Title | : | Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi |
Author | : | |
Rating | : | |
ISBN | : | 6022910722 |
ISBN-10 | : | 9786022910725 |
Language | : | Indonesian |
Format Type | : | Paperback |
Number of Pages | : | 170 |
Publication | : | First published March 1, 2015 |
Awards | : | Kusala Sastra Khatulistiwa Prosa - shortlist (2015), Anugerah Pembaca Indonesia Buku dan Penulis Fiksi Terfavorit - Shortlist (2015) |
Mimpi itu memberitahunya bahwa ia akan memperoleh seorang kekasih. Dalam mimpinya, si kekasih tinggal di kota kecil bernama Pangandaran. Setiap sore, lelaki yang akan menjadi kekasihnya sering berlari di sepanjang pantai ditemani seekor anjing kampung. Ia bisa melihat dadanya yang telanjang, gelap dan basah oleh keringat, berkilauan memantulkan cahaya matahari. Setiap kali ia terbangun dari mimpi itu, ia selalu tersenyum. Jelas ia sudah jatuh cinta kepada lelaki itu.
Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi Reviews
-
Tidak perlu mereview buku yang bukan genrenya, apa lagi jika hanya bertujuan untuk bully. Ditambah buku itu bukan buku sendiri alias meminjam.
Kurang lebih kalimat seperti itu disampaikan oleh salah seorang sahabat saya di alam buku ^_^. Konon kata tersebut juga ia dapat dari salah seorang penulis buku. Ceritanya ia tertarik membaca sebuah buku setelah membaca sinopsis yang ada di GRI. Kebetulan kenal dengan salah seorang anggota yang juga memiliki buku tersebut, maka dicobalah membaca sebuah buku pinjaman yang bukan berasal dari genrenya.
Setelah membaca, ia merasa agak kecewa karena kisah yang disajikan tidak sesuai dengan harapannya. Sesuai dengan salah satu manfaat GRI, maka diolah sebuah review dengan berupa maksimal menyebutkan kelebihan dan kekurangan buku. Tapi mau bagaimana jika lebih banyak kurangnya. Efeknya, penulis serta para fans merasa tidak terima dengan pendapatnya. Terjadilah Perang Pena di alam buku sana. Eh Perang Keyboard harusnya ya.
Saya jadi penasaran.
Maksudnya apa sebagai pembaca saya tidak boleh membaca buku diluar genre kesukaan saya? Jika demikian sempit sekali wawasan saya. Hanya seputar peri, makhluk fantasi, penyihir, dracula, pistol, lokasi pembunuhan, reka ulang dan hal sejenis yang saya tahu jika begitu. Karena saya lebih suka membaca kisah fantasi dan misteri. Iseng, saya mencoba membaca sesuatu yang berbeda, out of the box kata orang sekarang.
Tapi jika harus beli, agak mikir nih ^_^. Maka saya mencantumkan buku Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi dalam wishlist saya di GRI untuk program Markituka BBI Jabodetabek. Lucky me! saya mendapatkan 2 buku, salah satunya buku ini. Hayuh mencoba sesuatu yang baru.
http://trulyrudiono.blogspot.co.id/20...
----
----
----
Oh ya, buat mbak atau mas pengarang yang punya prinsip seperti di atas, saya cuman mau bilang kalau karya anda dicetak untuk umum maka berjiwa besarlah. Ada yang suka, ada yang tidak. Mereka yang suka akan memuji, yang tidak akan memberikan kritik. Lebih baik dikritik dari pada tidak ada yang komentar, artinya karya anda tidak dianggap ada. Dan anggaplah itu kursus gratis menulis guna menjawab celaan dengan karya lebih baik kelak.
Jika melarang orang mmeminjam buku dan membuat reviewnya, maka jadikanlah karya anda sebagai buku yang teramat super ekslusif. Hanya dicetak 5 eksemplar di dunia, misalnya. -
Kuakui Eka Kurniawan bukan penulis cerpen biasa-biasa saja. Tema-tema yang diambil, pilihan sikap, dan ideologi yang hendak disampaikan (mungkin krn dia alumni filsafat) kepada pembaca. Dan yang paling menonjol adalah selera humor Eka Kurniawan yang tidak bisa disepelekan. Sepertinya kita diajak untuk menertawakan kehidupan yang sudah semrwawut dengan adegan-adegan konyol tokoh rekaan Eka. Kemudian dalam humor itu ada satire untuk mengkritik politik atau sebagainya....
Saya benar-benar puas membaca kumpulan cerpen ini. Rasanya kelima belas cerpen dalam buku ini tidak memiliki cacat sedikit pun (agak lebai, karena disampaikan penggemar Eka Kurniawan). Ada beberapa alasan yang sangat terasa dalam cerpen ini.
