Title | : | Corat Coret di Toilet |
Author | : | |
Rating | : | |
ISBN | : | - |
ISBN-10 | : | 0979958171210 |
Language | : | Indonesian |
Format Type | : | Paperback |
Number of Pages | : | 94 |
Publication | : | First published January 1, 2000 |
Corat Coret di Toilet Reviews
-
Eka Kurniawan memang bukan penulis sembarangan dan asal jadi. Cerpen maupun novel sama-sama keren. Novelnya Cantik Itu Luka sukses membuatku mabok, nggak kuat. Sedang cerpen-cerpennya menurutku punya gaya sendiri, ada lucu, ada satire, juga ada kejutan di akhirnya yang kadang kita nggak selesai tertawa.Aku masih ingat cerpen dengan judul Gerimis Yang Sederhana, CMIIW, dengan seting china town di USA, sepasang kekasih yang ingin melamar tetapi cincinnya justru ikut dikasihkan bersama receh untuk pengemis depan restoran. Benar-benar konyol dan lucu.
Finally, bisa baca Corat-coret di Toilet yang entah mengapa bertepatan dengan hari pemilu kali ini. Endorsement di sampul depan maupun belakang bikin merinding euuy! Eka meski bukan "banci" cerpen, yang saban pekan tampil di lembar sastra koran, tetapi diperhitungkan oleh banyak sastrawan dunia. Wow!
Cerpen pembuka Peter Pan justru lucu. Cerpen ini mengingatkanku kepada seseorang senior di organisasi kampus, yang akhirnya tidak bisa menyelesaikan kuliah karena ueforia peristiwa 98 yang sempat menggegerkan kampus UGM. Konon ABRI hingga masuk boulevard dan menjarah gelanggang (fyi: tempat aktivitas mahasiswa). Atau mungkin saja Eka Kurniawan sedang menceritakan pengalamannya itu, karena Eka Kurniawan alumni UGM dan aku merasa Eka Kurniawan pasti mengalami/menyaksikan peristiwa itu. Seorang aktivis mahasiswa, dinamakan Peter Pan, karena ia tidak mau lekas lulus dan ingin disebut anak kecil melulu. Tetapi akhirnya menghilang entah kemana. Masih ingat penculikan aktivis 98 kan? Yaps! Cerpen ini juga satire. Menyindir kediktatoran Soeharto. Coba tengok: Negara sudah di ambang bangkrut karena utang luar negeri dan sang diktator sudah terlalu lama berkuasa, menutup kesempatan kerja bagi yang mempunyai bakat kerja sebagai presiden. Atau Senyumnya yang sering muncul di televisi dan tercetak di uang kertas sudah mulai menyebalkan. Dan Penjahat besar paling keji bengis kotor dan bau neraka memang susah dikalahkan dan susah mati. Andai Eka Kurniawan menulis ini sebelum masa reformasi, tentu bakal AMANKEN!.
Lalu kisah Dongeng Sebelum Bercinta membawa aroma perlawanan dari sisi lain. Alamanda (mengingatkanku pada gang di Jalan gejayan, jangan-jangan gang kecil itu punya kenangan bagi Eka Kurniawan), melawan orang tuanya atas perjodohan. Akhirnya diamenikah dengan sepupunya sendiri, dengan syarat tidak akan berkelamin sebelum selesai mendengarkan dongeng Alice and Woderland. Pada bagian ini aku jadi teringat Kisah 1001 Malam, dan ternyata Eka menyitirnya di bagian-bagian akhir kau bukan Syahrazad yang pandai membual. Ternyata itu dilakukan Alamanda untuk menutupi ketidakperawanannya.
Eka Kurniawan juga asyik mengamati fenomena kakus. Meski di UGM sudah tidak ditemui kakus dipenuhi coretan, tetapi hal lumrah di tempat umum kakus dengan coretan macm-macam. Anehnya justru saling berbalas nulis komentar. Mulai dari reeformasi, ke revolusi, ke kencan, ke makian, ke PKI, dan endingnya yang menyindir para anggota dewan Aku tidak Percaya bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet karena dinding toilet mampu mendengarkan kelih-kesah mahasiswa diabnding anggota dewan yang takluk-mantuk sama pemimpin Era Soeharto.
