Title | : | Bujang dan Jenderal Portugis |
Author | : | |
Rating | : | |
ISBN | : | 6028471143 |
ISBN-10 | : | 9786028471145 |
Language | : | Indonesian |
Format Type | : | Paperback |
Number of Pages | : | 364 |
Publication | : | First published July 1, 2010 |
Bisa dibayangkan dong gimana serunya buku ini? Gimana nggak seru, kisah hikmah dipadukan dengan kisah cinta plus aksi kocak, ya toplah. Macam es campur saja, beraneka tapi tetap segeeer dan maniiis. Ya udah, jangan kelamaan bayangin es campurnya. Nanti bukunya keburu dibeli orang deh.
Bujang dan Jenderal Portugis Reviews
-
Amazing...
Sebuah kata yang pantas untuk menghargai buah pikiran dari Cerita Harlis Kurniawan ini.
Merupakan cerita penuh hikmah yang merupakan kelanjutan dari sekuel Bujang dan Putri Malaka. Di mana sebelumnya diceritakan bujang dan temannya sedang menuju keselatan guna mengetahui keadaan tempat yang dianggap kurang kondusif itu.
Dibuku ini diceritakan Bujang dan para Guru Muda atas petunjuk Syaikh Senior melaksanakan tugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban wilayah selatan yang terkenal anarkhis. Mereka bermaksud memecah kekuatan musuh yang ingin menghancurkan islam dan kerajaan Siak Damai. Pada akhir cerita bujang bertemu dengan Jenderal Portugis, Tuan Sebastian dan Juan yang mengajak mereka berdebat disela jamuan makan yang diberikan oleh Saudagar dan Jenderal portugis itu. Turut serta diundang para kelompok pemikir rasionalis yang membantu para musuh islam tersebut. Akhirnya bisa ditebak Bujang menggunakan hikmah dan kecerdikannya untuk mengalahkan pemikiran dan argumentasi para musuh tersebut. Bahkan para musuh tersebut sampai dibuat malu oleh pemikiran dan argumentasi Bujang.
Harlis kadang menggunakan analogi dan argumentasi terbalik untuk mementahkan argumen dari para musuh dan awam yang berusaha mendeskreditkan Islam tersebut. Lucunya Harlis juga menggunakan istilah yang dekat dengan kenyataan yang ada pada saat ini yaitu Ulil yang merupakan ketua dari kelompok rasionalis identik dengan pemimpin JIL yaitu Ulil Absa A. Sedangkan untuk masalah-masalah terkini umat Islam belakangan ini harlis juga Harlis menggunakan analogi dan pemecahan masalah yang bagus. Seperti masalah semua agama sama, nabi palsu, jebakan demokratisasi dan kebebasan dalam Islam serta pemikiran rasionalis lain yang bisa menggoyahkan imah orang awam bahkan seorang yang taat sekalipun. Semuanya dibahas tuntas dengan gaya bahasa yang ringan santai dan mudah dimengerti.
Saya beri 5 bintang untuk buku ini.
Two Tumb Up untuk Harlis Kurniawan yang dalam mengumpulkan hikmah berjalan sekitar 4 tahun mulai tahun 2004 sampai 2008.
Wajib dibaca oleh santri bahkan orang awam yang ingin mengetahui bahwa sebenarnya agama Islam itu adalah agama yang rasional, tidak ribet dan simple. -
Alhamdulillah kisah bujang masih dapat kita baca dan tetap berlanjut di seri kali ini. Bujang dan Jenderal Portugis kali mengisahkan cerita yang sedikit berbeda. Si bujang tak lagi terlibat dalam kisah secara keseluruhan. Meskipun demikian, ceritanya tetap asik dan membuat pembacany ketagihan. Kali ini sahabat maupun muridnya telah mampu juga mengusai ilmu hikmah.
Selain itu, kisah si Hamzah sang Syaikh Cinta juga ditonjolkan di sekuel buku ini. Menarik dan mampu menggetarkan hati. Hal ini mungkin akan menambah pengetahuan kita akan makna cinta.
Sepak terjang dari mereka yang memusuhi bujang juga makin membuat pembacanya penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Mudah-mudahan buku yang luar biasa ini dapat memberikan banyak hikmah dan perubahan pada kita yang telah membacanya. Serta mudah-mudahan penulis nya tetap diberikan kekuatan dan Rahmah oleh Allah sehingga kisah selanjutnya dari sekeul bujang dapat kita nikmati kembali di masa yang akan datang. -
hikmah-hikmahnya bagus dan mendidik, tapi sinkronisasinya dengan kisah sangat dipaksakan dan tidak alami.
-
Banyak hikamah bertebaran di buku ini, tanpa menggurui...
-
Kang! buku ini bagus bgt! :)
-
Unik, menarik, mendidik. Cerita yang penuh ilmu dan makna yang dalam. Analoginya keren, bikin pemahaman makin mudah.
-
Novel ini berisi falsafah hidup sehari-hari yang disampaikan dengan sederhana tapi mengena di hati. Tokoh utama dalam novel ini yang bernama Bujang, banyak menggunakan analogi dengan sesuatu yang ada disekitarnya dalam berargumen atau berfilosofi, yang kadang kala sangat kocak. Karena kelihaian bujang berpendapat, banyak orang yang ingin menantang dan beradu pendapat dengannya, dan berusaha mengalahkan serta mempermalukan bujang. Seperti yang dilakukan jenderal-jenderal Portugis, yang mengundang Bujang makan malam yang sebenarnya bertujuan ingin menjatuhkan Bujang. Namun apa dikata, usaha mereka gagal, tak ada yang bisa menandingi kecerdasan Bujang.