Pertama, Eka mengungkapkan tema-tema simpel keseharian yang boleh jadi dianggap orang tidak menarik untuk diungkap dalam sebuah cerpen. Misalnya, bagaimana mungkin seorang bisa mengungkapkan perasaan sebuah batu yang hendak membalas dendam karena dipakai seorang lelaki bejat membunuh kekasihnya. Baca Cerita Batu.
Kedua, saya merasakan ada gaya-gaya penulis kelas dunia, kanon-kanon sastra besar, seperti Gabriel Marques misalnya. Dari mana? Coba cek bagaimana Eka Kurniawan mengakhiri cerita, selalu berhenti beberapa meter setelah titik yang biasanya dipakai penulis lain berhenti dan ending. Dalam cerpen pembuka Gerimis yang Sederhana, bila penulis lain mungkin akan berhenti ketika diungkapkan bahwa cincin kawainnya ikut terbawa receh yang diberikan pengemis. Tapi tidak, Eka memberikan aftertaste lain yaitu mengungkapkan bahwa banyak laki-laki yang sengaja menyembunyikan cincin kawin saat bertemu gadis lain. Jadi ada permainan setelah puncak klimaks.
Ketiga yang sangat jelas adalah selerea humor. Entah sengaja atau tidak, Eka sengaja memberi kesan humor itu penting dalam cerpen-cerpennya. Tanpa adegan hahahahaha atau pemaksaan untuk pembaca tertawa karena dieksplisitkan, Eka memuat pembacanya tertawa terbahak-bahak. Misalnya cerpen dengan judul terpanjang Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi, Gerimis Sederhana, Penafsir Kebahagian, atau Membuat Seekor Gajah Bahagia. Humor yang ditulis Eka lebih serupa dengan humor cerdas ala stand up comedy. Bukan humor paksaan, tapi humor ironi yang tenang dan membuat tertawa keras. Misalnya dalam Membuat Seekor Gajah Bahagia, (cerpen ini mengingatkan kita pada tebak-tebakkan sederhana, bagaimana cara memasukkan gajah ke dalam kulkas? Jawabannya, kulkas dibuka gajah dimasukkan). Gajah ingin masuk kulkas karena suasan sangat terik. Maka ada anak-anak yang hendak memasukkan gajah ke dalam kulkas. Tapi ironinya tidak muat, dan gakah dipotong-potong. Lalu apa jadinya? Ya hanya potongan tubuh gajahlah yang merasakan kebahagiaan. "Membuatnya senang kupikir hal yang lebih penting daripada apa pun. Percuma hidup jika tidak senang (hal.50)
Humor ironi serupa tampak di cerpen Kapten Bebek Hijau. Humor lain yang halus disampaikan adalah pada Cerita BatuSi Batu yang ditakdirkan tidak pernah bisa berenang, meluncur deras ke dasar sungai.....
Keempat Eka tidak lupa menyampaikan pandangannya terhadap ideologi-politik, meski kadarnya tidak sekencang pada Corat-coret di Toilet tapi tetap kerasa. Misalnya pada cerpen Kematian Ketiga Marsilam atau Pengantar Tidur Panjang. Meski di beberapa cerpen juga sering disampaikan secara implisit bagaimana Eka memandang politik di negeri ini.
Selebihnya, saya merasa humor yang disajikan Eka justru mengajak kita untuk santai saja memandang kesemrawutan persoalan dunia dan negeri ini. Mungkin, kalau persoalan itu tidak bisa membuat kita tertawa. Mari kita tertawakan mereka, mungkin demikia ajakan Eka Kurniawan. Selebihnya 5 bintang tidak masalah!! -
1. Dari segi estetika, ya, pengarangnya sangat berbakat. Patut saja buku2nya sangat laris. Sudah dengar lama tentang Cantik Itu Luka, tetapi belum cukup selesa mahu membaca tema dan kisah watak sedemikian. Jadi saya pilih yang ini.
2. Kali pertama membaca buah tangan pengarang fiksyen yang ada latarbelakang falsafah. Banyak mempertanyakan mengenai kewajaran sikap dan tindakan manusia.
3. Ada beberapa cerpen yang sangat mengesankan, terutama mengenai batu yang terlibat dalam pembunuhan, dan ayah yang dibunuh pre (semacam kumpulan mafia Indonesia?).