Dari ketiganya Eka seperti bercanda dalam cerpennya. Meski hawa protes dan satire kerasa sampai ubun-ubun. Tetapi tetap ada kelucuan dan bikin perut sakit tak berhenti tertawa. Terlebih Teman Kencan, mengisahkan mahasiswa aktivis yang selepas reformasi merasakan kegagalan dalam hidup. Kuliah berntakan, jauh dari keluarga, dan ditinggal AYU, kekasihnya. Malam minggu dia ingin mencari teman kencan, telpon sana, telpon sini. Semua tidak mau, Akhirnya Ayu, kekasih lamanya, menawari main ke pondokan baru. Dan ternyata, justru si aktivis mahasiswa itu dipukul telak pakai gada Werkudara, si Ayu sudah menikah dan sedang hamil. WOW!!!! Haahaa pengen puk-puk si tokoh aku dan bilang: "Gadis manis bukan Ayu seorang!"
Rayuan Dusta untuk Marietje, berkisah tentang lelaki Belanda yang hijrah ke Hindia Belanda demi masa depan gemilang. Tetapi karena tanpa bekal ketrampilan dan kecerdasan, sekadar bualan bohong, si laki-laki hanya jadi penjaga rendah, Dan itu memisahkan dengan kekasihnya Marietje. Dengan rayuan gombal, dia berhasil membujuk kekasihnya hijrah juga ke Hindia Belanda. Ada beberapa pertanyaan, karena si tokoh aku yang seharusnya Belanda tulen menyebut beberapa istilah yang hanya disebut orang Indonesia, misal bujang lapuk dan menyebut kekasihnya sebagai wanita bule? Meski tidak menganggu. Mungkin ini pengIndonesian watak dan pola pikir orang Belanda.
Eka Kurniawan juga menyajikan perlawanan-perlawanan. Ini mengingatkan kita pada tulisan-tulisan Pramoedya, yang di semua tulisannya beraroma perlawanan kaum tertindas terhadap kaum yang menindas. Di cerpen Hikayat Si Orang Gila, yang berpusat pada tokoh si Orang Gila yang bernasib agak buruk, kelaparan dan akhirnya mati di tengah kisruh oleh prajurit (red:tentara). Mungkinkah ini berkorelasi dengan kasus pembersihan gepeng di berbagai kota besar?
Perlawanan dalam bentuk lain, yaitu perlawanan Si Cantik dalam cerpen Si Cantik Yang Tak Boleh Keluar Malam. Si Cantik memberontak karena dikekang oleh orang tuanya, tetapi justru perlawanan itu membawanya bernasib buruk. Hampir serupa dilakukan oleh penjual bunga yang terus saja mengirimi bunga kepada Kontrolir Henri, dalam Siapa Kirim Aku Bunga?. Si gadis penjual bunga melakukan teror bawah sadar kepada si Henri yang ternyata telah memenjarakan kedua orang tuanya. Bunga mawar merah sebagai lambang cinta dipergunakan untuk melakukan teror bahwa si Henri tidak pernah tersapu cinta. Yaa bengis dan kejam menutupi rasa lembut manusia.
Hal senada juga dilakukan untuk melakukan perlawanan terhadap kemajuan kota yang seperti dielu-elukan. Dalam Tertangkapnya si Bandit Kecil Pencuri Roti, kemajuan kota hanya diusik oleh si kecil yang mencuri roti. Apakah ini bukan perlambang yang menairk? Bagaimana mungkin kota dengan kemajuan gedung-gedung yang semakin menyentuh langit, tiba-tiba kacau oleh tingkah bocah cilik pencuri roti. Andai dikaitkan, apakah bandit kecil ini adalah tokoh-tokoh aktivis mahasiswa? Negara besar ternyata runtuh gara-gara "bandt-bandit kecil" yang bertebaran di kampus-kampus di negeri ini. HIDUP MAHASISWA!!!
Rasa sosialisme seperti pnya Pram, sangat kentara di Kisah dari Seorang Kawan. Penjual beras yang gigih bertahan dan rela dipenajra demi musnahnya kapitalisme. ahhh jadi ingat-ingat tulisan Pramoedya.
Tetapi Eka Kurniawan juga pandai bermelodramatik dalam cerpen Dewi Amor. TOkoh aku yang mencintai Laura ternyata hanya bertemu dengan kesialan dalam romantisme asmara. Laura memilih lelaki lain. Dunia serasa sebuah puisi dan aku diselubungi kata-kata penuh kerinduan(h.97).
