Title | : | Dunia Di Dalam Mata |
Author | : | |
Rating | : | |
ISBN | : | - |
ISBN-10 | : | 9786029536058 |
Language | : | Indonesian |
Format Type | : | Paperback |
Number of Pages | : | 282 |
Publication | : | First published March 1, 2013 |
Selain cerita pendek berjudul Dunia di Dalam Mata, di dalam buku ini ada 22 judul cerita pendek lainnya dari 18 penulis terseleksi dan 4 moderator @fiksimini: Agus Noor, Clara Ng, Eka Kurniawan, dan M. Aan Mansyur. Mengisahkan beragam tema dengan gaya penulisan yang berbeda.
Dunia Di Dalam Mata Reviews
-
Ini kumcer kampret.
Bener-bener kampret.
Bahasanya parah, pecah abis.
Maksud dan tulisannya juga ngena banget, mostly, saya suka banget sama cerpen 'Baron'. Dapet banget suspensenya.
Sebenernya cuma mau ngasih 3 bintang karena ada beberapa cerpen yang menurut saya kurang dan memakai kosakata yang berlebihan namun malah memberikan kesan sulit dibaca.
Tapi, 1 bintang lagi buat fiksimininya. Gokil.
The best fiksimini:
Percakapan di sebuah cafe galaksi.
"Cintaku jauh sekali.
"Di Mars?"
"Bukan. Di masa lalu." -
425 - 2013
Berharap next time ada yang isinya fiksimini semua. -
[Book Review] Dunia di Dalam Mata
Judul Buku : Dunia di Dalam Mata
Penulis : Agus Noor, M. Aan Mansyur, Eka Kurniawan, Clara Ng, Chi Eru, Ria Soraya, dll
Editor : Khrisna Pabichara
Penerbit : Motion Publishing (@katabergerak)
Cetakan : I – Maret 2013
Jumlah Halaman : x + 282 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Kategori : Fiksi
ISBN : 978-602-95360-5-8
Sebagai penikmat fiksi, kalian pasti tahu apa itu akun @fiksimini? Setelah memasuki tahun ketiga pada 2012, akun yang digagas oleh Agus Noor, Clara Ng, dan Eka Kurniawan ini mengadakan kontes cerpen yang bekerja sama dengan penerbit @katabergerak. Hasilnya? Sungguh menggagumkan! Buku kumcer yang kemudian diberi judul Dunia di Dalam Mata ini berisi 22 cerpen dari 18 penulis terseleksi dan 4 moderator @fiksimini (Agus Noor, Eka Kurniawan, Aan Mansyur, dan Clara Eng). Tidak hanya cerpen, buku ini juga menyajikan kumpulan fiksimini yang ditulis oleh Agus Noor dan juga fiksimini-fiksimini terbaik dari 2010 hingga 2012, salah satunya yang ditulis oleh penulis skenario sutradara terkenal, Salman Aristo.
Tema: Di dalam buku ini tidak ada tema besar yang diusung. Para kontributor dan penulis terseleksi bebas berkspresi cerita apa saja yang ingin mereka tulis.
Desain sampul dan ilustrasi: Desain sampul dan ilustrasi ini digambar oleh Ellena Ekarahendy. Desain sampulnya sederhana, hanya sesosok kepala manusia dengan garis-garis sebuah gambar mata lalu nama-nama kontributor buku ini. Sementara ilustrasinya-ilustrasinya cukup menarik, ditempatkan sebagai pembatas antara kumcer, fiksimini Agus Noor, kumpulan fiksimini terbaik tahun 2010, 2011, dan 2012.
Layout: Untuk layout kumcernya terlihat kaku dan monoton karena hanya judul, isi cerpen, dan biodata penulis. Tulisan-tulisan dalam kumcer ini font-nya kecil sehingga para pembaca menjadi jenuh melihatnya. Sedangkan untuk kumpulan fiksimininya font sudah agak besar dan 1 halaman hanya diisi beberapa fiksimini sehingga para pembaca nyaman membacanya.
Cerpen: Overall menurutku cerpen-cerpen yang ada di buku sangat menakjubkan. Bagi aku yang baru belajar menulis cerpen, buku ini sangat recommended karena banyak teknik-teknik menulis yang bisa dipelajari baik dari para penulis senior maupun penulis terseleksi (yang rata-rata bisa terbilang pemula).