4. Makna terdalam dari cerpen-cerpen pengarang saya tidak sempat teroka sepanjang pembacaan (kerana ini menuntut lebih refleksi). Saya perlu waktu untuk buku-buku penting lain yang bukan fiksyen. -
Membaca karya sastra sering kali membingungkan, memang. Sastra menjadikan pandangan pembacanya ke ranah abu-abu, tidak sekadar hitam-putih saklek karena selalu ada sisi lain yang luput kita rengkuh. Membaca karya sastra yang baik ibarat mengamplas halus pinggiran-pinggiran tajam dari kedirian kita yang mungkin keterlaluan kakunya. Membaca cerpen-cerpen seperti ini akan membuat keakuan dalam diri sedikit melengkung dan luwes sehingga jiwa dan akal tidak mudah patah ketika kita sontak dihadapkan pada hal-hal yang sebenarnya hanya sekadar berbeda.
http://dionyulianto.blogspot.co.id/20... -
Kumpulan cerpen yang menarik. Satu hal paling saya suka dengan tulisan Eka Kurniawan adalah sisipan humor pada naratifnya. Ia selalu buat saya terhibur walaupun kisah-kisahnya bertema serius. Ada hal sosial, moraliti, perhubungan dan keluarga-- kesemuanya dikisahkan dalam cara bersahaja, dengan point yang biasa-biasa tapi penceritaannya masih mampu memberi saya satu kepuasan waktu membaca. Ada konflik dan memori lepas yang kadang buat saya sendiri teringat kisah di masa lalu. Imajinasi fiksinya realistik.
-
Dunia yang dibangun Eka Kurniawan tampak sederhana, dengan setting yang cenderung ‘dekat’, namun konfliknya tak terduga. Ia pakar dalam membuat ‘ayunan’, gerakan maju-mundur diatur dalam percepatan tertentu, yang terkadang ritmenya melonjak dengan sensasi-sensasi kejutan. Jika boleh menerka, cerita-cerita di sini seperti dikembangkan dari berita-berita di koran sehingga terkesan sangat realistis. Namun yang jadi daya tarik adalah imajinasi Eka dalam menyusun alur dan narasi yang membuat kisah-kisah yang ‘sederhana’ berubah menjadi karya sastra. Dan pada akhirnya, ketika kalimat terakhir dari setiap cerpennya dibaca, yang terasa kemudian adalah kesenangan ganjil yang mendorong kita untuk mencoba berayun-ayun lagi di dalam baris dan alinea Eka.
Tiba-tiba bahagia datang dengan cara yang aneh... -
Tipikal cerita dan gaya penulisan Eka Kurniawan, selalu mind blowing.
Aku suka banget buku ini karena cerita-cerita pendek di dalamnya selalu out of the box dan surealistis.
Cerita favoritku adalah:
1. "Gincu Ini Merah, Sayang"
2. "Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi"
3. "Cerita Batu" dan
4. "Setiap Anjing Boleh Berbahagia."
Cerita-cerita pendek di buku
Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi tidak terlepas dari tema kounisme, surealis nan kadang menyayat hati. Gak bisa seneng dikit ya baca karya Eka Kurniawan itu. Selalu miris. -
Secara umumnya, saya suka kepada cara penulisan buku ini. Eka menyusun cerita-ceritanya begitu bersahaja tetapi sebenarnya menyentuh dengan cara tersendiri. Baik persoalan sosial, perhubungan dua manusia malah urusan siasah.
-
I am gonna be honest here: There'a sense of guilt and shame knowing that I began to became curious with Eka Kurniawan's work only after Beauty is Wound were being acknowledged in the International scene. But let's not focus on that and just help me get on the boat please?
Now, the logical thing to do is perhaps for me to read the critically acclaimed, worldwide phenomenon Beauty is Wound. But after seeing the awfully bad Indonesian cover for the book, I decided to pick this book first.
I was completely blind with his works that I didn't even know this was actually a short story collection (so this was like his The Elephant Vanishes, cool).
And I gotta say that I was lucky, because there's no faster way to decide whether you're 'into' a writer or not than to read his/her short stories first (with a novel, you can still have doubts lingering whether his/her other books are as good or no). And with these 15 stories as samples, yes, I am into Eka Kurniawan.
He got some ferocious, and unconventional minds and almost all of his stories here are bordering on 'what the fuck' and 'that's pretty deep shit'. My favorite: Teka - Teki Silang (crosswords), a Lynch-ian story that succeeded in making my body shivered. -
4.75 stars dibuletin jadi 5 haha
kumcer paling bagus yg gue baca sejauh ini -
“Kalian orang-orang tolol yang percaya pada mimpi.” –Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi, hlm. 34
Bukan saja kehilangan kekasih, tapi Sayuri pun kehilangan muka. Maya enggan berkata kalau kekasihnya pergi meninggalkannya semalam sebelum hari pernikahan mereka. Para tamu telah berdatangan tanpa bisa dicegah. Maya lagi-lagi mencari alasan, ibunya pasti akan menganggapnya sinting jika ia menceritakan mimpi itu. Mimpi terindah kala ia bertemu dengan seorang laki-laki yang berlari di tepian pantai sambil menggiring seekor anjing.“Dalam mimpinya, si kekasih tinggal di kota kecil bernama Pangandaran. Setiap sore, lelaki yang akan menjadi kekasihnya sering berlari di sepanjang pantai ditemani seekor anjing kampung.” –Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi, hlm. 28
Ia harus ke Pangandaran; kota kecil yang tak pernah ia dengar namanya. Keluarganya tak setuju, tapi Maya nekat kabur melalui jendela dan mencegat taksi. Bus malam mengantar Maya sampai di Pangandaran dengan rasa ragu, mungkin saja mimpi itu sekadar omong kosong. Tapi, ia memutuskan untuk tinggal dan memilih Pantai Timur yang lebih sepi. Mencari strategi untuk menemukan laki-laki yang akan menjadi kekasihnya.
