novel yang sebelumnya ^ ^ Proses bacanya jadi lebih nikmat~
Ceritanya... ***SPOILER ALERT***
Lalu, soal fengshui... aku sendiri bukan orang yang percaya sih~ tapi sangat menghormati orang yang percaya fengshui, atau percaya apapun yang jadi hak mereka.
Jadi pas baca soal Ruri dan ayahnya yang sangat mematuhi fengshui itu rasanya oke-oke saja (o^▽^o)
Jujur, situasi akhir-akhir ini bikin aku lebih menghormati apapun yang dipercayai orang lain. Mau itu alien, unicorn, cthulhu, babi terbang...apapun boleh! Kudukung!! ヽ(>∀<☆)ノ
Asalkan ga sampe ngubah sejarah, atau berusaha membinasakan orang lain yang ga sealiran (^^#)
Novel yang sangat kurekomendasikan~ (b ᵔ▽ᵔ)b -
Khá dễ đọc và đọc rất nhanh :)))
Nghe tên sách thì u ám nhưng nó không hề u ám mà đôi lúc còn healing nữa là khác :3
3,25/5, mình update rv sau nha.
----------------
Bạn có thể tự sát vì những lí do gì? Vì sự đau khổ của bản thân hay vì hy sinh cho người khác?
Trong cuốn sách Kế hoạch tự sát của Akiyoshi Rikako, chúng ta sẽ đồng hành cùng cô bé Watanabe Ruri, con gái duy nhất của hai đầu bếp trứ danh ở Nhật Bản. Mẹ Ruri đã mất khi cô bé còn rất nhỏ, nên sau đó bố cô đã đi bước nữa. Mẹ kế của Ruri là cô Reiko – một người đàn bà mà theo con mắt học sinh của Ruri thì rất gian xảo và mưu mô. Xui cho Ruri là bố cô mới cưới Reiko được 2 năm thì qua đời, và Ruri đã tìm được một số bằng chứng chứng minh Reiko chính là thủ phạm giết bố mình. Ruri đã cầu cứu cảnh sát nhưng không có kết quả, nên cô quyết định sẽ tự tử và để lại di thư tố cáo mẹ kế. Vậy cô Reiko có đi tù vì tội giết người không, kế hoạch tự sát có thành công không, thì mọi người thử đọc cuốn này xem sao, ngắn lắm =))
Nghe tên sách thì có vẻ đao to búa lớn, đọc lời đề ở bìa sau cũng thấy nó giật gân ghê. Nhưng mà đến 50% cuốn sách lại là những khung cảnh yên bình healing đến bất ngờ :3 trái lại hoàn toàn với cái bìa u ám, nội dung sách mở ra một thế giới xanh lam khiến cho người đọc cảm thấy bình yên vô cùng. Mình rất thích những cuốn sách kiểu như vậy: bất mãn với thực tại nên tìm một chỗ an toàn để ẩn náu, chữa lành vết thương, gặp những con người đáng yêu. Thích hợp để đọc vào những lúc bạn mệt mỏi chán chường đến độ muốn tự sát, biết đâu nhờ nó bạn lại có thêm hy vọng sống thì sao.
Ngoài những điều trên ra thì cái nội dung chính của cuốn sách nó xàm đến phát mệt =)) hình như cuốn này là YA Nhật à? Đọc về nội tâm và cách nghĩ của các bé học sinh mà nó chán: thiển cận và ngốc nghếch kinh khủng. Mình không hợp để đồng cảm với các cháu nữa, mình hơi khó tính nên mình thấy con bé Ruri này hơi dở hơi =)) đã suy nghĩ ngu ngốc mà hành động cũng ngu ngốc luôn. Chưa kể có vài yếu tố hơi ảo diệu, không thực tế cho lắm, nên không thuyết phục được mình. Có lẽ nó sẽ rất thích hợp với những em đang học cấp 2, cấp 3 đó.
Dù nội dung xàm nhưng ý nghĩa của nó không hề xàm nhe :3 khá là ổn cho những bạn trẻ đang dậy thì và có những mối nghi ngờ về mối quan hệ của mình với bố mẹ, cảm thấy bố mẹ không thương mình hay sao đó. Và những bạn đang có ý định tự sát nữa. Làm người thì chỉ cần chân thành là chạm được vào trái tim người khác thôi. Cuốn sách này cũng có những chi tiết về phong thủy cho bạn nào yêu thích nó nhé ^^
Rate: 3,25/5, recommend cho các bé đang học cấp 2 hoặc cấp 3 nhó. Còn mình thì phần lớn số điểm này mình dành cho những yếu tố healing chữa lành thui. -
** Books 166 - 2017 **
Buku ini untuk memenuhi Tsundoku Books Challenge dan 30 Hari membaca
3,1 dari 5 bintang!