Well, nggak semua cerpen di bahas di sini, ada beberapa saja yang menurutku sangat bagus (meski hampir 90% bagus sih), di antaranya:
1. Nyonya Fallecia karya Agus Noor
“... Suami saya suka sekali kucing. Bagi saya, kucing-kucing ini seperti menghubungkan cinta saya dengan suami saya yang sudah mati...”
Apakah Nyonya Fallecia benar-benar seorang tenung atau memiliki ilmu gaib? Apakah benar seperti kata orang bahwa Nyonya Fallecia adalah tukang kawin dan semua suaminya mati?
Agus Noor dalam cerpen ini memainkan genre surrealis yang sering dilakukannya. Cerpen ini mudah dicerna dan membuat pembaca penasaran, siapakah Nyonya Fellecia itu?
2. Kupu-Kupu karya Dian Meilinda
“Jika rumah itu sedemikian memikatnya di mata manusia, tak demikian bagi para serangga, terutama kupu-kupu. Seakan memancarkan aura yang misterius, tak sekali pun aku melihat kupu-kupu cantik terbang melewati pagar rumah itu.”
Apakah sesuatu yang tampak indah dari luar, begitu juga di dalamnya? Apakah keindahan tersebut hanya sebuah jebakan yang menjerat?
Cerpen yang ditulis seorang mahasiswi STAN ini memiliki ending yang tidak tertebak, keren.
3. Dunia di Dalam Mata karya Ria Soraya
“Dulu, semasa hidup, neneknya pernah bercerita bahwa setiap manusia mempunyai dunia di dalam matanya. Dunia yang akan terus bergerak, meski kita kadang-kadang menginginkan tempat itu diam.”
Cerpen ini bercerita tentang seseorang yang mampu melihat sebuah dunia yang sangat indah dari matanya saat ia duduk di sebuah cermin. Tetapi mengapa mata ibunya tidak memiliki dunia indah tersebut dan justru terlihat kelam?
Ria Soraya —yang juga merupakan salah satu kontributor kumcer Semesta Rasa (2013) di mana cerpen aku dan Feti ada di buku tersebut— berhasil membuat cerpen ini sangat menarik untuk diikuti.
4. Riwayat Tiga Codet karya M Aan Mansyur
“Sebelum tidur dan memimpikan kamu, aku ingin menulis cerita. Cerita ini lebih banyak potongan ingatan, meski ada sedikit terselip harapan.”
Dimulai dengan pengertian kata ‘codet’ menurut KBBI, cerpen ini mengisahkan rahasia besar tokoh ‘aku’ tentang sejarah aku dan dua temannya sehingga bisa memiliki codet di wajahnya. Rahasia tersebut sengaja diungkapkan oleh aku kepada calon istrinya agar tak ada lagi yang disembunyikan.
5. Baron karya Chi Eru
“Dia Baron. Sang Penjagal.”
Ini adalah kisah seorang Riska yang harus ditahan karena dituduh membunuh mitra bisnisnya, Tuan Handoko.
Chi Eru yang gara-gara buku ini aku difollow oleh dirinya, heee, berhasil membuatku menerka-nerka siapa sosok Baron tersebut? Hmm..
6. Temui Aku di Busan
“Masih tanpa memandang ke arahku, Donna mengangguk pelan. Ini mungkin berat mengingat bahwa menolak David seperti melepas kemudian membuang David dari permasalahan yang bagiku dialah penyebabnya.”
Cerpen ini mengisahkan seorang kakak yang mesti rela untuk terbang ke Busan, Korea Selatan, demi adiknya. Misi sang kakak hanya satu: meminta pertanggungjawaban kekasih adiknya, David, yang telah hamil di luar nikah. Namun, di luar dugaan sang kakak bertemu dengan mantan kekasihnya sendiri yang telah menikah dengan David.
Cerpen ini sebenarnya seperti kalian membaca metro-pop. Namun entah mengapa aku suka cerpen ini, mungkin karena endingnya yang bagus.
7. Cinta, Rumit Sekali karya Fitrawan Umar
“Sekali lagi, manusia memang rumit dan paling senang merumitkan sesuatu.”
Seberapa hebatkah cintamu kepada pasanganmu? Begitu hebatnya sehingga kamu begitu benar-benar terpukul dan tak bisa menerima saat harus kehilangannya? Seberapa mampukah kamu menerima sebuah cinta yang sebenarnya kau tahu cinta itu bukan untukmu –yaa meski kau sangat mencintainya?