Lantas bagaimana cara ia menemukan laki-laki itu? Menunggunya setiap senja, seperti yang ia tilik di mimpinya? Tapi, bagaimana jika batang hidungnya tak kunjung muncul?
Sebagai cerita pendek yang diangkat sebagai tajuk utama dari antalogi cerpen Eka Kurniawan, “Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi” sama sekali tidak mengecewakan para pembaca. Setelah menunggu-nunggu, melihat cuplikan sampul depannya yang sangat menawan di blog resmi Eka Kurniawan, akhirnya antalogi cerpen ketiga pun terbit di pasaran. Ada lima belas cerpen cerkas di dalamnya:
1. Gerimis yang Sederhana
2. Gincu Ini Merah, Sayang
3. Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi
4. Penafsir Kebahagiaan
5. Membuat Senang Seekor Gajah
6. Jangan Kencing di Sini
7. Tiga Kematian Marsilam
8. Cerita Batu
9. La Cage aux Folles
10. Setiap Anjing Boleh Berbahagia
11. Kapten Bebek Hijau
12. Teka-Teki Silang
13. Membakar Api
14. Pelajaran Memelihara Burung Beo
15. Pengantar Tidur Panjang
Ide dalam cerpen-cerpen Eka Kurniawan sesungguhnya sangat sehari-hari, permasalahan yang kerap dijumpai, tapi yang saya sukai dari tulisannya bukanlah ide yang sederhana, tapi bagaimana kesederhanaan itu dibuat kompleks dengan eksekusi kata-kata yang indah. Berikut juga dengan komedi dan humor-humor kocak yang kadang tak saya kira akan terselip di antara kalimatnya. Terutama di bagian dialog.
Baca selengkapnya di:
https://janebookienary.wordpress.com/... -
Nonton review di sini:
https://youtu.be/-psPaR7fcv0
Baca review di sini:
https://www.riodestila.com/2023/04/re...
5.0 gincu merah dilempar gajah disambut Marsilam ditulis ke batu bertengger bebek berteman dengan anjing yang ingin bahagia. -
Menurutku cerita-ceritanya keren terutama cerita-cerita yang mind-blowing-nya. Cerita yang membuatku terkesan adalah Cerita Batu, Jangan Kencing di Sini, Kapten Bebek Hijau, Teka-Teki Silang, Pengantar Tidur Panjang, plus cerita yang jadi judul buku kumpulan cerpen ini. Dua yang kusebut terakhir tema ceritanya umum sih alias udah familiar sama cerita kayak gituan, tapi tetep aja nampar. Honorable mention untuk cerpen La Cage aux Folles.
-
Membaca karya Eka Kurniawan yang sudah ditunggu-tunggu ini memang mengasyikkan. Dari judulnya saja sudah bikin penasaran apa sih yang kali ini penulis ini berusaha suguhkan untuk para die hard fansnya di luar sana? Tetapi setelah sekian lama menunggu dan sembari menunggu saya mencari beberapa karya cerita pendek Eka, saya kemudian benar-benar menyukai apa yang beliau suguhkan dalam setiap karya cerita pendeknya. Berbeda dengan novelnya yang meskipun berbeda secara bentuk tetapi begitu memikat dalam menyuguhkan cerita yang mind blowing bagi saya. Dalam 15 cerita pendek dalam buku ini, salah satu yang saya suka adalah Pelajaran Memelihara Burung Beo dan Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi. Begitu sederhana dan memberikan pelajaran yang menarik, beberapa kalimat seolah menemukan tempatnya sendiri untuk selalu teringat dalam kepala. Mungkin inilah salah satu yang saya senangi dalam beberapa karya cerita pendek Eka Kurniawan, bagaimana dia mampu menceritakan getirnya sebuah kisah hidup dengan sederhana sekaligus dengan begitu kompleks, menjadi begitu jatuh dalam sebuah kehancuran sekaligus menjadi seseorang yang menerima dengan kelapangan yang begitu luas dalam menghadapi hidup setelah tragedi yang dihadirkan. Mungkin para cerpenis di luar sana bisa belajar dari cara Eka meramu cerita pendeknya, seperti yang selalu diungkapkan olehnya ketika mengutip Roberto Bolano: tulislah beberapa cerpen sekaligus.