Ruri merasakan kesedihan yang mendalam ketika ia mengetahui ayahnya meninggal dunia. Ia Curiga ayahnya meninggal secara tidak wajar karena diracuni oleh ibu tirinya, Reiko. Ketika ia tidak mendapatkan bukti-bukti yang kuat ia pasrah dan memutuskan untuk bunuh diri di desa Sagamino. Disanalah ia bertemu dengan seseorang yang kelak akan mengubah kehidupannya. Pada akhirnya akankah Ruri berhasil mengungkapkan siapa pembunuh ayahnya?
Jujur saya salah menempatkan ekspektasi ketika sejak awal membaca buku ini. Saya masih terbayang-terbayang dengan euforia book hangover ketika membaca buku
Holy Mother yang saya nobatkan sebagai buku terbaik dan terfavorit saya di tahun 2016 silam. Ternyata euforia itu tidak saya dapatkan didalam buku ini. Kecewa sih tapi disatu sisi kekecewaan saya terbayar dengan adanya ilmu masak-memasak yang disajikan didalam buku ini. Jujur itu semua membuat saya menjadi lapar. Buku tentang masak-memasaknya mengingatkan saya akan buku
Cooking With You by Yoana Dianika. -
Di antara semua novel AR yg sdh kubaca, ini yg plg kontradiktif. Judul dan cover bukunya gloomy, kelam nan menakutkan, tapi ternyata isinya yg plg kinyis2 n cooo cwiiiiitt. Memang sih, kadang2 terasa isinya agak kelebihan muatan; dari isu dan masalah2 seputar bunuh diri, lanjut ke pernak-pernik fengshui, plus makanan yg bikin ngiler dan bisnisnya, dan ditambah lagi komponen supranatural berupa hantu cakep, tapi pada akhirnya aku merasa semuanya terjalin manis. Agak terlalu manis malah.
Meskipun begitu, unsur kejutan dan twist ala Akiyoshi-sensei tetap terasa. Sempat deg2an juga pas adegan tukar-menukar cangkir teh itu, tapi.... lah akhirnya gituuu. Yasudlah.
Dibandingkan
Holy Mother yg padat mengagetkan, novel ini jauh lebih ringan dan menyenangkan. Akhir hepi en yg gak pernah terjadi di cerita AR sblmnya bikin diriku jg hepi, dan jd pengin ngasih 4* buat buku ini. Siplah. -
A high school girl is suspicious of her stepmother for murdering her father for the money, but she has no proof. Desperate, the girl wants to commit suicide and leaves a note to expose the stepmother's crime, but in the last minute, she is stopped by a ghost...?
I'm not very into the story nor its characters, but I do like the details and the ending (despite the ending is kinda predicable), so 3.8 stars. -
Novel pertama yang dibaca pada tahun 2018~! Tadinya mau baca Holy Mother, tapi katanya HM paling bagus, ya udah deh nanti aja... :))
Meski mudah tertebak, novel ini "manis" banget, beda sama kovernya.
3.5 -
Kisahnya manis! :))
Aku akan lebih suka mengatakan buku ini feelnya seperti saat aku membaca
The Dead Returns, hanya saja dengan rasa yang lebih manis. Mengingat buku ini punya tokoh utama seorang perempuan sementara The Dead Returns punya tokoh utama seorang lelaki.
Premis kisahnya sederhana, dan bisa dilihat di balik cover. Ah, dan aku sengaja memakai tagar spoiler untuk mereka yang tidak suka spoiler, jangan baca kalau tidak mau kehilangan nuansa saat membacanya pertama kali nanti. ;)
Sebagai seorang anak yang begitu mengidolakan kedua orangtuanya, Ruri tidak bisa terima ketika sang ayah menikah lagi dengan Reiko sepeninggalan ibunya. Bahkan dia berusaha menghindari sang ibu tiri, meski merestui pernikahan itu, mengingat dia ingin sang ayah bahagia. Perasaannya tergambarkan dengan jelas dan sederhana sebagai seorang anak perempuan yang tidak rela orangtuanya menikah lagi.
Namun, setelah pernikahan itu berjalan sementara waktu, Ruri dan sang ayah terlibat dalam sebuah pertengkaran besar. Bentakan sang ayah membuatnya menangis dan dia marah besar dengan sang ayah, tanpa menyadari bahwa malam itulah dia terakhir kali melihat sang ayah...