Dan endingnya adalah Kandang Babi. Aku suka. Pertama cerpen ini bersetting kampus yang sepertinya aku kenal. Fakultas Peternakan UGM dan Filsafat. Kisah si aktivis mahasiswa yang tinggal di gudang yang disebut 'kandang babi'. Tetapi ternyata pihak kampus menutup gudang itu. akhirnya dia luntang-luntung.DI akhir, tkoh aku justru benar-benar memakai gudang itu sebagai kandang babi, karena ia mabok-mabok dan judi mirip babi di gudang itu. Jadi siapa yang babi?
AKU SUKA!!! Menunggu novel Eka Kurniawan yang akan lekas datang, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Covernya menarik!!!
SUNGKEM -
Sometimes when the author's name (and their international awards and recognitions) preceded their works you're yet to read, you tend to be cautious. I remember all the hypes and praises on certain authors, yet I only able to read one or two of their works. Then I gave up. But with Eka Kurniawan, I am sure I'll read all his works regardless.
***
Paling suka cerita Coret-coret di Toilet, dan paragraf ini dari cerita Peter Pan: "Ia berkata bahwa mencuri buku merupakan tindakan terkutuk, dan ia melakukannya dengan harapab bisa ditangkap sehingga ia akan tahu bahwa pemerintah memang mencintai buku dan benci para pencuri buku. Tapi dasar ia memang malang, ia tak juga ditangkap meskipun sudah ribuan buku ia curi." -
Beberapa cerpen dalam 'Corat-coret di Toilet' entah kenapa terasa begitu dekat. 'Teman Kencan' membawa saya membayangkan kembali gang-gang sempit nan membingunkan di Pogung. Dalam 'Kisah Seorang Kawan' saya terbayang suasana kantin gelanggang yang remang-remang. Pada 'Corat-coret di Toilet' terbayang suasana toilet FIB di Gedung Margono yang kalau sore lumayan berisik. Sementara yang paling epik, 'Kandang Babi' membuat saya membayangkan rumah B21 yang halamannya belum disapu beserta pohon-pohon perumahan dosen yang begitu rindang. Nostalgia di sana-sini!
Eka Kurniawan sendiri adalah seorang alumnus Filsafat UGM dan katanya pernah bergabung sebentar di Balairung ('Kandang Babi' sendiri sebelumnya diterbitkan di buku kumpulan cerpen Balairung). Sementara, cerpen-cerpen di dalam buku ini ditulis pada rentang tahun 1999-2002. Berarti barusan setelah Eka lulus dari Filsafat. Firasat saya, Eka mendapat banyak inspirasi melalui pengamatan tingkah laku rekan-rekannya semasa kuliah dulu hahaha. Tapi betulan, sewaktu masih kuliah dulu, sering sekali saya mendengar cerita-cerita kawan mengenai kelakuan rekan-rekannya yang nyeleneh bin ajaib. Berdasarkan pengalaman, biasanya yang aneh-aneh ini muasalnya dari Filsafat, FIB atau Fisipol hehe. Saya jadi teringat Jimi Multhazam yang kalau menulis lirik lagu sering terilhami celetukan-celetukan kawannya waktu ia masih kuliah di IKJ. Saat sudah mulai berkeluarga, Jimmi pernah bilang bahwa ia agak kesulitan menulis lirik karena sudah jarang bertemu spesies kawan-kawannya yang aneh. Begitulah. Masa-masa kuliah memang menarik dan berkesan. -
Tulisan di kumcer ini agak berbeza dengan tulisan Eka Kurniawan yang saya pernah baca sebelum ini. Barangkali gaya penulisannya di tahun-tahun awal santai-santai begini saja. Namun isu setiapnya bagus dan pelbagai-- sosial, politik, hal harian, masalah hidup, kriminal dan utamanya cinta. Bacaan ringan, dan saya masih suka juga-- komikal sekali.
Ending cereka hampir kesemua begitu mendatar dan bersahaja sehingga saya aduh... pak penulis ini terlalu jujur (ini komplimen ya!). Antara yang saya suka-- Rayuan Dusta untuk Marietje, Siapa Kirim Aku Bunga, Teman Kencan, Dewi Amor (paling gemar!), Kandang Babi, dan Corat-Coret di Toilet itu sendiri.