-
Tidak mengira sebelumnya bahwa buku ini adalah kumpulan cerita pendek. Setiap cerita disajikan dengan lugas (ya memang karena ini adalah cerpen) dan setiap karakter berhasil digambarkan secara spesifik. Harus saya akui pemilihan diksi pada cerita-cerita ini tidak se-kompleks pada buku Lelaki Harimau yang pertama saya baca. Gerimis yang Sederhana dan Setiap Anjing Boleh Berbahagia menjadi dua cerita favorit saya. Empat koma tiga delapan dari lima, bagi saya.
-
Antologi cerpen yang berisikan pelbagai kisah-kisah menarik. Berisikan roman hingga fabel. Penulisnya menuturkan kisah-kisah dalam cerpen ini sangat apik hingga saya sebagai pembaca terbuai. Ini buku kedua dari Eka Kurniawan yang saya baca setelah Lelaki Harimau. Dan semoga karya lain dari Eka Kurniawan bisa saya lahap juga. Jika boleh menggambarkan dalam satu kata untuk kumcer ini saya akan bilang: Yahud!
-
Aku suka beberapa cerpen di buku ini.
Membaca beberapa kisah bikin senyum, sedih, meringis, juga kasihan.
Membaca ini menjadi penyegaran bacaan. Nggak nyangka sih bacanya cepat dan keterusan saat lagi nggak mood banget buat baca buku. -
Cerita favoritku:
• Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi
• Setiap Anjing Boleh Berbahagia
• Teka-Teki Silang -
Buku yang berisi kumpulan cerpen. Ada yang jenaka, ada juga yang memiliki plot twist mencengangkan. Yang paling saya suka adalah cerpen "Gincu Ini Merah, Sayang"
-
Kumcer yang satu ini lebih ramah pembaca, tapi tetap ada ciri khas seorang Eka. Jadi aku kasih bintang lima!
-
Khas Eka, cerita dengan twist twist yang aduhai tapi karena sudah lebih dulu membaca judul-judul lainnya dari buku Eka, cerita pendek dalam kumpulan cerpen ini terasa terlalu bersahaja. Sementara aku mendamba yang sedikit liar.
-
This is my 4th Eka Kurniawan book, but the first time that I am encountering a short story collection by him. I really enjoyed these short stories more than I expected. Each story was unique and once again, Kurniawan's wit and humour shines through them. Some stories were more absurd than others. Several stories were about overseas Indonesians in the US. But overall, each story had its own unique tone and concept. I hope this gets translated into English, because these are stories with universal messages that anyone can enjoy. Here's an overview:
1.) Gerimis yang sederhana ("Simple drizzle"): a Chinese Indonesian woman living in LA following the 90s riots against Chinese in Jakarta. She's still traumatized by beggars and goes on a blind date with an Indonesian man. Funny ending! 4.5*
2.) Gincu ini merah, sayang ("This lipstick is red, my love"): a story about what happens when a bar girl marries her client. The jealousy and suspicions that surround this relationship, all because of the red lipstick. 4*
3.) Perempuan patah hati yang kembali menemukan cinta melalui mimpi ("The broken-hearted girl who finds love again via a dream"): A girl gets betrayed by her fiancee and falls into a deep depression. She gets very vivid dreams and one day decides to literally follow what she sees in her dream in order to find love. 3.5*
4.) Penafsir kebahagiaan ("The interpreter of happiness"): inspired by a news story in the 90s. An Indonesian prostitute is brought to the US by an Indonesian student in order to serve several Indonesian male students. Crazy and unexpected ending. 4.5*
5.) Membuat senang seekor gajah ("To make an elephant happy"): an absurd story about an elephant who wishes to be put inside a refrigerator. Two young kids fulfil the elephant's tragic wish. 2*
6.) Jangan kencing di sini ("Don't pee here"): a woman who owns a boutique store is obsessed with the wall near her shop. She suspects that random people pee on that wall and wants to put a stop to that. She becomes truly insane. 3.5*
7.) Tiga kematian Marsilam ("The three deaths of Marsilam"): a confusing and mysterious short story about a PKI killing (communist) and a Chinese gangster who is involved in destroying the rainforest. I unfortunately didn't get the chronology at all. 2*
8.) Cerita Batu ("Stone story"): an absurd story again, but this time it is about a stone who was used to drown a woman. The stone is horrified to have been unwillingly involved in her death and vows to avenge the woman's death. The days feel long, the stone does get his revenge, but it doesn't feel satisfying at all. A very twisted ending. 4*
9.) La Cage aux Folles: the story of a determined Indonesian transvestite who made it against all odds in Los Angeles. 3*
10.) Setiap anjing boleh berbahagia ("Every dog is allowed to be happy"): another story about insanity and the structure of the story is filled with anaphoras. A woman has always wanted to own a dog, but was never allowed by her mother and later her husband. Now she finds a gutter dog. 3.5*
11.) Kapten bebek hijau ("The green duck captain"): this felt like a folk story with a great message. A mother hen gives birth to several chicks. One of them eats something wrong which turns him green. He embarks on a dangerous journey to find a turmeric plant that will turn him back to his original color. 4.5*
12.) Teka teki silang ("Crossword puzzle"): what a horror story! A crossword-puzzle that prophecies what is happening next to the female protagonist. Are these just coincidences or is this a wicked game? 4*
13.) Membakar api ("Burning fire"): story about a quarrelling couple. They both come from triad families in Jakarta. Loyalty to the organization precedes family ties unfortunately. 3.5*
14.) Pelajaran memelihara burung beo ("A lesson about taking care of parrots"): an Indonesian woman works illegally at a hospital in California and needs a green card to stay in the US. She marries one of her patients who wants to become a rock star in LA. They have children and a custody war follows when they divorce. The parrots were supposed to be a comfort for a sad situation. 3.5*
15.) Pengantar tidur panjang: this felt like an autobiographical story about the writer's father's death. It's a sweet memory of his father and how his siblings all gathered together to accompany his last breaths. Even after his death, the author is still reminded of how his father is still with him. 4* -
Saya akan mencoba mengomentari saja lima cerpen favorit saya di buku ini.