Pagi harinya, sang ayah ditemukan meninggal karena sakit. Namun kehidupan pasca kematian sang ayah, Reiko mendadak menjadi berubah. Aktif di perusahaan milik ayah Ruri. Aktif di televisi (karena ayah Ruri adalah koki dan Reiko adalah seorang asisten si ayah). Ditambah keberadaan uang asuransi yang menghilang sepeninggalan si ayah. Wajar dengan pikiran sepolos Ruri, dia menduga kematian sang ayah ada hubungannya dengan Reiko. Bahkan Reiko yang membunuh ayahnya untuk mendapatkan uang asuransi!
Berlandaskan ide ini, dia berusaha mencari tahu kebenarannya, namun gagal. Rahasia terlalu rapat. Ruri begitu kecewa dan berpikir sederhana untuk mengakhiri hidupnya. Dia berharap dengan kematiannya, orang-orang akan menyelidiki kematian sang ayah dan merusak nama baik Reiko. Tanpa menyadari kenyataan yang sebenarnya di balik kematian sang ayah...
Yak, awal mula buku dibuka dengan adegan Ruri akan melaksanakan bunuh dirinya. Pembaca digiring untuk bersimpati kepada sang anak. Berpikir betapa menyedihkan hidupnya. Bahkan aku mulai berpikir twist yang macam-macam (Holy Mother memang membuatku gemez!).
Kamu tidak perlu berpikir serumit itu. Buku ini sederhana. Mengisahkan seorang anak perempuan yang terlalu cepat dewasa di usianya yang masih anak-anak. Dia dipaksa dewasa ketika sang ibu meninggal, pengetahuan luas tentang fengshui justru membuatnya dijauhi teman sebayanya. Hidupnya terkucil dan Ruri sulit mengungkapkan isi hatinya. Membuatnya sulit didekati. Ketika dia akhirnya bertemu dengan hantu di tempatnya akan bunuh diri, dia justru bisa menjadi dirinya sendiri.
Hahaha. Bagus koq. Aku masih tertinggal rasa gemasnya setelah baca sepagian nih. Baru beberapa jam lalu selesai baca, jadi masih on fire banget! Jangan bayangkan kisah seperti
Holy Mother atau
Girls in the Dark, ini tidak seperti itu. Bukan buku yang bisa mempecundangi pembaca dengan cara yang seperti itu. Tapi buku ini bisa bikin mikir setelah selesai baca, dan mengerti setelah direnungi lebih dalam. Seperti biasa, highly recommended!
Review on blog >>
https://pearlsakuracorner.blogspot.co... -
"Bunuh diri itu bukan masalahmu sendiri. Bunuh diri itu akan membunuh hati orang-orang lain di sekelilingmu juga." (Hiroaki to Ruri, hal. 85)
Kurasa ada misi pencegahan bunuh diri dalam novel ini (Hope so!). Di satu sisi ada bagian yang menampar "kelemahan" orang-orang yang berpikir untuk bunuh diri atau bahkan yang sudah melakukannya :(
Tapi di sisi lain, ini juga sebenarnya adalah peringatan buat orang-orang yang sembarangan menempelkan stempel "lemah" pada para pelaku. Like if you can't be the solution, why bother making it worse?
Tindakan si hantu Hiroaki yang berusaha menguatkan Ruri agar batal bunuh diri tidak hanya dari sekadar kata-kata tapi juga tindakan itu benar-benar hal yang berani dan seharusnya jadi inspirasi orang-orang di dunia nyata.
"Kau tidak memikirkan perasaan orang yang kau tinggalkan, ya? Lebih baik kau hentikan usaha bunuh dirimu."
"... Kau yang tidak pernah berpikir ingin mati... memangnya kau tahu apa tentang itu?"
(Percakapan pertama Ruri dan Hantu Hiroaki, halaman 78)
Yang jelas kata kunci dalam novel ini adalah: persepsi. Kita bisa saja salah memahami orang karena terjebak dalam cangkang pemikiran kita sendiri. Dan sering kita butuh orang seperti si Hantu Hiroaki yang mau mencela cangkang palsu itu dengan ucapan seperti "Dasar cewek feng shui kerdil!" yang ia tujukan pada Ruri, agar kita bisa melepas cangkang pemikiran yang salah itu. Tentunya orang yang mau mengatakannya karena memang peduli dan ingin meluruskan tanpa meninggalkan.