"Oh cinta, betapa ia bisa membuat orang melakukan apa saja, bahkan membuatnya gila sekali pun!" -
Wah, baguuus :D Aku suka hampir semua ceritanya. Gimana ya nyentil gitu deh satir asik (((gak cocok buat yang gampang nelen sesuatu bulet bulet tanpa dikunyah dulu))). Eheheheu♤
Seneng banget sama sesuatu yang berlatar belakang perang atau reformasi, ini semacam side storynya dari sudut pandang orang yang selama ini nggak terlalu berperan signifikan kayak serdadu, orang gila, mahasiswa abadi dan yang lain. Asik bangeeeeeet paling suka deh pokoknya. Meskipun gak greget greget amat.
Baru pertama ini baca pakai iJak, dan memang gak bisa lama-lama karena devicenya hape, jadi bikin mata belekan. -
tidak banyak penulis seperti eka kurniawan: lucu, segar dan tidak terbawa suasana melodramatik.
cerita-cerita di dalam buku ini dituturkan dengan gaya komikal, terutama dalam segi adegan. ide yang diangkat cukup beragam, dari kehidupan mahasiswa, kisah cinta hingga politik dan sosial, membuat buku ini cukup kaya dan tidak membosankan untuk dinikmati.
sayangnya, di sebagian besar cerpen, eksekusi ending yang eka buat kurang enak (emangnya kue :p) -
Anggapan saya selama ini ternyata salah. Tak kirain isi bukunya sama aja kayak yang di kumcer Gelak Sedih. Ternyata di buku ini ada tambahan dua cerpen yang tidak ada di dalam Gelak Sedih: Dewi Amor dan Kandang Babi.
Tulisan-tulisannya Eka Kurniawan memang re-read-able banget dah. Terutama kumcernya. -
3.8 ⭐
-
Buku ini memuat 12 judul cerpen yang ditulis selama periode tahun 1999-2000. Corat-coret di Toilet kali pertama terbit sekitar tahun 2000 oleh Yayasan Aksara Indonesia berisi sepuluh cerpen, kemudian diterbitkan ulang oleh Gramedia pada tahun 2014 dengan menambah dua cerpen lagi. Cerpen-cerpen tersebut adalah Peter Pan, Dongeng Sebelum Bercinta, Corat-Coret di Toilet, Teman Kencan, Rayuan Dusta untuk Marietje, Hikayat Si Orang Gila, Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam, Siapa Kirim Aku Bunga?, Tertangkapnya Si Bandit Kecil Pencuri Roti, Kisah dari Seorang Kawan, Dewi Amor, serta Kandang Babi. Hampir semua cerpen saya suka. Favorit saya adalah tiga cerpen pertama—Peter Pan, Dongeng Sebelum Bercinta, serta Corat-Coret di Toilet.
Saya kali pertama bertemu dengan Eka Kurniawan sekitar Juni 2014. Saat itu saya menjadi volunteer dalam Makassar International Writers Festival (MIWF) di mana Eka Kurniawan sebagai salah satu partisipan dalam festival tersebut. Saat itu saya mengurusi dua program yang dibawakan Eka—salah satunya adalah launching buku Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas. Saat meminta tanda tangan untuk buku Cantik Itu Luka—buku Eka Kurniawan yang saya baca kali pertama dan langsung membuat saya jatuh cinta dengan tulisan-tulisannya—saya sempat bertanya padanya, “Apa sih isi kepala Mas Eka? Sehari-hari makan apa, Mas?” dan dia hanya menjawab dengan senyum sambil menandatangani buku. Kami akhirnya bertemu kembali saat MIWF 2016 dan lagi-lagi saya mengurusi program-program yang ia bawakan—termasuk launching buku O.
Saat membaca kumpulan cerpen Corat-Coret di Toilet, saya merasa cerpen-cerpen yang ditulis Eka sangat dekat dengan kita. Apa yang ditulis adalah gambaran apa yang pernah terjadi di negeri ini (dalam Peter Pan dan Rayuan Cinta Marietje, misalnya), apa yang terjadi pada masyarakat kita (dalam Dongeng Sebelum Bercinta, Corat-Coret di Toilet, atau Kandang Babi, misalnya). Pembaca akan jarang menemukan cerita yang berakhir bahagia. Meskipun begitu, justru kisah-kisah yang dipaparkan terasa sangat nyata. Cerita-cerita penuh kritikan dan sindiran, satire, serta menggali isu-isu lain dari sudut pandang berbeda.
Karya-karya Eka Kurniawan--sejauh yang sudah saya baca--belum pernah mengecewakan.
