Citra Kaum Perempuan di Hindia Belanda by Tineke Hellwig


Citra Kaum Perempuan di Hindia Belanda
Title : Citra Kaum Perempuan di Hindia Belanda
Author :
Rating :
ISBN : -
ISBN-10 : 9789794616635
Format Type : paperback
Number of Pages : -
Publication : First published January 1, 1994

popular e-book, citra kaum perempuan di hindia belanda by tineke hellwig this is very good and becomes the main topic to read, the readers are very takjup and always take inspiration from the contents of the book citra kaum perempuan di hindia belanda, essay by tineke hellwig. is now on our website and you can download it by register what are you waiting for? please read and make a refission for you


Citra Kaum Perempuan di Hindia Belanda Reviews


  • Alberta Vania

    Salah satu buku yang bagus untuk dibaca jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang citra perempuan di Hindia Belanda pada karya sastra kala itu (akhir abad 19 ke awal abad 20).

    Hellwig memulai tulisannya dengan apik. Ia memaparkan secara jelas mengenai sejarah kedatangan Belanda dan dinamika sosial yang terjadi, termasuk adanya praktik pergundikan yang dilakukan oleh orang-orang Eropa totok terhadap perempuan-perempuan Indo dan pribumi. Dinamika sosial di Hindia Belanda kala itu tak pernah lepas dari isu rasial dan gender.

    Karya sastra yang diteliti oleh Hellwig berasal dari dua kelompok penulis yang berbeda. Ada yang ditulis oleh laki-laki dan perempuan Eropa totok dalam bahasa Belanda, ada pula yang ditulis oleh laki-laki Tionghoa dalam bahasa Melayu.

    Penjelasan dan analisis singkat Hellwig tentang berbagai karya sastra inilah yang merupakan sebuah pengetahuan baru bagi saya. Dalam banyak karya sastra yang beredar di Hindia Belanda kala itu, ternyata kebanyakan membicarakan tentang ‘Nyai’ dan dinamika ras dan gender yang ada di dalamnya. Umumnya, orang Eropa totok melihat para Indo sebagai ‘the Other’ dan pribumi sebagai ‘makhluk’ yang lebih asing lagi. Seringkali dalam karya yang ditulis dalam bahasa Belanda, Indo dan pribumi digambarkan sebagai orang-orang antagonis yang tak bisa berpikir dengan bijak.

    Sebaliknya, dalam karya-karya berbahasa Melayu, orang Eropa totok lah yang menjadi antagonisnya. Meski seluruh karya berbahasa Melayu ditulis oleh orang Tionghoa, anehnya tak banyak disinggung tentang dinamika antara Tionghoa dan pribumi di karya-karya tersebut.

    Dari analisis Hellwig, dari banyak karya sastra tersebut, menurutnya perempuan Eropa kala itu posisinya terjepit. Mereka bingung untuk menaruh rasa solidaritasnya. Kepada laki-laki Eropa, kah? Yang satu ras dengan mereka. Atau ke sesama perempuan? Meski mereka adalah pribumi dan ‘Nyai’ dari orang Eropa.

    Overall, buku ini menarik meski tak begitu banyak kebaruan yang saya dapatkan.

  • zhaw

    ⭐3.5

  • Gloria Fransisca Katharina

    Buku tentang kajian citra perempuan di zaman Hindia Belanda. Ada dua kesimpulan ketidaksetaraan yang dipaparkan Tineke Hellwig, yaitu ketidaksetaraan yang menimpa perempuan Inlander ataupun perempuan Indo, serta ketidaksetaraan gender yang menimpa perempuan kulit putih (bangsa Belanda asli).

    Di buku ini terpaparkan cerita tentang pergundikkan, atau bahasa sekarang dikenal pelacuran dan prostitusi adalah sebuah kelumrahan pada zaman Belanda. Lumrah dalam artian Nyai adalah perempuan pribumi kelas dua yang dipergunakan hanya sebagai pemuas kebutuhan hasrat seksual laki-laki Belanda. Uniknya, hampir pada semua karya sastra Belanda dan Melayu, baik ditulis oleh penulis Belanda ataupun penulis Tionghoa sama-sama selalu menjadikan masalah 'Nyai' sebagai salah satu tokoh dalam relasi sebab-akibat.

  • Fariza

    Buku ini meneliti kehidupan masyarakat kolonial melalui karya-karya sastera yang wujud semasa zaman kolonial di Hindia Belanda.