Novel ini tidak hanya memberikan harapan bagi mereka yang mungkin ingin mati, tapi juga pada para caregiver dan juga para calon caregiver untuk dengan berani mendukung orang-orang tersayang mereka untuk terus hidup dan melanjutkan kehidupannya. -
Suka!
Walau pun buku ini adalah buku yang aku baca dalam waktu paling lama, aku sangat suka!“Bukan hanya mengatakan 'jangan mati!' secara sepihak saja, tapi menemukan jalan keluarnya bersama. Menghadapi masalah bersama-sama. Dengan melakukan itu, kau juga menyelamatkanku.”
Buku ini merupakan satu-satunya karya Akiyoshi Rikako yang tidak menampilkan terlalu banyak sadisme dan darah😂
Aku membutuhkan suasana yang tenang untuk benar-benar ingin membaca buku ini. Topik yang diangkat juga sangat sensitif. Bunuh diri. Depresi.
Endingnya... Aku lega :") -
3.5
Không quá là xuất sắc, dễ đoán. Mang cảm giác ấm áp, trông trẻo. Mình thấy thú vị chắc có lẽ là những miêu tả về ẩm thực, bày trí phong thủy, và nó có sự ấm áp gia đình. Và đến kết có twist nhưng mình thấy nó hơi kì. -
3.5/5
Bagus, bagian fengshui-nya menarik, bagian makanannya bikin laperrr x)) sayang kejutan di akhirnya udah ketebak dari awal. Kirain bakal sekelam Girls in the Dark, ternyata cukup manis isinya. -
Heartwarming book💜
I learn that "research before you act" is important -
Semakin sering saya baca karyanya Akiyoshi Rikako, semakin terasa apa yang membuatnya istimewa dibanding penulis cerita sejenis. Bukan, bukan sekedar soal 'bisa mengagetkan'..... melainkan gaya penuturan yang benar-benar mengalir mulus. Tema yang kuat dan tidak asal tempel. Perkembangan plot yang berkelok-kelok dengan tajam, tapi selalu konsisten dengan tema. Tokoh-tokoh dengan kekhasan tersendiri, tidak terkesan seperti cetakan buatan pabrik.
Di Scheduled Suicide Day, hal baru yang membuat saya kagum adalah kepintaran AR meramu aspek-aspek sekunder ke dalam cerita. Sudah lazim bahwa tokoh dalam novel memiliki minat/keahlian tersendiri yang tidak selalu terkait dengan plot utamanya, tapi di sini hal tersebut benar-benar disisipkan secara alami ke dalam narasi tanpa memperlambat tempo penuturan (*yang tidak segampang kelihatannya). Pembaca yang doyan makan dan masak pasti akan menikmati aspek kuliner di cerita ini, yang muncul karena tokoh utamanya tumbuh dalam keluarga yang sangat mendalami bisnis kuliner. Begitu pula dengan feng shui, aspek lainnya yang memperkuat penokohan dan membawa bahan pemikiran baru.
Seperti sudah terpampang pada judulnya, tema utama di sini adalah soal bunuh diri. Ini memang masalah nyata di masyarakat Jepang, dan saya juga pernah dengar soal
'hutan bunuh diri' yang serupa dengan yang ada di cerita ini. Isu tersebut dibawakan dengan serius dan penuh kehati-hatian oleh sang pengarang, seakan ia sedang bicara pada remaja-remaja yang mengalami kesengsaraan batin seperti Ruri si tokoh utama.
Beberapa pikiran soal detil cerita....
Satu lagi pikiran soal aspek feng shui-nya....
Saya memang sudah lama tertarik pada hal ini; sekilas seperti takhayul klenik, tapi sebenarnya banyak prinsip aplikasinya yang masuk akal dan bermanfaat. Bagus sekali cara AR menunjukkannya sebagai 'pedoman hidup' bagi sebagian karakternya, tetapi bukan berarti jadi tempat bergantung sepenuhnya. Kalau dipikir-pikir, hal-hal seperti 'hari baik/buruk' dan 'jimat' pun banyak ada di kebudayaan mana pun.... seperti Jumat Kliwon, akar bahar, dll........membuat saya jadi merasa bahwa walau namanya berbeda-beda, seperti ada benang merah di antara kita semua sebagai manusia dari berbagai negara dan budaya~ -
224 - 2017
-
"Seperti ada kupu-kupu yang turun ke dada, kemudian tinggal di dalam sana" h.18. Saya suka sekali ungkapan ini, ekspresi perasaan cinta yang diungkapan dengan sepenuh hati. Kupu-kupu dilambangkan atas keindahan, akan semakin indah bila kupu-kupu itu terbang mengepakkan sayapnya sehingga tampak cantik bila dipandang.