Baca ulasan lengkap saya di
https://perpustakaandhila.wordpress.c... -
"Lebih baik kita perang karena alasan yang lebih logis. Yakni karena pemerintah tak menangkapku, si pencuri buku perpustakaan." ~ Peter Pan.
"Culiklah aku, Sayang, dan kita akan kawin lari ...." ~ Dongeng Sebelum Bercinta.
"Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet" ~ Corat-coret di Toilet.
"Malam mingguku masih punya harapan untuk menjadi meriah. Apalagi membayangkan Ayu bisa menjadi kekasihku lagi. Sumpah, kalau itu terjadi, akan kupasrahkan seluruh cintaku kepadanya. Aku jadi bergairah, bahkan berahi, ..." ~ Teman Kencan.
"Tapi aku suka, dan jatuh cinta kepadanya. Matanya itu lho, genitnya minta ampun. Ia suka melirik aku sekali-kali." ~ Rayuan Dusta untuk Marietje.
"Tanpa makan berhari-hari dan kemudian demam, Si Orang Gila akhirnya mati di situ. Terkapar tak bernyawa." ~ Hikayat Si Orang Gila.
"..., dan semua orang tahu jatuh cinta sering kali membuat orang menderita. Cinta membuat orang begitu tolol, dungu dan bodoh. Tapi kadang cinta membuat seseorang juga menjadi pemberani." ~ Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam.
"Bunga itu lambang cinta, dan kau manusia yang kering akan cinta. Sudah selayaknya kau peroleh banyak-banyak bunga " ~ Siapa Kirim Aku Bunga?
"Bapak polisi, antarkan aku kepada ibuku. Aku ingin punya ibu sendiri yang akan membawaku pergi ke pasar malam. Aku ingin punya ibu sendiri yang akan memberiku rumah. Aku juga ingin punya ibu sendiri yang akan memberiku uang untuk membeli roti sehingga aku tak perlu mencurinya ..." ~ Tertangkapnya Si Bandit Kecil Pencuri Roti.
"Aku sudah yakin dari dulu, kapitalisme tak memiliki sisi kemanusiaan sama sekali. Kalau ada orang berkata kapitalisme telah jadi humanis, ia tak kenal kapitalisme dengan sungguh-sungguh." ~ Kisah dari Seorang Kawan.
"Oh cinta, betapa ia bisa membuat orang melakukan apa saja, bahkan membuatnya gila sekali pun!" ~ Dewi Amor.
"Kalau di hari perkawinan calon suamimu minggat, aku tak keberatan jadi pengganti." ~ Kandang Babi. -
"Itu cinta pertamanya, dan semua orang tahu jatuh cinta seringkali membuat orang menderita. Cinta membuat orang begitu tolol, dungu, dan bodoh. Tapi kadang cinta membuat seseorang juga menjadi pemberani." (Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam)
Baca ulang setelah lima tahun. Semua cerpen tetap menarik dibaca. Kali ini dari dua belas cuma empat cerpen yang paling saya suka: Peter Pan, Dongeng Sebelum Bercinta, Corat-Coret di Toilet, dan Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam. ❤️
"Tapi apa pun yang terjadi, ia akhirnya jadi istrinya. Ia ternyata bukan gadis kuat yang mampu memberontak terhadap kutukan indah si ayah." (Dongeng Sebelum Bercinta) -
3.5/5 Stars
Kumpulan cerita pendek yang berisi 12 kisah. Yang paling favorit Corat-coret di Toilet dan Siapa Kirim Aku Bunga?
Sejak baca
Lelaki Harimau saya jadi tertarik dengan buku-buku Eka Kurniawan yang lain. Sudah punya
Cantik itu Luka dan
O yang siap untuk dibaca :D -
Terbiasa baca tulisan Eka dalam bentuk novel, baca kumcer rasanya nanggung. Konfliknya terkesan datar. Eksekusinya kelewat cepat. Siapa Kirim Aku Bunga? yang paling keren di antara tulisan lainnya. Menurutku, sih.
-
saya pribadi lebih suka Eka kurniawan sebagai seorang penulis novel ketimbang cerpen. not really my cup of tea, but still i have some of my fav : 'terungkapnya si bandit kecil pencuri roti' dan 'kisah dari seorang kawan'. still a goo read tho!
-
Eka Kurniawan tetap hadir dengan keunikan yang selalu membuat pembacanya jatuh cinta. Suka!