Fitrawan Umar menulis cerita ini dari sudut pandang Kelelawar. Ya, Fitrawan menempatkan seekor kelelawar sebagai pencerita. Seekor kelelawar yang menjadi tempat curhat si tokoh lelaki, dan bahkan si lelaki menyangka kelelawar itu adalah kekasihnya yang telah mati yang menjelma menjadi binatang malam itu.
8. Penggali Kubur karya Eka Kurniawan
“Suatu pagi, Si Penggali Kubur menemukan nasi goreng hangat dengan telur ceplok di lantai, di pinggir kasur. Kuning telur itu mirip mata seseorang. Ketika ia menoleh, ia melihat boneka itu duduk di kursi, matanya bolong satu ...”
Ini adalah kisah tentang seorang penggali kubur yang hijrah ke Jakarta namun tak kunjung mendapatkan pekerjaan hingga akhirnya dia menemukan sesosok mayat di seberang kantor BCA Pondok Indah...
Ini cerpen yang berbeda dari 21 cerpen lainnya karena merupakan kumpulan twitter di akun @EkaKurniawan, yang sekarang tidak lagi aktif. Ada perbaikan ejaan dan kalimat yang sedikit berbeda dengan versi twitter.
Fiksi Mini: Kumpulan Fiksi Mini baik yang ditulis oleh Agus Noor maupun para follower @fiksimini yang ada di buku ini, bagus-bagus, memiliki twist yang sangat menohok dan menarik. Ada satu fiksi mini yang membuatku menggelitik:
MENCARI PRESIDEN DALAM TUMPUKAN JERAMI
“Ketemu?”
“Tidak. Ini, hanya ada janji-janjinya saja.”
06-10-2012 @penenun_kata
Well, overall buku ini aku beri rating 4 dari 5 bintang. -
beberapa cerpen di buku ini punya kualitas bagus. mengejutkan, melihat para penulisnya terbilang pemula dan lebih banyak menulis di blog. beberapa lainnya memang nama-nama yang kita sudah pernah dengar, berseliweran di media cetak seperti Agus Noor.
dan.. ehem.. ada beberapa fiksiminiku di buku ini. so, yeah..
it's a good book :D -
Seandainya tidak ada kekurangan kecil di sana-sini, saya kasih bintang lima :)
-
Ada beberapa cerpen yang saya suka, ada yang saya nggak ngerti, ada juga (beberapa) yang (menurut saya) berusaha terlalu keras untuk terlihat 'nyastra'.
-
"Kabar dari Negeri Jamur", sayembara yang diadakan oleh komunitas Fiksimini di akhir tahun lalu, bermuara pada buku ini, "Dunia di Dalam Mata". Cerita pendek pilihan, ditambahkan dengan cerita pendek milik para moderator fiksimini, juga kumpulan fiksimini yang terpilih dihimpun dalam satu sampul.
Saya menaruh perhatian besar pada buku ini sejak awal. Nama-nama penulisnya menjanjikan, bagi saya. Bahkan beberapa penulis menjadi favorit saya. Dan saya (seringkali) mendapatkan impresi lebih dari sebuah kumpulan cerita pendek.
Beginilah saya memulai perjalanan 'penuh ledakan' saya :
- "Nyonya Fallacia" - Agus Noor
Seperti halnya "Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia" dan "Bapak Presiden yang Terhormat" yang saya baca sebelumnya, seusai menikmatinya, otak saya langsung otomatis mengatakan, "terasa sangat Agus Noor". Nampak mudah ditelan, namun menarik pembaca untuk menguak akhirnya yang berkesan surealisme.
- "Kupu-kupu" - Dian Meilinda
Saya sempat terkejut sejenak dengan kisah ini. Karena 'setipe' dengan "Nyonya Fallacia". Sama-sama membawa objek sebuah rumah misterius, dan ending yang nyaris serupa. Saya cukup heran mengapa justru kisah dengan plot 'setipe' ini justru disandingkan.
- "Dunia di Dalam Mata" - Ria Soraya
Saya sempat membaca, bahwa cerpen ini diambil sebagai judul buku karena sifatnya yang 'sangat fiksimini'. Saya setuju dengan itu. Dunia di Dalam Mata cukup besar memberi impresi dan imajinasi. Termasuk salah satu favorit saya.