Cerita ini bukan soal kupu-kupu. Tentu saja bukan, dari judulnya saja bisa ditebak ini pasti ada hubungannya dengan bunuh diri. Yup, negara Jepang termasuk paling banyak penduduknya yang melakukan bunuh diri. Tapi ketika saya membaca buku ini, ada perasaan kontradiktif dengan apa yang saya pikir selama ini. Ketika berpikir bunuh diri adalah hal yang lazim di Jepang, tapi buku ini malah merepresentasikan perasaan orang Jepang sesungguhnya yang mana bunuh diri itu adalah sesuatu yang salah dan sudah seharusnya dicegah bersama-sama.
Banyak pesan yang tersirat yang ingin disampaikan oleh penulis. Mungkin keresahan penulis atas keputusan bunuh diri (khususnya di kalangan remaja), dengan membaca buku ini, diharapkan para remaja dapat berpikir berkali-kali untuk memutuskan bunuh diri. Seperti penulis bilang, ketika bunuh diri mungkin urusan kita selesai, tapi pernahkah terpikirkan kesedihan orang-orang yang akan tinggalkan nantinya? Atau masalah yang jauh lebih besar diihadapi oleh orang-orang yang ditinggalkan. Setega itukah kita sebagai manusia. Intinya, setiap masalah yang kita hadapi, mau tidak mau harus dihadapi, apapun resikonya, besar kecil harus bertanggung jawab. Terkadang berat masalah yang kita pikirkan, ternyata mudah untuk menyelesaikannya, hanya perlu untuk dicoba. Seperti yang dialami oleh Ruri.
Ruri harus menghadapi kenyataan bahwa Ibunya sudah meninggal ketika ia masih kecil, sehingga ia harus merelakan ayahnya menikah dengan wanita lain. Hampir dua tahun memiliki ibu tiri tidak menjadikan Ruri akrab dengannya karena kehadiran ibu tiri telah merampas kebahagian dia bersama ayahnya. Suatu pagi, ia mendapati ayahnya meregang nyawa di ruang kerja, saat itu tampak Reiko - ibu tiri - berada persis di samping ayahnya sembari memegang sebotol cairan berwarna biru. Ditambah uang asuransi kematian ayahnya yang bernominal besar semakin mengokohkan dugaan Ruri bahwa ibu tirinya sengaja membunuh ayahnya untuk tujuan menguasai asuransi dan perusahaan ayahnya. Ketika Ruri tidak memiliki pihak yang mendukung, ia putuskan untuk coba bunuh diri di sebuah desa sepi dengan tujuan ia akan meninggalkan surat wasiat dan menuliskan bahwa ibu tirinya adalah pembunuh ayahnya, dengan begitu orang-orang yang mengangkatnya sebagai kasus dan menyelidiki Reiko, pikirnya.
Ternyata takdir Ruri untuk bunuh diri malah mengantarkannya bertemu sesosok hantu tampan penghuni desa sepi yang mana tempat Ruri ingin bunuh diri. Inilah takdir yang tak terduga. Hantu bernama Hiroaki itu membangkitkan semangat Ruri agar jangan melakukan bunuh diri dan menyarankannya untuk melakukan penyelidikan terhadap Reiko. Ruri pun berhasil dibujuk dan ia menyatakan apabila dalam waktu seminggu penyelidikannya gagal, ia tetap akan bunuh diri. Kisah pun dimulai...
Saya bisa bilang ini adalah karya Ms. Akiyoshi yang paling beda. Beda dalam arti tidak lagi menemukan kejutan-kejutan yang mengejutkan. Pembaca tidak disuruh lagi untuk menebak siapa dalang di balik cerita. Karena mungkin ada beberapa pembaca yang sukses menebak jalan cerita mau dibawa kemana. Karena saya melihat, pesan yang ingin disampaikan penulislah yang ingin dikuatkan. Tentang bagaimana bunuh diri adalah suatu keputusan yang salah, tentang jangan terlalu percaya pada fengshui. Oh ya, cerita selain tentang bunuh diri, kita akan diberitahu tentang masakan dan fengshui. Orang tua Ruri adalah orang terkenal di dunia masak memasak, dan mereka sangat memperhatikan fengshui ketika melakukan apapun. Ini cukup menarik karena ternyata fengshui itu dapat menjadi tiang kehidupan bagi orang-orang yang percaya. Tapi seperti penulis bilang, andalkan fengshui apabila memang usaha kita yang sudah maksimal tidak berjalan dengan lancar. Jangan jadikan fengshui menjadi andalan satu-satunya.