1. Penafsir Kebahagiaan
Dengan gamblangnya, Eka bercerita tentang seorang pelacur yang dibawa seorang mahasiswa Indonesia ke Amerika untuk "menemani" studinya di kala senggang. Sebuah cerita yang membuat kita berpikir, "Apa istimewanya cerita ini?" Hingga bagian akhir yang seakan-akan menampar para pembacanya (dengan sangat kurang ajar) bahwa hidup sejatinya memang sebuah tragedi yang harus ditertawakan agar tidak terlalu menyakitkan.
2. Membuat Senang Seekor Gajah
Saya tak bisa berhenti tersenyum sejak pertama membaca cerpen ini, bahkan hingga cerpen ini selesai. Sebuah upaya yang jenius dari seorang Eka Kurniawan untuk menarasikan sebuah tebak-tebakan kuno: "Bagaimana cara memasukkan gajah ke dalam kulkas?". Menarik karena Eka menceritakan hal yang tidak penting ini dengan gaya yang sangat penting.
3. La Cage aux Folles
La Cage aux Folles adalah cerpen yang bercerita dengan kekuatan yang dimiliki oleh sebuah novel. Entah ini baik atau buruk, namun ada banyak sekali poin yang diceritakan oleh cerpen ini. Sebuah cerita yang pada akhirnya, dengan sangat gila memaksa kita mendeskontruksi apa itu lelaki dan apa itu perempuan.
4. Kapten Bebek Hijau
Ah...saya jatuh cinta dengan cerita sederhana ini. Endingnya mudah ditebak, pesan moralnya sederhana, alurnya berjalan lurus saja tanpa ada kelokan berarti. Kesederhanaan itu yang membuat saya senang membacanya, apalagi setelah melihat tahun ditulisnya cerpen ini: 2011-2013. Dua tahun untuk sebuah cerita yang bisa diangkat menjadi dongeng untuk anak.
5. Pengantar Tidur Panjang
Cerita yang sangat cocok diletakkan di akhir buku. Cerita yang manis dan menyayat, dan di sisi lain, kita merasa bahwa Eka tengah menuturkan ini dengan mulutnya sendiri di depan kita. Kedekatan yang diberikan oleh cerpen ini sangat...personal.
(Oh, oh, oh, dan ada satu cerpen lagi yang saya suka, berjudul "Cerita Batu". Mengapa saya suka? Karena tokohnya adalah sebongkah batu yang tidak bisa melakukan apa-apa. Dan menarik melihat Eka menggambarkan diamnya batu secara dinamis.)
Setelah saya melihat lima komentar di atas, kini saya tahu apa yang dibawa oleh Eka dalam kumpulan cerpen ini: dekonstruksi makna. Cerpen "Penafsir Kebahagiaan" secara tragis medekonstruksi makna 'tragis'. Cerpen "Membuat Senang Seekor Gajah" pun dengan ekstrimnya medekonstruksi makna 'menolong' dan 'kesenangan'. Cerpen "La Cage aux Folles" dengan segala kesakitan dan kebiadaban ceritanya medekonstruksi makna 'gender'. "Kapten Bebek Hijau" dengan sederhana dan usil medekonstruksi makna 'ingin' dan 'butuh'. Sementara cerpen terakhir, medekonstruksi sang penulis sendiri. -
Eka Kurniawan adalah seorang novelis yang saya kagumi, karena keberaniannya mengombinasikan unsur-unsur historis-politis, keseharian, absurdisme, dan realisme magis dalam pengisahannya. Ada kesegaran tersendiri membaca penceritaannya yang mampu menghadirkan senyum, kernyitan dahi, kagum merinding, namun juga miris dan sedih.