- "Siluman dan Mata rembulan" - Adellia Rosa
Sangat mengejutkan di ending, namun bukan tipe cerita yang saya suka nikmati. Namun cara penulisnya menyimpan kejutan, memasukkan kejutan ke kisah besar manusia, patut diparesiasi.
- "Sumbing" - Nadia Sarah Adzani
Lebih membumi dan menarik rasa iba saya kepada si Sumbing.
- "Riwayat Tiga Codet" - M. Aan Mansyur
Saya mungkin lebih cinta dengan "Di tempatmu berbaring sekarang", kisah-kisah lain dalam 'Kukila', juga esai-esai penulis.
- "Perempuan Rantau " - Faisal Oddang
Otentik dan mengingatkan saya pada "Gadis Pakarena" - Khrisna Pabichara. Saya akan lebih nyaman dengan catatan kaki, mungkin.
- "Peri Bermata Biru" - Anggun Prameswari
Terasa penuh intrik. Kisah ini membawa kekelaman, namun manis dalam kemasan. Jangan sepenuhnya percaya peri. Barangkali, ia iblis.
- "Baron" - Chi Eru
Bermain dengan 'aku' dan 'waktu'.
- "Nasar dan Embun Pagi" - Erka Matari
Liar dan mengangkat kejiwaan.
- "Semangkuk Sup Hari Itu" - Nastiti Denny
Mengungkap trauma terhadap tragedi sejarah. Kisah yang mengangkat sejarah ini selalu punya peluang untuk mengorek pedih dan membangkitkan nyala api yang menyulut kecam. Penulis berhasil melakukannya.
- "Koma" - Liza Samakoen
penuh pertanyaan, kritik dan paradoks? :)
- "Temui Dia di Busan" - Andi Wirambara
Kisah yang ini cukup membuat saya terkejut. Penulis berani berbeda dengan mengangkat setting Korea. Di antara cerpen-cerpen lainnya, kisah ini terasa 'sangat anak muda'.
- "Bunga Kapas Pecah Terbang Dibawa Angin" - Clara Ng
Kisah ini jadi nomor satu dalam daftar favorit saya. Plot yang sederhana tak membuatnya membosankan. Penulis sangat ahli dalam menghias ide. Kesan saya seperti melihat hebatnya seorang pendaur ulang yang mampu menyajikan barang baru dengan nilai lebih tinggi. Indah untuk dinikmati.
- "Berbaring di Balkon" - Raditya Nugie
Jika kejutan kecilnya ditambah hingga menjadi kejutan besar, kisah ini, saya rasa, akan lebih impresif.
- "Cinta, Rumit Sekali" - Fitrawan Umar
Pernikahan Bugis dan kelelawar? :)
- "Laki-laki yang Memancarkan Cahaya Dari Matanya" - Andi Gunawan
Herannya, saya sudah mampu menebak dari judulnya, ke mana cerita ini akan dibawa.
- "Tiga Sudut Hujan Pada Suatu Malam" - Disa Tannos
Saya serasa disajikan sebuah cupcake dengan coklat sebagai toppingnya. Tapi nyatanya saya menaruh perhatian lebih besar pada meises di atas topping coklat itu. Saya asyik mengunyahnya, dan menikmati sensasi renyah pada permukaannya. Asyiknya hal-hal kecil yang disajikan manis. Saya juga serasa sedang duduk di ayunan yang menghadap pemandangan pegunungan di depan. Pernik itu yang membuat kisah ini menampilkan keindahannya. Di akhir, saya tersenyum dan mengatakan "cupcake ini enak!"
- "Mati" - Idawati Zhang
Ini juga jadi favorit saya. Tak mudah menjadi diingat di antara kisah-kisah yang juga meledak. Tapi kisah ini meledak dengan hanya disulut sekali. Kemudian serpihannya menempel lekat di dinding kepala.
- "Hajrah, Langkahi Jenazah Suamimu" - Emil Amir
Semua manusia tak pernah absolut berada pada 'hitam' atau 'putih'. Pertanyaannya, seberapa banyak kadar masing-masing dalam diri? :)
- "Wabah Rasa Takut" - Dedy Tri Riyadi
Religius dan mempertanyakan ke-Tuhanan. Ingatan juga membawa saya pada "Dodolitdodolitdodolibret" yang ditulis SGA.
- "Peta Kematian" - Nadia Sarah Adzani
Hati-hati dengan seseorang bernama Izrail!