Meskipun buku yang satu ini tidak nampak mengejutkan seperti sebelumnya (karena Holy Mother sangat kerennn) tapi saya masih menyukainya. Gaya bahasa Akiyoshi tidak berubah sama sekali, saya masih mengenali dia. Anggap saja, buku ini ingin bilang bahwa masih banyak orang baik di dunia ini. -
Kalau harus jujur, ini buku Akiyoshi Rikako terlemah yang saya baca. Setelah Holy Mother yang bikin saya misuh-misuh gara-gara ketipu tapi bikin ketagihan, baca ini jadi agak hambar. Like, "Udah? Gitu doang?"
Tonenya agak mirip The Dead Returns, sedikit lebih ceria. Nggak segelap Girls in The Dark atau 'sesakit' Holy Mother. Sejak awal pun, nggak sulit menebak siapa pembunuh ayah Ruri sebenarnya juga niat asli si hantu iseng.
Yang patut diapresiasi justru pesannya. Saya rasa, mungkin pesan itu yang memang ingin ditonjolkan untuk novel kali ini, alih-alih misteri seperti sebelum-sebelumnya. Jangan main-main sama bunuh diri. Depresi atau penyakit mental lain bukan untuk dikata-katai, tapi didekati dan diobati. Prasangka bisa menghancurkan diri sendiri. Oh, dan jangan terlalu percaya sama fengshui :D
Layak dibaca? Sangat. Istirahatlah dulu dari misteri ala Sherlock yang bikin mengerutkan kening :D -
Uwuwu :3 Dengan ini semua karya Akiyoshi Rikako terbitan Haru sudah saya baca. Dan saya bersyukur memilih buku ini sebagai buku pamungkasnya, bukan Absolute Justice =P
Kutunggu karya Akiyoshi Rikako selanjutnya, Haruuu~ Dan alangkah baiknyabagikukalau menjadikanku proofreadernyaa xD -
Saya suka buku ini. Slice of lifenya dapat, alurnya tidak cepat maupun lambat, sehingga tidak mudah bosan untuk dibaca.
-
Cerita ini menyuguhkan rencana bunuh diri, fengshui, koki, ibu tiri, nyawa masakan, dan cara kematian.
Kurasa aku tahu kenapa banyak orang kecewa dengan buku ini:
1. Temanya mainstream
2. Twist-nya ketebak
3. Tidak sesadis dan segreget buku Akiyoshi Rikako sebelumnya
Tapi, aku tetap suka. Entah ini bias karena aku memang fans Akiyoshi Rikako, atau karena aku enjoy baca ceritanya.
Jangan tanya kenapa aku begitu menikmati tulisan Akiyoshi Rikako. Buku ini mungkin memang tidak sebagus buku Akiyoshi Rikako sebelum-sebelumnya, tapi bukan berarti tidak bisa kunikmati. Aku berhasil melahap buku ini hanya dalam beberapa jam. Walaupun ending-nya tertebak sekali, tapi aku masih sangat penasaran sepanjang cerita demi membuktikan tebakanku benar atau salah.
Sosok Ruri memang realistis. Setelah ditinggal meninggal ibu yang sangat menyayanginya itu, Ruri menjadi pribadi yang emosional. Terlebih ketika ayahnya menikah lagi dengan perempuan yang jauh lebih muda. Untuk karakter lain, aku tidak bisa bilang terang-terangan karena takut spoiler 😂
Bagian yang paling aku suka yaitu saat pencarian bukti-bukti. Apalagi saat di restauran hotel itu, rasanya cukup menegangkan. Aku juga suka bagaimana penulis menghubungkan pembagian bab dengan macam-macam hari, lalu pengetahuan akan masakan ini-itu (termasuk bahan dan alat masaknya).
Tokoh yang paling kusuka yaitu Hiroaki. Menyebalkan tapi bikin kangen!
.
Cerita ini sangat amat ramah untuk pembaca yang tidak suka darah, alias tidak sadis--apalagi kalau harus disandingkan dengan Holy Mother, jauh sekali kesadisannya.
.
Overall, isinya masih "Akiyoshi Rikaki banget". Mulai dari cara pembagian bab, plot hari, pesan terselip, dan bahasa narasinya. Aku yang penggemar Akiyoshi Rikako masih sangat menantikan buku beliau yang lainnya. -
Meskipun unsur thrilling di buku ini sedikit, tapi penulis menawarkan sesuatu yang lain. Yang bikin gue suka adalah narasi tentang makanan dan fengshui. Ada sedikit dibahas tentang membangun bisnis restoran, itu juga gue suka. Jadi kesimpulannya, tetep suka banget sama cerita yang ditawarkan Akiyoshi-sensei dalam buku ini.