-
"Oh cinta, betapa ia bisa membuat orang melakukan apa saja, bahkan membuatnya gila sekalipun." Kutipan itu menjadi kalimat penutup dari cerpen "Dewi Amor" dalam antologi ini. Itu bukan cerita yang paling berkesan, hanya saja kata-kata itu agak mengingatkan dengan kutipan dari salah, satu penyair Spanyol, Pedro Calderon: "If it's not mad, then it's not love". Untuk kedua ucapan itu, saya memang cukup sepakat.
Namun sebenarnya, kumpulan cerpen ini tidak kebanyakan bercerita tentang hubungan asmara belaka. Lebih kompleks, Eka Kurniawan tetap dengan menjunjung nilai idealisme yang kerap ditampilkan di beberapa tulisannya. Apalagi yang menjadi judul antologi ini, "Corat-coret di Toilet". Dikatakan jika karakternya jauh lebih percaya menyalurkan aspirasinya lewat dinding toilet, ketimbang menyimpan asa ke wakil rakyat di parlemen. Kritik di awal dekade 2000 ini memang masih cukup bisa dirasakan hingga sekarang.
Lalu, beberapa kisah juga berlatar masa penjajagan Belanda di Indonesia. Menariknya ialah Eka memberikan perspektif baru dari mata pemuda Belanda. Tentang "Rayuan Dusta Untuk Marietje", siapa sangka jikalau salah satu motivasi kompeni dulu untuk menaklukkan tanah Indonesia bukan sekadar Gold, Glory, Gospel belaka; tetapi GIRL! Another mindblowing fiction!
Alegori terhadap rezim pemerintahan juga tak luput dari perhatian Eka di buku ini. "Peterpan" dengan satire penghilangan paksa aktivis, "Hikayat Si Orang Gila" yang menggambarkan sikap acuh tak acuh militer terhadap kesejahteraan kaum marjinal, "Kisah dari Seorang Kawan" dengan narasi ketimpangan sistem kapitalis, serta "Kandang Babi" berupa perjuangan mahasiswa abadi mempertahankan kediamannya di kampus.
Cerita yang singkat-singkat ini bisa dibaca dalam sekali duduk. Namun, secara personal tidak begitu memberikan kesan mendalam seperti membaca tulisan Eka yang lain, let's say... Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas atau Cantik Iti Luka. Atau, jika ingin perbadingan apple-to-apple dengan antologinya yang lain, Perempuan Patah Hati yang Menemukan Kembali Cintanya Melalui Mimpi pun, ceritanya masih lumayan saja. Barangkali karena periode penggarapannya yang sudah relatif lama, ya meskipun sebenarnya memang masih cukup relevan! -
Peter Pan, Dongeng Sebelum Bercinta, Teman Kencan, Rayuan Dusta Untuk Marietje, Hikayat si Orang Gila, Si Cantik Yang Tak Boleh Keluar Malam, Siapa Kirim Aku Bunga, Tertangkapnya si Bandit Kecil Pencuri Roti, Kisah Dari Seorang Kawan, Dewi Amor, Kandang Babi. satu..dua..tiga..dua belas yup ada dua belas kumcer karya Eka Kurniawan. Paling suka yang seniman pada ngilang dijaman pemerintahan si anu yang awet usia alias gak mati-mati apa ya judulnya Hikayat si Orang Gila kalo gak salah...satire ringan tapi ngena kayak judul buku itu sendiri Corat Coret di Toilet yang menggambarkan suara2 mahasiswa yang sedang buang hajat sambil berkicau menuliskan tentang ini itu dan sahut2an saling timpal komentar kira2 kalo dijaman sekarang ya sosial media ala toilet. Kalo baca kumcer saya berasa wusssss..wayoo sudah end of the story, it was like did you get the message? begitulah kira2
-
Kumpulan cerita pendek karya Eka Kurniawan ini merupakan salah satu buku yang membuat saya sulit untuk tidak membalikkan halaman. Tema-tema yang diangkat begitu dekat dengan keseharian kita, bahkan salah satu kisah yang berlatar tahun 1800an pun tidak terasa berjarak dengan saya sebagai pembaca di era 2000.
Dari segi penggunaan bahasa dan kata, penulis mampu mengemasnya dengan amat apik, tanpa dibuat-buat. Kadang mengundang gelak tawa, kadang pula mengundang iba pun keprihatinan.