- "Penggali Kubur" - Eka Kurniawan
Selain "Dunia di Dalam Mata" kisah ini juga sangat "fiksimini". Penyampaiannya yang pendek-pendek, menutup rangkaian kumpulan cerpen dengan pas.
Fiksimini-fiksimini pilihan yang ditampilkan di bagian belakang menjadi karpet merah penuh petasan yang saya injak. Mengantar saya pulang dari dunia di mana cerita memiliki kemampuan untuk selalu memberi kejutan.
@nabilabudayana -
Cerpen dalam antologi ini sungguh keren-keren. Terutama diksi yang digunakan, saya begitu suka. Cerpen yang saya sukai dalam antologi ini ialah Bunga Kapas Pecah Terbang Dibawa Angin, Kupu-Kupu, dan Dunia di Dalam Mata.
Keren .... -
rasanya seperti jatuh cinta lagi, ahaha
-
Membaca ulang buku ini lagi. Sempat terlibat diskusi kecil dengan dua orang sobat. Yang satu menyukai yang diakhiri '...apa dia menikmatinya atau tidak.' (Hajrah, Langkahi Mayat Suamimu). Yang satu lagi penasaran dengan yang membawa konten lokal (salah satunya karangan Faisal Oddang, dan yang lain berhubungan dengan kotoran kelelawar).
Saya pribadi susah lupa sama Kisah Tiga Codet karya M. Aan Mansyur karena pernah mencantumkan sebaris awal paragrafnya untuk tantangan 'Write The First Sentence on Page 45 of the Book You Read Right Now' di status facebook, dan cerpen Mati milik Idawati Zhang karena jadi yang paling memenuhi selera saya (bahasa lugas dengan pemilihan kata apik, plot twist, judul, keutuhan cerita, dan resolusi yang memuaskan).
Selain itu, saya menyenangi dua cerpen pembuka yang membuat saya tak berhenti membaca yang lain. Karangan Nadia Sarah Adzani jadi yang paling membumi, dan yang berlatar di Busan itu keren sekali (NO KPOP, YAY!). Salah seorang sobat di atas mempertanyakan mata biru di cerpen Peri Bermata Biru, tapi lebih kepada gen dominan-resesif (kalau bapaknya yang bule, kesempatan dapat mata birunya berapa persen? Bukannya mata biru itu resesif?). Ada sedikit yang saya kurang bisa nikmati karena keunguan dan kebungaannya, sehingga saya bingung esensinya di mana.
Dan fiksimininya... siapa yang bisa melupakan pertemuan di kedai galaksi dan membawa-bawa Mars? (saya menggoda salah seorang sobat dengan ini, saya tebak itu fiksimini favoritnya dan dia cuma menjawab dengan 'Oh, shut up.') -
Dunia Di Dalam Mata adalah salah satu kumpulan cerita yang menggairahkan imajinasi. Para penulis dalam cerita ini sepertinya candu dengan kata dan hal-hal kelam. Membaca buku ini memberikan sensasi yang serupa dengan menonton film bergenre physcological thriller. Nama-nama baru dalam kumpulan cerpen ini tidak bisa dipandang sebelah mata ketika bertutur bersama para penulis yang sudah lebih berpengalaman. Dunia Di Dalam Mata adalah bagian dari proyek fisik @fiksimini. Ratusan fiksimini di akhir halaman (beberapa ada yang menjadi favorit saya sepanjang masa) menggelitik sudut kecil di kepala. Sangat direkomendasikan untuk mereka yang suka cerita-cerita yang bernuansa dark. Tidak akan kecewa karenanya.
Jika hal yang menyebalkan dari kumpulan cerpen adalah menaik-turunkan tensi pembaca dengan sajian imajinasi serba tanggung, maka hal yang menyenangkan adalah kita bisa memilih untuk membaca judul mana pun dulu yang kita mau tanpa takut imajinasi terputus. Tidak perlu berurutan dari halaman satu lalu berikutnya. Sangat cocok untuk mereka yang memiliki waktu terbatas untuk membaca. Seperti sedang menunggu seseorang atau sesuatu, misalnya.