Semua impresi sudah disampaikan dalam reading vlog
https://youtu.be/nb3x6fsk_Cs -
Một câu chuyện tội ác nhưng có cả tình cảm bạn bè trong sáng, những rung động ngây ngơ của 2 nhân vật chính. Đọc nhanh và dễ vào, không tăm tối nặng nề như nhiều cuốn trinh thám nhật bản khác.
Kết bất ngờ và thú vị, nhưng với những ai kì vọng cao có lẽ là chưa đủ.
Chấm 7/10 -
Selain kental dengan Fengshui dan dunia kuliner serta bisnis restoran, topik bunuh diri yang diangkat dibuku ini benar-benar membuatku terpukau dan mengajarkanku banyak hal yang sangat penting. Untuk seseorang yang ingin mengakhiri hidupnya mungkin berpikir bunuh diri adalah jalan terbaik dan juga merasa kematian adalah satu-satunya yang mungkin bisa memahami dan dipahami, ternyata diluar itu begitu memiliki efek yang luar biasa untuk orang-orang yang ditinggalkan begitupun berpengaruh pada orang-orang sskitar atau bisnis yang berlokasi didekat tempat kejadian. Sampai ada ungkapan bunuh diri berarti juga membunuh hati orang-orang disekitarmu.
Lewat kisah Ruri, aku jadi paham orang yang memiliki keinginan bunuh diri bukanlah orang yang bodoh, mereka hanya butuh teman, butuh bercerita dan didengarkan dengan baik, butuh merasa hangatnya kasih sayang, dan yang paling penting butuh merasa ada seseorang yang membuat mereka sadar bahwa ada yang mengharapkan mereka ada dan hidup. Cara yang keras atau terlalu tergesa2 dengan memaksa mereka berani menjalani kehidupan atau menjudge pikiran mereka begitu kerdil tanpa menemani mereka tidak akan bisa mereka terima dengan baik/defensif. Oh ya aku jadi ingat ungkapan "jika kau ingin berbicara sampai bisa masuk ke hati, bicaralah dengan bahasa hati."
Dari kisah Ruri juga aku pribadi jadi lumayan bisa memhami bagaimana perasaan seorang anak tunggal usia 16 tahun yg hanya memiliki kedua orang tuanya lalu ditinggal meninggal kedua orangtuanya.
Siapapun dirimu diluar sana yang berpikir ingin bunuh diri, cobalah hidup sehari lagi dan coba lihat semuanya dari sudut pandang yang berbeda, atau jangan ragu untuk bercerita ke siapapun.
🌟3,8/5
--------
“Intinya, aku tidak ingin menyuruhmu untuk terus hidup, karena itu tidak bertanggung jawab. Aku juga orang yang sudah berpikir untuk mati. Kalau aku menyuruhmu terus hidup, kau malah akan memberontak. Kau malah akan jadi kesal karena ada yang seenaknya memerintah dirimu untuk tidak bunuh diri, dan kau jadi ingin bertanya, ‘Lalu memangnya kau bisa menyelesaikan masalahku?,”
“Karena itu, alih-alih mengatakan kalimat seperti ‘kalau kau berjuang keras, kau pasti bisa’, atau ‘kalau kau punya keberanian untuk mati, kau pasti bisa melewatinya’, aku ingin membantumu menghadapi masalahmu.”
(hal.90)
Misalnya jika salah satu dari ketiga temannya ini menghadapi masalah yang sangat menyesakkan, sampai mereka gelap mata dan ingin mati.
Jika itu terjadi, Ruri tidak akan asal-asalan menyangkal perasaan mereka.
Dia tidak akan menghakimi. Tidak akan menyalahkan kelemahan mereka.
Dia akan mendengarkan mereka tanpa berkomentar, sampai perasaan lawan bicaranya tertumpah semuanya. Dia tidak akan seenaknya bilang, “hentikan”. Dia juga tidak akan mendukung hanya dengan mulutnya. Sebagai gantinya, dia akan berjalan bersama untuk menopang mereka di tengah badai. Dia tidak akan melepaskan tangan mereka. Dia akan mencari jalan keluar bersama, dan membuktikan bahwa mereka bisa melewatinya. Seperti cowok hantu berlidah tajam yang sudah melakukan hal serupa kepadanya.
