Title | : | Pencuri Intelek (Kelompok 2\u00261, #8) |
Author | : | |
Rating | : | |
ISBN | : | - |
Language | : | Indonesian |
Format Type | : | Paperback |
Number of Pages | : | 164 |
Publication | : | First published April 1, 1986 |
Apa artinya petunjuk yang ditemukan Ira itu?
Mungkinkah bisa membuktikan sesuatu dalam penyidikan yang tengah dilakukan Kelompok 2&1 kali ini?
Dokumen penting lenyap dicuri orang!
(Apa betul dicuri?)
Pemiliknya minta bantuan Letnan Dipa untuk menemukan pencurinya. Dan Pak Letnan memberi kesempatan pada Yan, Ira, dan Dede untuk ikut ambil bagian dalam penyidikannya. Mereka benar-benar harus berpikir keras!
Sementara itu untuk pertama kalinya Pak Mintaraga -- ayah Yan dan Ira -- ikut anak-anak menemui seseorang yang dicurigai. Bagaimana pula kesannya?
Pencuri Intelek (Kelompok 2\u00261, #8) Reviews
-
Saatnya Reviewer Intelek (*yang hobinya ngoleksi buku lawas untuk anak-anak) ini beraksiā¦
Dwianto Setyawan itu nama yang sangat akrab di kuping saya, karena begitu banyaknya kisah petualangan, fantasi, silat, komedi dll. beliau yang menghibur saya di masa kecil dulu. Namun, baru sekarang saya mulai baca seri yang satu ini. Setelah kelar, saya jadi menyesal dulu tidak mengoleksi, karena ini jelas tipe kisah misteri ringan kesukaan saya.
Layaknya seri Barat semacam Trio Detektif atau Lima Sekawan, seri ini bisa dibaca dari judul mana saja tanpa harus mengikuti urutan. Hubungan antar karakternya langsung gampang dipahami, dengan premis khas cerita detektif anak-anak: Yan, Ira, dan Dede adalah anak-anak yang doyan misteri dan telah membantu polisi memecahkan kasus kriminal betulan (*biasanya tidak yang gelap-gelap amat atau melibatkan pembunuhan). Dalam kasus kali ini, mereka berurusan dengan kasus hilangnya sebuah dokumen penting rahasia perusahaan dari kantor pribadi seorang ibu direkturā¦
Kasusnya mungkin terlalu simpel bagi pembaca novel detektif dewasa, dan saya sendiri terpikir cara untuk membuat pengungkapannya lebih seru . Tapi proses tokoh-tokohnya memecahkan kasus menyenangkan untuk dibaca, terutama karena interaksi antar trio bocah detektifnya. Ada realisme tersendiri dari penggambaran mereka; walau cerdas dan kritis, gaya interaksi mereka tetap khas anak-anak yang penuh ledek-ledekan dan tidak terkesan dibuat-buat. Bahasanya juga sopan, sekaligus jenaka dan tidak kaku. Saya sempat ngakak sewaktu bagian Dede mengomentari bahwa Ira (dan anak perempuan pada umumnya) terlalu bawa perasaan dalam menentukan apakah seorang tersangka bersalah atau tidak, tapi kemudian Dede sendiri melakukan hal yang sama dengan terlalu bersentimen negatif pada tersangka lainnya.
Ada nostalgia tersendiri dari periode waktu yang digambarkan di buku ini, saat masih zamannya Dunia Dalam Berita dan mengisi waktu dengan baca majalah atau isi TTS. Walau terkesan jadoel, struktur dan penokohan di sini rasanya masih sangat oke untuk jadi bahan acuan bagi yang berminat menulis cerita misteri (atau genre lainnya) dengan tokoh anak-anak. Saya sendiri jelas menikmati pengalaman pertama baca seri ini, dan akan berburu lagi judul-judul lainnya, hehe~ -
Sesekali perlu juga melibatkan ayah Yan dan Ira dlm penyelidikan. Agar tahu bagaimana anak-anak beraksi.
Meski Letnan Dipa terlihat murah hati membiarkan anak2 beraksi tp sptnya kurang pantas juga membiarkan mrk yg bekerja -
Sayang sekali, cerita detektif anak Indonesia ini kurang menggebu dengan kasusnya. Gaya bertuturnya memang tidak seperti cerita Detektif Conan yang menuturkan semua hasil penyelidikan dalam satu "pertunjukkan" dengan media analisanya di bagian akhir. Kelompok detektif cilik 2&1 di cerita ini membantu polisi, Letnan Dipa, dalam penemuan bukti dan saksi di bahas dalam perjalanan menemukan pelakunya, memang dengan begitu kita sebagai pembaca ikut berpikir namun rasanya hambar dalam perjalanan pembacaan cenderung membosankan. Butuh waktu dalam membacanya meski jumlah halamannya tidak banyak. Cerita detektif anak-anak ini dilihat dari segi manapun memang utopis, soalnya seorang polisi (meski memang hanya seorang tapi komandan) bisa mempercayakan penyelidikan sebuah kasus pada tiga anak kecil, oke memang mereka dekat namun biasanya orang dewasa tidak akan membiarkan anak-anak bermain "detektif" yang sangat beresiko celaka tersebut. Namun patut diakui jika saat itu bacaan detektif telah ada dan tumbuh subur hingga kini dalam diri anak-anak di negeri kita ini. Seutopis apapun isi ceritanya namun ia telah hadir dalam wujud buku dan patut diapresiasi: keinginan menjadi detektif yang tersampaikan dalam sebuah buku meski hanya imajinasi si pengarangnya saja sudah lebih dari cukup untuk membangun dinasti cerita detektif di negeri sendiri.