Saya rekomendasikan lagi untuk membaca cerpen berjudul Baron terlebih dahulu. Dibanding dengan judul lain, diksi fiksi ini lebih rapi untuk dilihat dan dirasa. Seluruh judul lainnya sama-sama membuat bulu tengkuk meremang. -
Saat seseorang amat merindukan masa lalunya
ia tak sedang berniat ingin kembali
Entah mengapa, saya selalu suka kalau itu milik @NDIGUN. Jadi, setelah tahu kalau Andi Gunawan adalah salah satu kontributor di antologi cerpen ini, saya langsung membuka halaman cerita miliknya. Ini kebiasaan yang jarang saya lakukan, meski kumcer biasanya tak terikat alur dari bagian pertama hingga terakhir, saya biasanya merunut membacanya. Tapi tidak kali ini, karena saya melihat 'Laki-laki yang Memancarkan Cahaya Dari Matanya' karangan @NDIGUN di daftar isi. Otomatis, itulah favorit saya.
Ada juga karangan Aan Mansyur, 'Riwayat Tiga Codet' dan karangan Clara Ng, 'Bunga Kapas Pecah Terbang Dibawa Angin' menjadi pendampingnya. Keduanya juara kedua. Wah, kabar baik sekaligus buruknya adalah banyak dari pengarang di buku kumcer ini berasal dari Sulawesi Selatan. Tentu selain Aan Mansyur, ada Fitrawan Umar, Faisal Oddang, dan ada lagi pokoknya. Buruknya di mana? Saya tak ada dalam daftar. Hmm...
Untuk fiksi mini, saya tak begitu tertarik. Membaca sepintas saja. :) -
Saya tahu novel ini dari salah satu temen saya. Kemudian, saya pun tertarik untuk membacanya.
Seperti yang tertera pada pembukanya, 3 tema utama yang ada di kumcer tersebut memang agak berat namun menarik.
Saya suka cerpen-cerpen yang ada di novel ini. Ceritanya unik, lain dan juga cara pembawaannya berbeda-beda itu yang membuat novel ini lebih beragam. Saya suka cerita Bunga Kapas Pecah Terbang Dibawa Angin karya Clara Ng dan Tiga Sudut Hujan pada Suatu Malam karya Disa Tannos. 2 cerita itu yang takes my attention so much. Cerita yang lainnya juga bagus dan unik, namun 2 cerita itu yang paling saya suka.
Fiksimini-nya juga bagus-bagus. Saya suka. Namun cerita yang Penggali Kubur dan Fiksimini lainnya karya Agus Noor itu agak mengerikan hahahaha. Bikin merinding. Namun saya suka kata-kata yang tertulis disitu. Walau sedikit, tapi bermakna.
Sebuah kumcer dengan genre lain yang pernah saya baca.
Keren!! -
Kumpulan cerita pendek yang gak sesuai judul buat covernya, gak ada eye catchy nya (maaf). Kalo soal isi ceritanya bagus. Ada beberapa cerita juara for example : 'berbaring dibalkon' « cerita gagal move on sama terima kenyataan, Atau 'nasar dan emun pagi' « suspend thriller kaya gn gw suka. Kelemahan Mungkin ada di cover yang gw jelasin diatas sama beberapa cerita yang endingnya terkesan dipaksakan atau gak nyambung sama cerita diawal, kaya cerita yang ada saudara kembarnya tp namanya beda (jarang2 saudara kembar namanya beda jauh, Tono -tino, gak Mungkin tono sama badrun itu saudara kembar kan), atau kebanyakan berandai2 kalimatnya. Bagian fiksimini kayanya jarang ada yang buat dan dipublish (keren).
-
DOA - "Hanya satu doanya. Tak bertemu siswanya saat jaga parkir." @sisogi
Aku tahu soal fiksimini pertama kali dari buku ini dan langsung jatuh cinta saat itu juga. Rasanya keren baca cerita-cerita yang dibuat super pendek (Ada yang dibuat hanya dengan empat kata bahkan!) tapi bisa menjelaskan dunianya dengan luas.
selain fiksimini, cerpen-cerpen di sini juga keren-keren. cerpen favoritku "Tiga Sudut Hujan pada Suatu Malam" karya Disa Tannos, "Hajrah, Langkahi Jenazah Suamimu." karya Emil Amir, dan "Laki-laki yang Memancarkan Cahaya dari Matanya." karya Andi Gunawan. -
Buku ini memberi kesempatan kepada penulis-penulis lain untuk mempublikasikan naskah2 mereka berada di bawah nama Agus Noor, Clara Ng, M. Aan Mansyur dan Eka Kurniawan. Meskipun beberapa diantaranya menggunakan setting daerah masing-masing, rupanya ada yang bisa membawanya ke dalam ranah cerita fantastik, sehingga cerita yang mengambil setting daerah tidak melulus soal roman atau percintaan, tapi dapat pula dibaca secara fantastik.