(hal. 269) -
Baru kali ini baca karyanya Akiyoshi Rikako bisa ngerasa empati ke tokohnya 🤧🤧. Aku bisa ngeliat sisi kemanusiaan yang bikin ikut sedih sama terharu pas baca. Beda dari buku Akiyoshi yang lain 🙈🙈.
Singkatnya Scheduled Suicide Day menceritakan seorang tokoh bernama Ruri yang mau bunuh diri, karena dia nggak sanggup kalau hidup berdua aja sama ibu tirinya, dan dia yakin banget yang bunuh ayahnya itu pasti ibu Tirinya. Akhirnya Ruri pergi ke desa Sagamino, untuk melancarkan aksi bunuh dirinya. Tapi malah diselamatkan oleh arwah disana, dan berjanji akan cari bukti dan kebenarannya bareng-bareng. Menariknya ada batas waktu, yaitu 7 hari. Kalau dalam 7 hari itu pencarian mereka tidak membuahkan hasil, Ruri akan tetap bunuh diri 🤧🥲.
Dalam ceritanya, nggak cuma fokus sama kisah sedihnya Ruri dan aksi mencari bukti, tapi banyak flashback ke keluarga Ruri, Ayah dan ibunya dulu. Bagaimana kecintaan mereka terhadap makanan, punya restoran Oasis yang sangat terkenal, hingga penerapan Fengshui dalam kehidupan sehari-hari keluarga Watanabe (Pemilihan hari, menu makanan, letak furnitur, dll). Hal-hal ini bikin ceritanya jadi nggak berat, malah aku jadi merasa Ruri sekangen itu sama keluarganya dulu 🥺🥺🥺. Dan bakat ayahnya, menurun ke Ruri.
Buku ini terdiri dari 7 bab, yang menggambarkan 7 hari Ruri sebelum tanggal bunuh diri. Uniknya, tiap awal bab dijelasin kalau hari ini Fengshuinya apa, dan solusinya bagaimana, sebaiknya melakukan apa. Itu pun diterapkan Ruri. Menurutku alurnya slowwww 😅, nggak bosen sih, tapi nungguin mulu mana clue dan titik terangnya 🙈. Di hari ke-6, pembaca langsung di bombardir dengan banyaknya informasi dan kebenaran yang terungkap.
Bukan akiyoshi sensei kalau nggak ada plot twist 🤓. Well, tentu aja di buku ini ada, tapi nggak mengejutkan bikin tercengang, melainkan pembaca bisa memahami dan merasa masuk akal 🤔.
Pesan-pesan tentang bunuh diri disini juga informatif, dan nggak menghakimi. Aku suka tempat penginapan Ruri di desa Sagamino, bikin hati hangat dan banyak kepedulian yang berpendar ✨❤️. Ini fun read dan kental dengan unsur kekeluargaan 🥺, walaupun topik awalnya bunuh diri, heheh. 4🌟 untuk Scheduled Suicide Day
P.S. Covernya nggak seseram isi ceritanya 😅 -
Novel pembuka di tahun 2022 dan.... sangat memuaskan!
Sebenarnya sudah lama saya ingin mencicipi buku-buku Rikako Akiyoshi, sayangnya karena beberapa alasan (saya pernah di fase immature dimana saat melihat cover yang seperti komik saya langsung membuang muka yang sungguh ironis karena sekarang saya justru keranjingan komik dan alasan lainnya adalah karena saya juga pernah di fase book snob yang langsung membuang muka saat melihat buku terjemahan...) saya baru bisa membaca salah satu buku novelis Jepang ini.
Rasanya saya tidak salah pilih memilih Scheduled Suicide Day menjadi pembuka jalan untuk menjelajahi buku-buku Akiyoshi Rikako. Buku ini cukup ringan baik dari sisi horror maupun mystery, sehingga membuat saya bisa membacanya dengan santai.
Buku ini lebih mendalami emosi karakter utamanya, Ruri, dalam kedukaannya yang ditinggal orangtuanya serta perkembangan karakter dan emosinya sebagai remaja yang tertutup. Buku ini juga banyak diisi dengan dunia fengshui dan kuliner juga tentang depresi seeta bunuh diri. Buku ini dengan alurnya yang nyaman memasukkan edukasi tentang menghadapi orang yang depresi dan ingin bunuh diri lewat Ruri dan saya sangat mengapresiasinya.
Selain itu saya saya juga karena buku ini diisi dengan karakter-karakter wanita yang kuat seperti Ruri, Ibu Ruri, Reiko dan ketiga teman Ruri. Karakter-karakter pria dalam buku ini juga hebat dan menyenangkan seperti si hantu, ayah Ruri dan Master.