Saya merasa kematangan penulisannya nampak bila diakomodasi dalam ketebalan sebuah novel dan mungkin tidak akan terlalu maksimal dalam bentuk cerpen. Ini nampak dari pendapat saya soal kumpulan cerpen pertamanya, Corat-Coret di Toilet, yang penuh percikan menarik tapi terkadang terasa berhenti terlalu mendadak.
Opini itu agak berubah setelah membaca kumpulan cerpen kedua Eka Kurniawan yang pernah saya baca ini. Tetap karya panjang lebih cocok baginya, namun membaca 15 cerpen di sini, saya baru menyadari ternyata kegemilangan penuturannya mampu ditangkap dalam format tipis juga. Entahlah, mungkin karena pertumbuhannya sebagai penulis juga?
Bila kumpulan cerpen pertamanya dirilis di awal-awal karir kepenulisannya, yang ini dirilis setelah namanya mulai naik daun. Cerita-cerita di dalamnya juga lebih sedikit mengandung unsur historis-politis seperti Corat-Coret, tapi tetap tak kehilangan kritik terselubung dan sindiran-sindirannya yang mungkin akan membuat kita tersenyum kecil.
Eklektiknya Eka dalam memasukkan berbagai topik dan materi di ceritanya nampak di sini. Mulai dari segala yang berkaitan dengan seks & romansa (perselingkuhan, patah hati, transaksi seks), fabel dan kisah-kisah non-manusia yang punya perasaan & pergumulan (penasaran bila batu bisa merasa? Cek "Cerita Batu"), konflik mafia, sampai beberapa kisah yang mungkin bila dibaca akan terasa agak "sinting" tapi mengandung makna lebih mendalam (mau tahu cara gajah masuk kulkas? Baca "Membuat Senang Seekor Gajah", dan mau tahu bagaimana TTS bisa buat seseorang jadi sinting? Baca "Teka-Teki Silang")
Namun demikian, cerpen yang menjadi judul bukunya, "Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi", membuat saya nyaris meneteskan air mata saat selesai membacanya. Pikir saya, "sial, ternyata Eka bisa buat kisah romantis juga." Maka makin tersadarkanlah saya akan kemampuan Eka menulis dengan beragam tema, tentu dengan sentuhan liarnya yang khas.
170 halaman yang nikmat dibaca di waktu luang, untuk menghibur diri dari kepenatan sehari-hari. -
"Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi" adalah sebuah kumpulan cerpen dari Eka Kurniawan. Di dalamnya terdapat 15 cerita dengan beragam tema. Mulai dari kisah sehari-hari, surealis, hingga fabel.
Beberapa cerita favorit saya:
1. Cerita Batu
Kisah tentang sebuah batu yang ingin membalas dendam pada seorang pria yang menjadikannya pemberat mayat. Cerita surealis dengan akhir yang bikin gemas.Seperti semua batu di dunia, ia pendendam yang tabah. (hal. 87)
2. Setiap Anjing Boleh Berbahagia
Kisah tentang seorang istri yang sangat mencintai seekor anjing, tapi suaminya, yang benci dengan anjing, membuatnya tidak bisa memelihara hewan itu.
3. Kapten Bebek Hijau
Kisah tentang seekor anak bebek yang berubah jadi hijau. Kadang ingin memperoleh kembali apa yang sudah bukan milik kita hanya membawa kemalangan bagi diri sendiri.
4. Teka-Teki Silang
Kisah seorang wanita yang terobsesi pada teka-teki silang. Suatu hari dia menemukan sebuah TTS yang seolah mampu meramalkan masa depannya.
5. Pelajaraan Memelihara Burung Beo
Kisah seorang wanita yang memelihara burung beo sebagai pengganti anak-anaknya. Sebuah cerita dengan akhir yang membuat terenyuh.
Cerita-cerita Eka Kurniawan selalu menawarkan sesuatu yang menarik. Entah itu akhir ceritanya, tema yang diangkat, atau pesan yang ingin disampaikan. Sayangnya saya butuh waktu yang lama untuk merasa 'panas' dengan cerita-ceritanya. Baru di cerita ke-8 saya merasa bahwa cerita-cerita di buku ini terasa 'wah'.
Secara keseluruhan, ini perkenalan awal yang baik bagi saya dengan karya Eka Kurniawan. Cerita-ceritanya menarik dengan banyak hal yang menggelitik di dalamnya. -
Ironi. Saya merasa ironi adalah sebuah kata yang tepat untuk menjadi benang merah dan mewakili cerita-cerita pendek di buku ini. Ada ekspektasi dan harapan yang dibangun, kemudian datang kejutan dan ketidaksesuaian, selanjutnya (dan yang paling saya sukai), muncul humor kelam dibalik penerimaan dari kekecewaan. Rasanya formula semacam ini sangat mirip dengan hidup.
Eka Kurniawan selalu kaya akan ide. Karena ia adalah seorang monster buku yang bacaannya luar biasa, inspirasi ceritanya bisa datang dari mana-mana. Dan hal ini selalu membuat saya takjub.