-
Dunia dalam Mata membuat saya sering terkejut saat menemukan kepingan cerita yang menghubungkan ke dalam dunia maha luas, walau tulisan itu banyak mini tapi cukup membawa saya ke dunia yang berawal dari mata. Fiksimininya menguji kecepatan berpikir dan sering "jleb" gitu.
Tiga bintang untuk buku ini, karena cerpennya membosankan dan saya tidak bergairah melanjutkan ending-ending cerpen. Fiksimininya yang menolong saya untuk menyukai buku ini. -
Buku ini berisi kumpulan cerpen dan beberapa fiksimini. Cerpen-cerpennya ada yg menurut saya bagus, tp ada jg yg membingungkan. Mungkin selera kali yaaa....
Yang membuat buku ini berbeda dr kumpulan cerpen lainnya adalah adanya fiksimini. Ternyata fiksimini ini cukup unik dan menarik. Dari judul buku ini sendiri jg unik yaitu "dunia di dalam mata", diambil dari salah satu judul cerpen. Dan, 3 bintang utk buku ini. -
Kumpulan cerpen terbaik yang pernah saya baca! Pembawaan yang sangat berbeda dalam setiap cerita, Konten cerita yang tidak biasa, hingga pembawaan 'Aku' sebagai kata-kata utama dalam cerpen membuat Buku ini layak untuk diberikan penghargaan. Terlebih di belakang cerita ini semua ialah penulis handal seperti Agus Noor, M Aan Mansyur, hingga @katabergerak. Patut untuk dibaca.
-
Dari 23 Cerpen di dalam buku ini, saya sangat menyukai cerpen karangan Andi Gunawan 'Laki-laki yang Memancarkan Cahaya Dari Matanya' dan cerpen karangan Disa Tannos 'Tiga Sudut Hujan pada Suatu Malam'. Sementara untuk karya fiksimini, saya menyukai fiksimini karya @sisogi, ide ceritanya begitu membuat saya terenyuh "Hanya satu doanya, Tak bertemu siswanya saat jaga parkir."
-
Dunia Di Dalam Mata merupakan salah satu dari sekian banyak cerita pendek yang terdapat di buku ini. Masih ada 22 judul cerita pendek lainnya yang ditulis oleh 18 penulis terseleksi dari beberapa daerah di Indonesia dan 4 moderator Fiksimini. Tidak hanya itu, ada juga cerita pendek yang mampu mengalir hanya di dalam 140 karakter, namun berkesan lebih dari itu.
Selamat membaca, kawan. -
since Fiksimini exist, i do love their short-mindflip in 140characters. When they come into books plus some short stories (a longer version of it, imho) i've felt it's one of best literature to enriched my own about creative writing. :)
-
Cerpen saya berjudul "Mati" terpilih untuk dimuat di sini. Bangga dan bersyukur sekali bisa menjadi bagian dari kumcer luar biasa ini. Baca deh. Dijamin bakal ternganga karena kaliber tuilsan-tulisan di dalamnya!
-
Fiksi mininya keren abis. Beberapa cerpennya bagus.
Buku ini menyadarkan saya sebagai seorang yang pengen banget jadi penulis ternyata tulisan saya masih belum ada apa-apanya
Terimakasih para penulis kumcer dan fiksi mini :) -
Sekumpulan imaginasi yang aneh juga (sedikit) bizarre. Paling gemar Fiksimini di bahagian belakang-- walau cuma dalam quota 140 karakter, para twitterer (?) nya hebat mencanang jalan cerita dan kejutan.
-
Hebat. Ini....ini bener-bener ngeberantakin emosi yang baca.
-
sangat suka cerpen dan fiksimini di dalam buku ini. keren-keren. nggak ketebak ceritanya. bahasanya nyastra tapi enak dibacanya, ngalir. cuma ada satu-dua cerpen aja yang kurang suka.
-
Buku ini bener-bener keren. Ya terutama bagiku yang sedang belajar membuat fiksi mini
-
woooaaaa
-
Ada beberapa cerpen yang menjadi favorit saya, di antaranya yang ditulis oleh Aan Mansyur, Faisal Oddang, dan Eka Kurniawan.