Cukup sulit bagi saya untuk menentukan karya mana yang paling saya sukai. Jika saya boleh memilih, maka tiga karya yang paling saya sukai berjudul Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam, Kandang Babi, dan Siapa Kirim Aku Bunga?
Bravo Eka Kurniawan! -
Solid 4.0
Kumpulan cerpen yang mengkritik banyak hal. Mayoritas punya latar 90an hingga awal 2000an.
Totalnya ada 12 cerpen dengan berbagai tema. Mayoritas drama keseharian. Full metafora. Menggamparkan suatu peristiwa yang pernah terjadi dengan perandaian yang lebih dalam.
Cerpen favorit:
1. Corat-coret di Toilet
2. Hikayat Si Orang Gila
3. Tertangkapnya Si Bandit Kecil Pencuri Roti
4. Siapa Kirim Aku Bunga?
5. Kisah dari Seorang Kawan
Gua suka kelima cerpen tersebut karna ada unsur thriller dan misterinya. Subjektif deh jadinya. Cerpen yang lain bagus, seru dan menyenangkan untuk dibaca. -
Bagi saya yang baru kali ini berkenalan dengan tulisan karya Eka, sepertinya ini buku yang wajib dibaca bagi pemula kayak saya ini. Pertama, karena ini merupakan kumpulan cerpen yang tidak begitu tebal, sehingga bisa mencegah pembaca buku Eka untuk pertama kali dari kebosanan dan bisa menimbang untuk lanjut atau tidak.
Kedua, gaya bercerita Eka ini enak, ringan dan renyah. Cerita mengalir dengan baik dengan bahasa yang cukup enak untuk diikuti. Dan tentunya, Ketiga, berisi cerita-cerita yang memiliki keunikan dan keanehan di dalamnya, namun tetap seru untuk diikuti. -
Ketika ditanya untuk apa Eka membuat Corat-Coret di Toilet, dengan kurangajarnya ia menjawab "Dulu memang saya ingin sok keren aja." Entah dulu ia menulis karena bosan luntang-lantung setelah kelulusannya atau memang sudah merencanakannya sejak lama, saya tak bisa mengelak bahwa cerpen-cerpen dengan tokoh bengisnya itu membuat saya berangan-angan meninggalkan waktu sekarang. Masa bodoh dengan kondisi yang kian makmur. Saya justru ingin menukarnya dengan antrian di telepon umum, menulis surat cinta, dan segala tetek bengeknya yang jauh dari kecanggihan teknologi yang semakin hari membuat kemanusiaan semakin terasa hambar.
-
Cerita terfavorit adalah cerita corat-coret di Toliet. Memang benar buku ini banyak mengkisahkan tentang kejadian-kejadian di jaman Order Baru. Lengsernya Soekarno. Tetapi dalam buku ini justru lebih menggambarkan, bagaimana kondisi masyarakat yang sebenarnya waktu itu. Cerita sederhana dan pendek tentang realitas sehari-hari dicampur dengan kandungan politik masa itu. Dua sisi melihat suatu kondisi.
-
Kumcer yg mengejutkan karena terasa biasa-biasa saja. Khususnya bagi sekelas Eka.
Terbit perdana pada 2000, bisa dipahami dan cukup terlihat Eka blm mewah sebagai seorang sastrawan.
Ada tiga cerpen yg bagus:
1) Corat-Coret di Toilet
2) Dongeng Sebelum Bercinta
3) Teman Kencan
sisanya, rasanya saya bisa bikin cerpen yg menyaingi. -
Sejarah memang selalu tak pernah buat bosan untuk dijadikan sebagai bahan sastra. Melalui karya Corat Coret di Toilet, Mas Eka Kurniawan meninggalkan jejak-jekak sejarah yg menarik nan asik untuk ditulusuri. Balutan satire komedi menambah nilai plus untuk karya yg satu ini.
-
Buku ini merupakan antologi cerpen terawal Eka Kurniawan yang diterbitkan sekitar tahun 1999-2000. Karya-karyanya dibumbun oleh unsur-unsur lucu dan satira. Barangkali kerana faktor dan kesan politik di Indonesia selepas reformasi. Saya paling meminati cerpen berjudul Peter Pan.
-
Sederhana, namun tetap membangkitkan rasa ingin tahu yang jujur dan memikat.
-
Sederhana tapi relate.
-
ngga meninggalkan kesan yang sama saat aku baca buku kumcer-nya yang lain