Tidak hanya bermain-main dengan ide dan inspirasi, Eka Kurniawan juga gemar bereksperimen dengan teknik penulisan kreatif. Yang ini selalu membuat saya ternganga bahkan memaki di dalam hati saking kagumnya.
Favorit saya di buku ini adalah 'Cerita Batu' yang kritis dan banyak bertanya dan 'Setiap Anjing Boleh Berbahagia' yang bercerita dengan teknik sangat indah. Namun saya paling menikmati ketika membaca 'Pengantar Tidur Panjang', karena di sini saya merasa mendengar suara Eka Kurniawan sebagai Eka Kurniawan, tanpa embel-embel penulis jenius yang saya kagumi dengan teramat sangat.
Buku ke-28 tahun ini dan buku ke-21 di 2016 Reading Challenge: A Book that's Guaranteed to Bring You Joy (Well, it is Eka Kurniawan's. It will definitely bring joy to me) -
Soal GR challenge yg cuma 24 itu perkara saya pengen lebih santai saat baca. Buku Eka yg pertama buat saya ini sebenarnya bisa banget diselesaikan cepat tp saya memilih utk melamat-lamatkan dan menikmati hal lain.
Pendapat seorang awam utk kumpulan cerpen ini mungkin: Yah, kalo anak filsafat beda ya tulisannya. Itu saya setuju, lha wong saya juga awam. Dengan meriahnya Eka akhir2 ini, pengen bgt sebenarnya kasih 3 bintang saja. Tapi cerita "dalem" dgn diksi sederhana dan familier adalah teh cangkir saya.
Buku ini dibeli krn saya pgn mainstream baca Eka Kurniawan. Dan juga pengaruh judulnya yang cantik dan bikin baper. Hahahahahahaha.
Susah menentukan mana yg favorit, tapi pilihan saya mungkin di Gerimis yang Sederhana, Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi, La Cage aux Folles, dan Pengantar Tidur Panjang. -
Baca buku ini untuk ketiga kalinya. Saya membeli buku ini pada 2016 silam ketika nama Eka Kurniawan booming setelah ia masuk nominasi Man Booker International Prize. Ya, sebelumnya saya kurang begitu mengenalnya. Lantas, setelah saya membeli beberapa novelnya pada saat itu, kepikiran untuk mencoba menikmati kumpulan cerita pendeknya juga.
Di kumpulan cerita ini, Eka menampilkan tema-tema yang berbeda, seperti tragedi 1998, hubungan suami-istri, dan kisah menggunakan sudut pandang benda mati. Lalu, yang menjadi favorit saya adalah "Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi", "Penafsir Kebahagiaan", "Cerita Batu", "Kapten Bebek Hijau", dan "Pengantar Tidur Panjang". -
Pengalaman ketiga saya membaca karya Eka Kurniawan, setelah Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas dan Cantik Itu Luka. Meskipun dalam bentuk cerpen, kemampuan Eka untuk menarik saya ke dalam theater of mind yang ia miliki masih tetap menonjol dalam sebagian besar cerita.
Cerpen dalam kumcer ini pun mampu memberikan pengalaman membaca yang berbeda lewat tiap judulnya.
Ada cerpen yang menurut saya menarik untuk dibaca nyaring sebagai dongeng kepada anak kecil dalam judul Membuat Senang Seekor Gajah dan Kapten Bebek Hijau.
Ada cerpen yang berasal dari tema sederhana namun menghadirkan kompleksitas cerita di dalamnya, seperti 'Gincu ini Merah, Sayang,' Penafsir Kebahagiaan, dan Jangan Kencing di Sini.
Pun sebuah pengalaman membaca thriller dalam Teka-teki Silang. Oh ya, menempatkan Pengantar Tidur Panjang sebagai cerita pamungkas juga merupakan ide yang brilian.
Sebuah kumpulan cerpen yang layak disusun dalam rak buku yang mudah diraih, karena cerita-ceritanya menarik untuk dikunjungi berulang kali. -
Kumpulan cerita pendek penulis yang telah diterbitkan dalam pelbagai medium sebelum ini. Ada 16 cerita kesemuanya.
Kisah yang paling saya suka adalah Cerita Batu dan Kapten Bebek Hijau.
Dalam Cerita Batu, keinginan seketul batu membalas dendam berakhir dengan penyesalan. Kapten Bebek Hijau menceritakan perihal itik yang tidak dapat menerima keadaan dirinya. Keinginan untuk menukar diri sendiri agar sama seperti itik yang lain mengundang bahaya.
Pada saya cerita-cerita di dalam buku ini aneh, juga lucu. Namun, tetap ada pelajaran yang boleh diambil daripadanya.
Buku ini boleh dipinjam secara online dari Perpustakaan Nasional Indonesia.